JAKARTA, KOMPAS — Teknologi blockchain dapat menjadi solusi efektif bagi industri kreatif. Pelaku industri kreatif selama ini kesulitan untuk mengklaim hak cipta atas produk yang telah mereka buat.
Blockchain adalah teknologi dan sistem yang menghubungkan komputer satu dengan yang lain sehingga pencatatan data tersebar di jaringan. Sistem ini membuat tidak ada pemegang data tunggal atau pihak ketiga sebagai mediator data.
Direktur Infrastruktur Teknologi Informasi dan Komunikasi Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Muhammad Neil El Himam mengatakan, sektor kreatif, seperti musik, film, dan fotografi, dapat memanfaatkan teknologi blockchain untuk mengamankan hak cipta.
”Penyanyi dan pencipta lagu yang musiknya di-streaming seharusnya menerima royalti,” kata Neil ketika memberikan contoh dalam diskusi bertajuk Inblocks 2018 yang diselenggarakan perusahaan uang virtual Tokocrypto, di Jakarta, Sabtu (15/9/2018).
Sektor kreatif, seperti musik, film, dan fotografi, dapat memanfaatkan teknologi ”blockchain” untuk mengamankan hak cipta.
Hal serupa diharapkan terjadi pada artis, seniman, dan fotografer. Karya mereka yang dibagikan dan digunakan melalui berbagai media seyogianya juga mendapatkan royalti.
Bekraf membuat Proyek Portamento, sebuah platform digital yang menghubungkan sistem di rantai industri musik mulai dari produksi sampai distribusi, misalnya studio rekaman, aplikasi penjualan lagu, music streaming, penyanyi, Direktorat Jenderal Pajak, Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual, dan restoran yang menggunakan karya musik sebagai pengiring suasana (Kompas, 31/5/2018).
Pendiri dan Chief Technology Officer (CTO) HARA (perusahaan blockchain bidang pertanian) Imron Zuhri mengatakan, manfaat serupa diterapkan di sektor pertanian. Selama ini, momok pertanian Indonesia untuk berkembang adalah rantai distribusi yang panjang sehingga nilai jual produk petani justru sangat rendah.
Teknologi dan sistem blockchain menjamin kenetralan karena semua pihak terkait memiliki akses sehingga data tidak mudah dimanipulasi. Pelaku usaha dapat melacak pergerakan produk.
Teknologi dan sistem ”blockchain” menjamin kenetralan karena semua pihak terkait memiliki akses sehingga data tidak mudah dimanipulasi.
”Blockchain membuat orang dapat bekerja sama dalam suatu komunitas,” ujarnya.
Blockchain menerapkan prinsip transparansi, desentralisasi, efisiensi, dan keamanan. Teknologi ini dapat dimanfaatkan untuk memajukan perekonomian bangsa.
Pendiri Bersama dan CTO Swipe (perusahaan blockchain bidang data) Andrew Marchen menambahkan, walaupun sistem blockchain menawarkan transparansi, keamanan data tetap menjadi isu vital.
Data yang dibagikan dalam blockchain juga dapat diretas. Oleh karena itu, perusahaan yang menggunakan teknologi tersebut perlu menerapkan sistem perlindungan data. Data yang dibagikan harus dienkripsi terlebih dahulu. Data akan terlihat seperti kode acak jika diakses pengguna asing.
Untuk pemilu
Teknologi blockchain ternyata memiliki prospek untuk digunakan di bidang politik, seperti untuk pemilihan umum (pemilu). Gagasan menerapkan blockchain dalam sistem pemilu sedang dijajaki di dunia internasional.
Pendiri Bersama QCP Capital (perusahaan manajemen aset digital) Joshua Ho menyampaikan, Kenya di Afrika Timur memiliki gagasan untuk menerapkan teknologi blockchain dalam pemilu. Tujuannya, untuk mencegah penipuan sebab data dapat diakses secara faktual.
”Blockchain” dapat mencegah penipuan sebab data dapat diakses secara faktual.
Imron menambahkan, Indonesia sebenarnya tidak asing dengan prinsip blockchain. Dalam perhelatan pemilu yang lalu, banyak foto jumlah suara di tempat pemungutan suara (TPS) yang beredar secara daring. Masyarakat menggunakan foto tersebut untuk melacak jumlah suara tiap calon yang dipilih.