Saat Sekolah Mengajarkan Keroncong dengan Gaya Kekinian
Oleh
Ayu Pratiwi
·2 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Pelestarian musik keroncong kepada kaum muda merupakan salah satu upaya yang dilakukan sejumlah sekolah untuk menjaga serta membangkitkan ketertarikan anak-anak muda pada budaya Indonesia. Musik keroncong dipertunjukkan dengan tema-tema yang relevan dengan isu terkini. Agar lebih sesuai dengan gaya musik anak muda kekinian yang lebih dinamik, keroncong juga bisa diaransemen dengan musik modern.
Dalam Festival Orkes Keroncong Anak Muda (FOKAM) Pilar Indonesia Keempat yang digelar di Sekolah Pilar Indonesia, Bogor, Sabtu (15/9/2018), sebanyak 11 grup musik dari sejumlah sekolah, baik negeri maupun swasta, hingga komunitas musik dari kota-kota di Indonesia mempertunjukkan musik keroncong yang mereka karang sendiri.
Festival keroncong dengan tema ”Say No to Drugs, Say Yes to Keroncong” ini diikuti grup keroncong yang terdiri dari anak-anak dan remaja dengan usia di bawah 22 tahun.
Satu grup terdiri dari seorang penyanyi juga sejumlah musisi gitar, ukulele, suling, biola, dan selo. Dalam acara itu, mereka memperebutkan piala bergilir Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Acara itu digelar sejak 2015.
Iwan Kresna Setiadi, Ketua Dewan Pembina Yayasan Pilar Indonesia, berharap, kegiatan ini dapat mendorong munculnya orkes keroncong di kalangan kaum muda. ”Musik keroncong mengajarkan nilai-nilai yang penuh kedamaian dan menyampaikan pesan tentang pentingnya menjalin persahabatan. Tidak pernah ada pesan jelek yang disampaikan,” ucapnya.
Prana Aji Sukma, salah satu peserta asal Jombang yang bermain selo, menceritakan, dirinya beserta temannya menikmati mendengar musik keroncong. ”Kami sejak awal senang dengan musik keroncong. Sekolah juga memberikan kesempatan agar kami dapat mengembangkan musik yang kami arrange. Ini juga motivasi bagi kami untuk turut membangun Indonesia,” tuturnya.
Dua musik dengan tema antinarkoba dan semangat membangun Indonesia yang dipertunjukkan Prana dan kawan-kawan terinspirasi dari keresahan yang mereka alami sehari-hari.
”Di sekitar kita, ada banyak yang jadi korban narkoba. Kita bisa memberikan semangat kepada mereka melalui karya kami,” ujar Prana.
Dian Khairunnisa, Ketua Panitia FOKAM Pilar Indonesia, menyampaikan, agar anak-anak tertarik belajar dan bermain musik keroncong, pembelajaran itu harus fleksibel dan memberikan kebebasan kepada mereka untuk menginterpretasikan.
”Kami tidak terpatok pada musik keroncong yang asli. Sudah beda zaman sekarang. Dalam musik keroncongnya itu, anak-anak juga bisa menampilkan musik gaya Barat atau Indonesia yang lebih kekinian,” kata Dian.
Dalam acara itu, sejumlah grup menampilkan musik keroncongnya dengan mencampurkannya dengan gaya musik yang mereka sukai. Ada yang menambahkan sepintas aliran rap dalam lagunya, ada pula yang menampilkan improvisasi gitar secara solo.