Air Waduk Terus Menyusut
UNGARAN, KOMPAS Semakin banyak waduk di sejumlah daerah yang airnya makin menyusut. Dibutuhkan segera pengelolaan air yang efektif agar tidak mengganggu kestabilan pangan nasional.
Di Jawa Tengah, empat waduk berkapasitas 6 juta-10 juta meter kubik telah mengering. Akibatnya, lahan pertanian seluas 5.000 hektar tak mendapatkan pasokan air irigasi. Keempat waduk tersebut adalah Waduk Botok dan Waduk Brambang di Kabupaten Sragen serta Waduk Kedunguling dan Waduk Plumbon di Kabupaten Wonogiri.
Kepala Bidang Mitigasi Air Baku Dinas Pekerjaan Umum, Sumber Daya Air, dan Penataan Tata Ruang Jawa Tengah Ketut Arsa Indra Watara, Jumat (14/9/2018), mengatakan, selain empat waduk yang mengering, debit air pada 13 waduk lain juga menyusut berkisar 20-50 persen.
”Namun, secara keseluruhan, pasokan air masih terjaga. Air di waduk kebanyakan untuk cadangan air irigasi saat awal tanam pertengahan Oktober dan air baku pengolahan air minum daerah,” ujar Ketut.
Untuk waduk besar seperti Kedungombo di Boyolali dan Waduk Gajahmungkur di Kabupaten Wonogiri, menurut Ketut, masih relatif aman. Waduk Kedungombo dengan target elevasi 84,36 meter, realisasinya kini 83,2 meter. Dari target debit air 435,805 juta meter kubik, realisasi 393,046 juta meter kubik.
Begitu pula Waduk Gajahmungkur dari target elevasi 130,49 meter, posisi kini 130,26 meter. Bahkan dari target volume air 143,299 juta meter kubik, kini realisasinya 136,374 juta meter kubik.
Kepala Subdivisi Jasa Air dan Sumber Air III/I Perum Jasa Tirta 1 Didit Priambodo mengatakan, tinggi muka air Waduk Gajahmungkur ini terpantau turun dibandingkan 30 Juli 2018 lalu tercatat 132,46 meter. Adapun elevasi air normal waduk 136 meter.
Tiga waduk di Kabupaten Madiun, Jawa Timur, pun kritis. Air untuk pertanian telah dihentikan total sejak sebulan lalu. Akibatnya, 11.000 hektar sawah terancam kekeringan. Ketiga waduk tersebut adalah Notopuro di Kecamatan Pilangkenceng, Waduk Dawuhan di Kecamatan Wonoasri, dan Waduk Saradan di Kecamatan Saradan. Volume air pada tiga waduk itu tersisa tidak sampai 10 persen.
Elevasi Waduk Sutami atau Karangkates di Kabupaten Malang pun surut sekitar 8 meter dari elevasi tertinggi. Jika pada akhir musim hujan elevasi tertinggi 272,04 meter di atas permukaan laut (mdpl), elevasi saat ini 264,26 mdpl. Elevasi
terendah Waduk Karangkates 259,97 mdpl.
Mengering
Dari pengamatan di Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang, bibir Waduk Karangkates, yang biasanya terendam air saat musim hujan, kini kering dan gundul. Batas air dengan daratan (lidah air) kini berjarak sekitar 20 meter dengan kondisi saat musim hujan.
Begitu pula jaring sekat milik nelayan yang selama musim hujan terendam kini terdampar di bibir waduk dengan tiang-tiang bambu menjulang. Sebagian bibir waduk dimanfaatkan oleh petani untuk menanam palawija.
”Setiap kemarau, air waduk surut. Kondisinya sama dengan tahun-tahun sebelumnya,” ujar Suparmin (60), nakhoda perahu wisata.
Bendungan Batujai di Desa Batujai, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, juga menyusut sekitar 6 meter. ”Hampir semua bendungan di Lombok dan Sumbawa sudah minim air,” kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum NTB Wedha Magma Ardhi.
Bendungan yang diresmikan Presiden Soeharto tahun 1976 ini berkedalaman 16 meter. Tahun 2004 diketahui bendungan itu menurun kapasitas airnya,
dari 23,5 juta meter kubik menjadi 21,4 juta meter kubik. Air bendungan untuk mengatasi kekeringan di Lombok bagian selatan. Air waduk mampu mengairi 3.140 hektar di Lombok Tengah.
Sementara itu, 6.697 hektar sawah di Kabupaten Kuningan dan 22.060 hektar sawah di Kabupaten Cirebon yang diairi Waduk Darma, di Kuningan, bakal kekeringan. Menurut pengawas Air Waduk Darma Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk dan Sungai Cisanggarung, Ahmad Mansu\'bun, volume air Waduk Darma kritis.
”Volume air waduk hari ini 18,5 juta meter kubik lebih. Tahun 2012, saat krisis air terparah, volume air waduk masih mencapai 21,4 juta meter kubik,” ungkapnya.
Ahmad mengatakan, jika kondisi berlarut, pada 15 Oktober 2018, pintu air waduk bakal ditutup. ”Perkiraan kami, pada tanggal itu elevasi akan mencapai titik dead storage. Karena itu, kami sudah menjadwalkan penutupan pintu pada 15 Oktober,” tutur Ahmad.
Listrik terganggu
Permukaan Waduk Cirata di Jawa Barat juga turun. Sebagai penyeimbang daya untuk jaringan listrik Jawa-Madura-Bali atau Jamali, suplai air di waduk ini harus tetap terjaga. Jika permukaan air waduk kritis, fungsi tersebut akan terganggu.
Manajer Operasional dan Pemeliharaan PT Pembangkitan Jawa Bali Badan Pengelola Waduk Cirata Hijrah Kurniawan menjelaskan, permukaan air di Waduk Cirata telah mencapai 209,9 meter di atas permukaan laut. Ketinggian ini masih normal dalam fase kering.
”Pembangkit listrik Waduk Cirata ini berfungsi untuk menjaga suplai daya di Jawa-Madura-Bali tetap terpenuhi di jam-jam puncak, seperti pagi dan sore hari,” ujarnya.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono menyatakan, penyusutan air waduk dan bendungan pada musim kemarau tidak bisa dihindari. Maka yang lebih penting adalah mengatur pembagian air waduk dan bendungan agar kebutuhan yang ada tercukupi.
”Peruntukannya diutamakan untuk irigasi dulu, baru kemudian yang lain. Kalau irigasi pembagian bisa dengan pola giliran,” kata Basuki.
Menurut Basuki, dalam kondisi kemarau, selain mengatur penggunaan air, dioperasikan pula sumur-sumur pompa. Air bisa bersumber dari air tanah dan ada pula dari air sungai. Dalam kondisi tertentu, seperti di Lombok, pemerintah mengoperasikan 60 sumur pompa untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat yang mengungsi.
Dirjen Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Hari Suprayogi menilai pembagian air bendungan dilakukan dengan sistem gilir-giring. Air mesti digilir dari satu lokasi lain dalam periode tertentu agar semua bisa mendapat. Namun, baru 11 persen dari 7,3 juta hektar lahan pertanian yang merupakan irigasi premium atau airnya dijamin bendungan. Untuk lahan seperti itu, bisa dibuat sumur bor asalkan memiliki cekungan air tanah.
Meski demikian, Suprayogi berharap petani pemakai air juga mengikuti rencana tanam yang sudah disepakati perkumpulan petani pemakai air sedari awal.
(RUL/NIK/WER/RWN/JUM/WHO/WIN/NSA/VIO/NAD/RTG)