JAKARTA, KOMPAS - Upaya memacu volume ekspor minyak kelapa sawit dan turunannya perlu dilakukan untuk meningkatkan devisa. Salah satu caranya, sebagaimana usul kalangan pengusaha, adalah penurunan pungutan ekspor.
Wakil Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Togar Sitanggang di Jakarta, Jumat (14/9/2018) menyatakan, tren ekspor produk minyak sawit dan turunannya cenderung naik. Oleh karena itu, sejumlah cara perlu ditempuh untuk meningkatkan volume ekspor.
Secara terpisah, Ketua Umum Gapki Joko Supriyono menyatakan, pemerintah perlu menurunkan pungutan ekspor produk minyak sawit yang saat ini sebesar 50 dollar per ton. Tujuannya memacu ekspor minyak sawit, terutama ke pasar India yang menghadapi hambatan soal tarif masuk.
"India membutuhkan minyak kelapa sawit dari Indonesia. Kalau harga bisa diturunkan sedikit, ekspor pasti meningkat. Oleh karena itu, pungutan ekspor seharusnya fleksibel. Artinya, diturunkan terlebih dahulu untuk mengenjot ekspor ke pasar India," kata Joko.
Joko menjelaskan, produk minyak sawit dan turunannya ke pasar India relatif tinggi, yakni 48 persen hingga 59 persen. Selain itu, minyak sawit Indonesia mesti bersaing dengan minyak nabati lain yang diimpor India. Namun demikian, potensi ekspor ke pasar India masih terbuka dan cukup besar.
"Saya sudah dua bulan lalu berbicara agar pungutan ekspor produk minyak sawit diturunkan terlebih dahulu. Saya yakin jika diturunkan, ekspor minyak sawit ke India bisa lebih besar lagi," kata Joko.
Implementasi B20
Jika ekspor ke India dapat dipacu, total ekspor minyak kelapa sawit dan turunannya diharapkan tidak mengalami turun pada akhir tahun 2018. Pada tahun 2017, ekspor produk minyak kelapa sawit dan turunannya mencapai 31,05 juta ton dengan nilai 22,96 miliar dollar AS. Sementara padaJanuari-Juli 2018, volume ekspornya mencapai 18,52 juta ton atau hanya naik 2 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2017 yang 18,15 juta ton.
Togar menilai, tren harga minyak sawit saat ini relatif stabil. Artinya, tidak terjadi penurunan harga yang drastis. Harga minyak sawit saat ini rata-rata sebesar 550 dollar AS per ton.
Implementasi kebijakan perluasan penggunaan biodiesel melalui program B20 yang konsisten dinilai dapat mempengaruhi kepercayaan pasar. "Setidaknya 4 perusahaan sekuritas sudah bertanya bagaimana implementasi kebijakan B20. Implementasi kebijakan B 20 secara konsisten sangat terkait dengan kepercayaan pasar," kata Togar.
Menurut Togar, masih ada kendala teknis di lapangan dalam menerapkan kebijakan B20 secara nasional. Namun, kendala itu tidak berarti bahwa kebijakan itu tidak bisa dilaksanakan. Kendala teknis itu misalnya terkait dengan hambatan dalam distribusi logistik.