Keindahan Borobudur di ”Jersey” Borobudur Marathon 2018
Oleh
Regina Rukmorini/Gregorius M Finesso
·2 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Keindahan Candi Borobudur masih menjadi inspirasi utama dari desain jersey atau kostum Borobudur Marathon 2018. Kali ini, yang ditampilkan dalam kaos yang akan dipakai para pelari adalah garis-garis tebal tipis, yang merupakan tampilan struktur bangunan Candi Borobudur dari atas.
Project Leader Borobudur Marathon 2018 Aswito Zainul mengatakan, untuk jersey pelari, logo Borobudur Marathon 2018 dengan sengaja dicantumkan di tengah-tengah, tepat di dada para pelari. Penempatan logo ini, menurut dia, sengaja dilakukan dengan alasan tertentu.
”Dengan adanya logo di dada, kami berharap Borobudur Marathon 2018 ini bisa memberikan pengalaman berkesan mendalam di hati setiap pelari,” ujarnya, saat ditemui di acara peluncuran jersey dan medali Borobudur Marathon di Balai Ekonomi Desa (Balkondes) Bumiharjo di Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Minggu (16/9/2018).
Di jersey tersebut juga digambar struktur Candi Borobudur dengan pola trapesium. Bentuk trapesium ini bermakna tentang keharmonisan, sejalan dengan tema Borobudur Marathon kali ini, yaitu ”Raising Harmony”.
Tidak hanya pada jersey, keindahan pola bangunan Candi Borobudur juga menjadi ide utama pembuatan medali. Namun, bagian tengah sengaja dibuat berlubang, yang dapat menjadi bingkai untuk swafoto.
Aswito mengatakan, tema Borobudur Marathon kali ini, Raising Harmony, merupakan kelanjutan dari tema tahun lalu, ”Reborn Harmony”. Menurut dia, sama seperti makhluk hidup, setelah lahir kembali, tahap selanjutnya yang akan dilalui adalah tumbuh dan berkembang menuju arah yang lebih baik
Dalam hal ini, Aswito mengatakan, pertumbuhan menuju arah yang lebih baik diharapkan dapat diwujudkan dengan bentuk hubungan yang lebih harmonis, antara seluruh pelari dan seluruh warga Jawa Tengah, terutama masyarakat di sekitar kawasan Borobudur.
Acara launching jersey dan medali tersebut dimeriahkan dengan acara lari sejauh 4 kilometer oleh 350 pelari dari 16 komunitas lari dari Solo, Yogya, Semarang, Magelang, dan Purworejo. Kurang dari jangka setengah jam, para pelari sudah kembali ke lokasi start semula.
Richo Nurdini (28), pelari dari komunitas lari Freelethics Yogya, adalah salah satu pelari yang ikut memeriahkan acara launching tersebut. Selain ingin latihan lari bersama teman-temannya, dia sengaja mengikuti acara tersebut karena penasaran dengan desain jersey dan medali tahun ini.
”Saya ingin tahu model jersey karena toh kaos itu yang nantinya akan saya pakai,” ujarnya. Dalam ajang Borobudur Marathon 2018, Richo akan ikut berlari dalam kategori Half Marathon.
Dia terkesan dengan jersey Borobudur Marathon 2018 dan mengagumi bentuk medali kali ini yang dinilainya sangat unik.