Pemberdayaan Perempuan untuk Transformasi Masyarakat
Oleh
Haris Firdaus
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS – Program pemberdayaan perempuan yang dijalankan dengan baik tidak hanya bermanfaat pada kualitas hidup perempuan, tetapi juga bisa mendorong terjadinya transformasi atau perubahan sosial di masyarakat. Oleh karena itu, pemberdayaan perempuan di berbagai bidang, misalnya, politik, sosial, dan ekonomi, harus terus didorong.
“Mentransformasi masyarakat bisa dilakukan dengan mentranformasi perempuan melalui pemberdayaan,” kata Presiden International Council of Women (ICW), Jungsook Kim, dalam Sidang Umum ke-35 ICW dan Temu Nasional Seribu Organisasi Perempuan Indonesia, Kamis (13/9/2018), di Yogyakarta.
ICW merupakan organisasi perempuan internasional yang berdiri sejak tahun 1888 dan telah diakui oleh Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Rangkaian acara Sidang Umum ke-35 ICW itu berlangsung pada 11-20 September 2018 dan dihadiri sekitar 150 delegasi dari 18 negara. Acara tersebut digelar bersamaan dengan Temu Nasional Seribu Organisasi Perempuan Indonesia yang diselenggarakan oleh Kongres Wanita Indonesia (Kowani).
Kim menjelaskan, program pemberdayaan perempuan bisa membawa banyak perubahan di tingkat masyarakat. Hal ini karena perbaikan kualitas hidup perempuan yang dihasilkan oleh program pemberdayaan bisa mendorong terjadinya perbaikan dalam keluarga sehingga akhirnya bisa mendorong perubahan yang lebih baik di masyarakat.
Selain itu, Kim juga menyebut para perempuan bisa mengubah masyarakat melalui sikap kepedulian sekaligus karakter kepemimpinan yang mereka miliki. “Perempuan bisa mengubah masyarakat melalui kepedulian dan kepemimpinan yang kuat,” ungkap perempuan asal Korea Selatan tersebut.
Namun, Kim juga menyatakan, para perempuan di dunia masih menghadapi berbagai masalah, misalnya kekerasan seksual dan perdagangan perempuan. Oleh karena itu, program pemberdayaan perempuan dalam bidang sosial, politik, ekonomi, dan lainnya harus terus didorong. Pemberdayaan dalam berbagai bidang tersebut penting untuk menciptakan keseteraan posisi antara perempuan dan laki-laki dalam masyarakat.
Perubahan besar
Dalam acara yang sama, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno mengatakan, berdasarkan pengalaman di sejumlah tempat di Indonesia, program pemberdayaan perempuan secara ekonomi bisa mendorong terjadinya perubahan yang lebih besar. Sebab, para perempuan yang menjadi sasaran pemberdayaan itu ternyata tidak hanya berperan sebagai pelaku usaha, tetapi juga menjadi pemimpin di komunitasnya.
“Pengalaman kami menunjukkan, saat kita memberdayakan perempuan secara ekonomi, mereka menjadi percaya diri dan melihat diri mereka tidak hanya sebagai pemilik usaha, tetapi juga pemimpin dalam komunitasnya,” ungkap Rini.
Rini memaparkan, pemerintah terus melakukan program pemberdayaan untuk para perempuan. Salah satu program tersebut adalah program Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar) yang saat ini telah menjangkau 3,2 juta perempuan di Indonesia. Program Mekaar berupa pemberian bantuan pendanaan untuk perempuan prasejahtera yang ingin mengembangkan usaha skala kecil.
“Program Mekaar itu memberikan pendanaan untuk ibu-ibu yang ingin produktif sehingga mereka bisa membuka usaha. Saat ini, kita sudah bisa membiayai sampai 3,2 juta ibu-ibu di seluruh Indonesia,” tutur Rini.
Rini menambahkan, saat ini, sudah banyak perempuan di Indonesia yang menduduki posisi penting dan strategis. Dia mencontohkan, dari 34 menteri dalam pemerintahan saat ini, sebanyak 8 orang di antaranya merupakan perempuan. “Kabinet saat ini memiliki 8 perempuan yang menjadi menteri. Ini rekor tertinggi yang tercatat dalam sejarah Indonesia,” ujarnya.
Ketua Umum Kowani, Giwo Rubianto Wiyogo, mengatakan, dalam rangkaian acara Sidang Umum ke-35 ICW dan Temu Nasional Seribu Organisasi Perempuan Indonesia, akan diselenggarakan sejumlah diskusi untuk membahas pemberdayaan perempuan dan anak di berbagai bidang.
“Diskusi akan difokuskan pada upaya peningkatan posisi perempuan dan anak dalam berbagai area, misalnya, pendidikan, kesehatan, dan ekonomi,” katanya.