JAKARTA, KOMPAS — Pemilihan teknologi sangat menentukan besaran efisiensi pada operasional mesin pembangkit tenaga listrik. Pemilihan tersebut secara langsung dapat memengaruhi besaran tarif jual tenaga listrik ke konsumen. Dengan kemajuan teknologi yang kian pesat, tarif listrik di masa mendatang dipercaya akan lebih murah.
Menurut Country Director General Electric Power Indonesia David Hutagalung, efisiensi penyediaan tenaga listrik di Indonesia sangat penting mengingat kondisi geografis Indonesia yang berupa kepulauan. Di satu sisi, Indonesia berkepentingan menaikkan rasio elektrifikasi sampai 99 persen pada 2019 nanti. Pemilihan teknologi pada sistem pembangkitan tenaga listrik maupun pendistribusian memiliki pengaruh besar.
"Teknologi berkembang pesat. Semua serba digital dengan tingkat efisiensi dan akurasi tinggi. Contohnya, perkembangan pembangkit ultra super critical terus dikembangkan ke tingkat lebih tinggi sehingga pembakaran batubara lebih efisien," ujar David dalam diskusi bertajuk "Efisiensi pada Pembangkit dan Distribusi Listrik untuk Hadapi Tantangan Elektrifikasi Indonesia", Kamis (13/9/2018), di Jakarta.
Country Leader GE Power Indonesia George Djohan menambahkan, pemakaian mesin turbin gas generasi terbaru bisa menghasilkan efisiensi sekitar 5 persen. Dalam skala global untuk pemanfaatan turbin gas, efisiensi tersebut setara dengan 16,8 miliar dollar AS. Sementara efisiensi berupa perawatan atau penggantian sebagian suku cadang mesin turbin gas hanya sebesar 2-3 persen.
"Bahkan, kami sudah menerapkan teknologi digital pada gardu induk. Dibanding gardu induk yang konvensional, sistem operasi gardu induk digital lebih efisien dan akurat," ujar George.
Sekretaris Jenderal Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia Heru Dewanto mengatakan, pemanfaatan teknologi sangat erat dengan pemanfaatan sumber energi terbarukan yang terus berkembang. Di beberapa negara, tarif listrik dari energi terbarukan kian murah, bahkan menyaingi tarif listrik dari batubara. Namun, situasi itu tak lepas dari dukungan pemerintah berupa pemberian insentif.
"Tarif listrik yang murah akan menaikkan daya saing industri. Sebab, industri yang membutuhkan pasokan energi yang besar akan lebih memilih negara dengan tarif listrik yang lebih murah," ucap Heru.
Data dari PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) per Juli 2018, tarif listrik di Indonesia untuk sektor industri menengah yang sebesar Rp 1.115 per kilowatt jam (kWh) masih lebih mahal dibanding Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Namun, tarif listrik untuk industri besar yang sebesar Rp 997 per kWh jauh lebih murah dibanding negara lain di kawasan ASEAN dan hanya kalah bersaing dari Vietnam yang seharga Rp 989 per kWh.
Kebijakan efisiensi
Secara terpisah, dalam focus group discussion tentang kebijakan efisiensi energi di Jakarta, Bank Pembangunan Asia (ADB) berkomitmen mendukung pemerintah Indonesia mempromosikan pasar untuk perusahaan jasa konservasi energi. ADB juga bersedia memberikan bantuan teknis terkait efisiensi eneri di Indonesia untuk mendukung gerakan penurunan gas emisi karbondioksida.
"Hanya saja, masih ada kendala dalam hal regulasi. Ini terkait aktivitas perusahaan jasa konservasi energi pada gedung-gedung milik instansi pemerintah. Masih perlu kejelasan payung hukumnya," ujar Florian Kitt, Spesialis Energi Departemen Asia Tenggara ADB.
Efisiensi energi pada gedung-gedung pemerintahan maupun swasta adalah tentang penggunaan alat-alat hemat energi, termasuk desain fasilitas milik pemerintah dan swasta. Perusahaan jasa konservasi energi bisa bekerja sama dalam proyek pembangunan fasilitas pemerintah dengan memperhatikan asas hemat energi. Skema yang mungkin dilakukan, termasuk pendanaan proyek, adalah kerja sama pemerintah dengan badan usaha.
Pada 15 Mei 2016, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) meluncurkan gerakan konservasi energi. Kementerian ESDM mencatat, penghematan energi 10 persen setara dengan pembangunan sumber energi baru 3.500 megawatt yang memerlukan dana Rp 43 triliun. Penghematan 10 persen sama dengan mengalirkan listrik ke 2,5 juta rumah tangga di pedesaan yang selama ini belum menikmati listrik.