ANKARA, KAMIS Turki mengancam akan menyerang Suriah jika pasukannya yang ditempatkan di Provinsi Idlib, Suriah barat laut, terkena serangan pasukan Suriah. Turki juga memperkuat pasukan oposisi di Idlib.
Penguatan itu menyusul kegagalan dialog antara Turki dengan Iran dan Rusia, Jumat (7/9/2018), di Teheran, Iran. Rusia dan Iran, yang menyokong Pemerintah Suriah, berkeras serangan harus tetap dilakukan. Sementara Turki yang menyokong milisi oposisi menolak serangan ke Idlib, provinsi di Suriah yang berbatasan dengan Turki. Provinsi ini satu- satunya wilayah di Suriah yang masih dikuasai milisi oposisi dan teroris.
Sejak sebulan terakhir, Suriah terus memperkuat pasukan di sekitar Idlib. Suriah bersiap melancarkan serangan besar-besaran untuk merebut kembali Idlib dari kendali milisi oposisi dan teroris.
”Kami mempunyai pasukan di sana. Jika pasukan tersebut diserang dengan cara apa pun, hal itu akan dianggap sebagai serangan terhadap Turki dan karena itu akan dibalas,” kata salah satu pejabat militer Turki, Kamis (13/9).
Tidak hanya mengancam, Turki juga memperkuat 12 posnya di Idlib. Pejabat-pejabat militer Turki menyebut prajurit dan aneka persenjataan tambahan sudah dikirimkan ke pos-pos militer mereka di perbatasan Turki-Suriah.
Sejumlah tokoh milisi oposisi Suriah mengungkapkan bahwa Turki mengirimkan belasan tank dan kendaraan tempur ke Idlib. Mereka juga melibatkan ratusan anggota pasukan khusus Turki untuk memasuki Idlib.
”Ada penguatan amat besar oleh pasukan Turki di Suriah dan pos pengamatan kini sudah menjadi pangkalan militer,” kata Mustafa Sejari, salah seorang petinggi milisi oposisi Suriah.
Turki tidak hanya mengirimkan persenjataan ke pos-posnya. Mereka juga memasok peluru dan roket ke milisi oposisi Suriah dalam beberapa hari terakhir.
Turki mendirikan pos-pos militer di Idlib pada tahun 2017. Pos-pos itu bagian dari kesepakatan Turki dengan Iran dan Rusia untuk menjadikan Idlib dan provinsi-provinsi tetangga sebagai zona deeskalasi.
Selain Idlib, ada dua zona serupa di seluruh Suriah. Zona lain berada di perbatasan Suriah-Jordania dan di pinggiran Damaskus, ibu kota Suriah. Zona di dekat Damaskus, yang dikenal sebagai Ghouta timur, sudah lama direbut lagi pasukan Suriah dari milisi oposisi dan teroris.
10.000 anggota teroris
Utusan Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Suriah Staffan de Mistura menyebut ada 10.000 milisi di Idlib yang, menurut PBB, diidentifikasi sebagai teroris. Selain mereka, ada puluhan ribu milisi yang bergabung dengan pasukan oposisi yang disokong Turki.
Turki sejak lama mendesak agar hanya milisi teroris yang ditarget. Hal itu untuk mencegah bencana kemanusiaan yang akan ditimbulkan oleh serangan besar- besaran ke Idlib.
PBB sudah membagikan lokasi-lokasi yang harus dilindungi jika serangan besar-besaran jadi dilancarkan. Koordinat lokasi-lokasi itu diserahkan ke Turki, Rusia, Iran, dan Suriah, pihak utama dalam perang Idlib.
Tolak pengungsi
Turki mengajukan alasan kemanusiaan untuk menolak serangan total Suriah terhadap Idlib. Turki beralasan, mereka tidak bisa lagi menerima tambahan pengungsi Suriah. Kini, Turki didiami 3,5 juta pengungsi Suriah. Pengungsi Suriah membanjiri Turki sejak pecah perang saudara antara pasukan pemerintah dan milisi oposisi yang mendapat sokongan antara lain dari Turki.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan selama masa kampanye Pemilu 2018 berkali-kali berjanji akan segera memulangkan pengungsi Suriah. Sebelum janjinya terwujud, Turki malah berpotensi mendapat tambahan pengungsi akibat serangan ke Idlib.
Ankara memastikan tak akan mengizinkan tambahan pengungsi Suriah ke negaranya. Turki telah membangun tembok sepanjang 900 kilometer di perbatasannya dengan Suriah. Tembok itu untuk mencegah pengungsi Suriah memasuki Turki.
Para pejabat Turki menyatakan, negaranya akan mendorong pengungsi mencari perlindungan di dalam Suriah. ”Pengungsi tidak akan diterima di Turki. Sebab, berdasarkan pengalaman sebelumnya, banjir pengungsi diikuti masuknya teroris dan radikalis dalam jumlah besar. Kami akan menjaga pengungsi tetap di Suriah demi keamanan Turki dan Eropa,” kata salah satu pejabat keamanan Turki yang menolak namanya dipublikasikan.
Juru bicara kepresidenan Turki, Ibrahim Kalin, mengatakan, banjir pengungsi di Turki akan berdampak secara internasional.
Turki dan Uni Eropa membuat kesepakatan dua tahun lalu. Kesepakatan itu intinya mencegah aliran pengungsi dari Laut Tengah ke Eropa. Kesepakatan itu dibuat setelah aliran pengungsi memicu krisis politik di Eropa.
”Masyarakat internasional harus ikut bertanggung jawab. Tambahan jutaan pengungsi kala kami sudah menampung jutaan lainnya akan mengakibatkan aneka masalah,” kata Kalin.