Berlin, Kompas Dua pelari maraton dunia dari Kenya, Eliud Kipchoge (33) dan Wilson Kipsang (36), bakal bersaing untuk memecahkan rekor dunia maraton di Berlin Marathon 2018, Minggu (16/9/2018) pukul 09.30 waktu setempat. Dalam pertarungan ketiga kali di arena maraton ini, mereka bertekad memecahkan rekor dunia yang dipegang atlet satu negara, Dennis Kimetto, sejak 2014, yakni 2 jam 2 menit 57 detik.
”Setelah menang di London April lalu, saya benar-benar berkonsentrasi dan mempersiapkan diri. Saya yakin pada Minggu bisa berlari sebaik-baiknya,” kata Kipchoge yang terlihat sangat optimistis saat jumpa pers pada Jumat di Berlin.
Optimisme Kipchoge yang merupakan peraih medali emas maraton pada Olimpiade Rio de Janeiro 2016 sempat disampaikan juga kepada Reuters yang menemuinya di Eldoret, Selasa, sebelum bertolak ke Berlin. Eldoret adalah tempat latihan Kipchoge yang terletak sekitar 350 kilometer sebelah tenggara Nairobi, Kenya.
Dia pun mengaku tengah berada dalam kondisi prima dan nyaman. ”Latihan saya berlangsung dengan lancar. Saya ingin lari dengan catatan waktu 2 jam 2 menit 50 detik. Dengan catatan waktu itu, cukup (untuk memecahkan rekor),” kata Kipchoge yang mencatat waktu 2 jam 8 menit 44 detik saat meraih emas Olimpiade Rio de Janeiro 2016.
Sama seperti tahun lalu, pada Berlin Marathon ini kecepatan lari atau pace Kipchoge akan dipandu Sammy Kitwara (31).
Menurut Sammy, tidak mudah bagi Kipchoge untuk memecahkan rekor di Berlin Marathon. Apalagi ada rivalnya, Kipsang, juara maraton di London (2012 dan 2014), Berlin (2013), New York (2014), dan Tokyo (2017). Selain itu, juga ada Zersenay Tadese (36) asal Eritrea, pemegang rekor dunia half marathon. ”Berlin Marathon akan menjadi lomba yang keras,” kata Sammy.
Sammy menargetkan Kipchoge bisa melewati setengah jarak maraton dengan waktu 61 menit 15-20 detik. Harapannya, catatan waktu saat finis bisa 2 jam 2 menit 40 detik.
Sejak menjalani debut di ajang maraton Hamburg pada 2013, Kipchoge telah memenangi rangkaian World Marathon Majors di Chicago (2014), Berlin (2015, 2017), dan London (2015, 2016, 2018).
Sementara itu, Kipsang yang berusia tiga tahun lebih tua dari Kipchoge juga menyatakan siap memecahkan rekor dunia Kimetto. Dalam ajang Berlin Marathon tahun lalu, yang berlangsung di tengah guyuran hujan, perjuangan Kipsang berakhir di kilometer 30 karena sakit perut.
Tentang peluang untuk bisa melampaui Kipchoge, Kipsang hanya menjawab diplomatis. ”Saya dalam kondisi sangat baik. Latihan juga berlangsung
sempurna dan semoga bisa lari dengan baik juga di Berlin,” ujarnya.
Kategori putri
Di kategori putri, pelari Etiopia, Tirunes Dibaba (33), bertekad memecahkan rekor maraton putri yang sejak 15 tahun lalu dipegang Paula Radcliffe asal Inggris. Catatan waktu rekor Radcliffe 2 jam 15 menit 25 detik.
Dibaba adalah peraih emas Olimpiade Beijing 2008 untuk nomor 5.000 meter dan 10.000 meter serta emas 10.000 meter Olimpiade London 2012. Di
Berlin Marathon ini, Dibaba akan bersaing dengan pelari
asal Kenya, Gladys Cherono Kiprono (35), peraih emas nomor half marathon di Kopenhagen 2014.
”Saya telah banyak mendengar dan riset soal medan Berlin Marathon. Setahu saya, lintasannya sangat cepat,” kata
Dibaba yang memiliki catatan waktu terbaik 2 jam 17 menit 56 detik.
Berlin Marathon merupakan satu dari enam world marathon majors (WMM) selain yang berlangsung di Tokyo (Jepang), London (Inggris), serta Boston, Chicago, dan New York (Amerika Serikat). Ratusan ribu orang mencoba peruntungan melalui drawing untuk bisa mengikuti salah satu lomba WMM tersebut. Di Berlin Marathon, misalnya, ada 44.389 pelari dari 107 negara, termasuk lebih dari 100 pelari asal Indonesia.
Para pelari Indonesia yang umumnya pelari rekreasi atau hobi ini, Jumat malam, dijamu Duta Besar RI untuk Jerman Arif Havas Oegroseno.