Tantangan Penuaan di Eropa
Peningkatan kualitas hidup dan penurunan angka kelahiran menimbulkan tantangan jangka panjang bagi Uni Eropa dan negara- negara lain di Benua Eropa. Harapan hidup yang meningkat membuat semakin banyak orang tua di sana. Akibat penurunan angka kelahiran, tenaga kerja produktif terus berkurang. Aneka tantangan mengintai Eropa.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut Eropa sebagai benua paling tua. Usia rata-rata penduduk Eropa adalah 42,2 tahun. Pada 2010, usia rata-rata penduduk Eropa adalah 39,8 tahun.
PBB juga menemukan tingginya nisbah ketergantungan penduduk amat tua, yakni perbandingan antara penduduk berusia 80 tahun ke atas dan penduduk usia produktif. Di seluruh Uni Eropa (UE), nisbahnya mencapai 8,2 persen pada 2015 dan diproyeksikan akan melonjak menjadi 24 persen pada 2070.
Apabila menilik nisbah ketergantungan penduduk tua, yakni perbandingan penduduk usia 65 tahun ke atas dengan penduduk usia produktif —yang terentang dari 15 tahun hingga 64 tahun— angkanya semakin tinggi. UE mencatat rasionya mencapai 29,2 persen pada 2016 dan diproyeksikan akan menjadi 51,2 persen pada 2070.
Dampaknya, sekarang tiga pekerja menanggung satu warga lanjut usia. Ke depan, satu warga lanjut usia harus bergantung pada dua pekerja saja. Tingkat ketergantungannya kian tinggi.
Bank Pembangunan Eropa (CEB) menyebut kecepatan dan dampak penuaan populasi berbeda di setiap anggota UE. CEB menyebut penuaan bergulir dari barat ke timur. Anggota CEB yang relatif muda kini berada di Eropa tengah dan timur. Sementara anggota CEB yang tua ada di sisi barat.
Populasi yang menua berdampak signifikan pada pasokan tenaga kerja. Pada 2070, penduduk UE diproyeksikan akan berjumlah 520 juta jiwa. Naik 9 juta jiwa dibandingkan 2016. Masalahnya, penduduk usia produktif akan merosot dari 333 juta jiwa menjadi 292 juta jiwa.
Penduduk usia produktif EU akan berkurang 41 juta jiwa dalam 52 tahun mendatang. Proyeksi itu sudah mempertimbangkan tingkat kedatangan penduduk migran, harapan hidup, dan tingkat kelahiran.
Orang berusia lebih panjang, sementara bayi semakin sedikit lahir. PBB mencatat, tingkat kesuburan Eropa menurun dari 2,1 menjadi 1,3 anak per perempuan. Sementara usia harapan hidup meningkat dari 75,3 tahun menjadi 77,8 tahun.
Peningkatan biaya
Tentu saja, ada harga untuk kondisi tersebut. Komisi Eropa dalam laporan pada Mei 2018 menyebut biaya pensiun, perawatan kesehatan, dan tunjangan lain akan mencapai 26,7 persen dari total produk domestik bruto (PDB).
Portugal, Denmark, Siprus, Polandia, Swedia, Romania, Bulgaria, Finlandia, Hongaria, dan Slowakia akan menanggung tambahan hingga 3 persen dari PDB untuk aneka komponen biaya itu. Sementara di Belanda, Austria, Irlandia, Jerman, Inggris, Belgia, Ceko, Malta, dan Luksemburg, tambahan porsinya akan melebihi 3 persen PDB.
Perawatan kesehatan akan menjadi porsi pembiayaan terbesar dari aneka biaya yang harus dikeluarkan terkait penuaan populasi. Porsinya terhadap PDB akan naik 2,1 persen. Sementara dana pensiun akan naik hingga 2040 lalu kembali menurun dalam 30 tahun berikutnya.
UE sudah berusaha mengubah skema dana pensiun untuk mengurangi beban anggaran. Caranya, antara lain, dengan menaikkan batas usia minimal pensiun: dari usia 59-64 tahun saat ini menjadi 64-65 tahun di waktu mendatang. UE juga mengubah aneka ukuran dalam sistem pensiun. Siasat itu menurunkan porsi dana pensiun pada PDB menjadi rata-rata 10,6 persen di seluruh negara anggota UE.
Dengan kata lain, siasat itu memaksa warga bekerja lebih lama. Penambahan usia pensiun membuat mereka memperpanjang masa mengisi saldo dana pensiun.
CEB menyebut peningkatan kualitas hidup adalah hal positif dan baik. namun, hal itu menjadikan populasi menua. Akibatnya, ada lonjakan permintaan atas infrastruktur dan layanan yang ramah bagi warga lanjut usia. CEB akan harus mengalokasikan pendanaan untuk pembangunan aneka infrastruktur itu.
CEB mencatat sudah 1,3 miliar euro dikucurkan untuk pendanaan aneka hal yang ramah bagi warga lanjut usia. Pengguna terbanyak dana CEB untuk hal itu adalah negara-negara anggota di bagian barat. Sementara negara-negara di pesisir Laut Tengah dan bekas satelit Uni Soviet meminjam dalam porsi terkecil.
Tingkat permintaan di setiap anggota CEB akan berbeda tergantung dari standar kesejahteraan masing-masing. Akan ada juga tambahan kebutuhan tenaga untuk perawatan warga lanjut usia.
Bagi CEB, fenomena penuaan tidak diselesaikan oleh sektor tunggal. Harus ada pendekatan lintas sektor untuk menghadapi fenomena itu. CEB, antara lain, mengidentifikasi persoalan pelayanan kesehatan, perumahan untuk penduduk berpendapatan rendah, serta kebutuhan peningkatan kualitas hidup di perkotaan dan pedesaan.
CEB juga menyoroti kebutuhan untuk membantu warga lanjut usia agar tetap produktif. Mereka juga harus dipastikan mendapat layanan yang dibutuhkan. Hal itu akan berdampak luas pada pengembangan aneka produk untuk pemenuhan kebutuhan warga lanjut usia.
Kerja sama dengan pemerintah daerah amat penting untuk pemenuhan kebutuhan itu. Sebab, pemerintah daerah akan berada di garda depan penyediaan itu. Tidak tertutup pula kemungkinan untuk pelibatan swasta dalam pemenuhan kebutuhan itu.
(KRIS RAZIANTO MADA)