Menhan AS Tiba di Makedonia untuk Dukung Referendum Nama Baru Negara Itu
Oleh
Elok Dyah Messwati
·4 menit baca
Skopje, Senin--Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Jim Mattis pada Senin (17/9/2018) menuduh Rusia mencoba untuk mempengaruhi hasil referendum di Makedonia terkait perubahan nama negara yang akan membuka jalan bagi Makedonia untuk bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan Uni Eropa (UE).
Setelah melakukan pembicaraan di Kota Skopje bersama para pemimpin Makedonia, Mattis juga mengatakan bahwa AS ingin memperluas kerja sama keamanan siber dengan Makedonia.
Warga Makedonia akan melakukan referendum pada 30 September 2018 sesuai kesepakatan yang dicapai pada bulan Juni lalu dengan negara tetangga Yunani yang akan mengubah nama negara itu menjadi Republik Makedonia Utara. Athena bersikeras agar Makedonia merubah nama negara agar bisa bergabung dengan NATO dan UE.
"Kami tidak ingin melihat Rusia melakukan hal yang sama di Makedonia seperti apa yang telah mereka coba lakukan di banyak negara lainnya," kata Mattis kepada wartawan yang ikut kunjungannya ke Skopje. Apa yang disampaikan Mattis seolah merujuk kekhawatiran Washington akan campur tangan Rusia seperti dalam pemilihan Presiden AS 2016 serta pemilu lainnya.
"Tidak diragukan bahwa mereka telah mentransfer uang dan mereka juga melakukan kampanye pengaruh yang lebih luas," kata Mattis. Namun menurut Mattis, tidak jelas seberapa efektif upaya Moskwa.
Sementara itu, Rusia membantah tuduhan campur tangan terhadap referendum di Makedonia. Namun Rusia sangat menentang rencana Makedonia untuk bergabung dengan NATO. Duta Besar Rusia di Skopje mengatakan bahwa Makedonia bisa menjadi "target sah" jika hubungan antara Rusia dan NATO memburuk.
Pada bulan Juli lalu, Yunani mengusir dua diplomat Rusia dan melarang dua orang lainnya memasuki Yunani karena berusaha menyuap para pejabat dan menggerakkan demonstrasi untuk menggagalkan kesepakatan dengan Makedonia. Rusia membantah tuduhan Athena tersebut dan menanggapinya dengan mengusir para diplomat Yunani.
Desak warga
Mattis, termasuk Kanselir Jerman Angela Merkel, mengunjungi Makedonia dan mendesak warga Makedonia untuk mendukung kesepakatan perubahan nama.
"Kami berencana untuk memperluas kerja sama keamanan siber untuk menggagalkan aktivitas kejahatan dunia maya yang mengancam kedua negara kami," kata Mattis didampingi Perdana Menteri Makedonia Zoran Zaev dan Menteri Pertahanan Makedonia Radmila Sekerinska. Mattis juga bertemu Presiden Macedonia Gjorge Ivanov yang menentang kesepakatan perubahan nama negara.
NATO telah mengundang Makedonia untuk memulai pembicaraan dengan NATO, namun NATO menyatakan bahwa Makedonia harus terlebih dahulu mengubah konstitusi dan mengganti nama negara. UE juga mengatakan akan menetapkan tanggal untuk melakukan pembicaraan dengan Makedonia yang kini menunggu pelaksanaan kesepakatan.
Jajak pendapat terbaru menunjukkan mayoritas warga Makedonia akan mendukung kesepakatan perubahan nama negara, meskipun kaum nasionalis menentangnya. Ribuan warga Makedonia berkumpul pada hari Minggu lalu di Skopje untuk mendukung kesepakatan dan keanggotaan Makedonia di NATO dan UE.
"Tidak ada alternatif bagi Republik Makedonia, kemudian berintegrasi ke dalam NATO dan UE," kata Perdana Menteri Zoran Zaev saat berdiri di samping Mattis.
Sementara itu, Washington mengkhawatirkan Rusia menyebarkan disinformasi dengan tujuan menekan partisipasi pemilih dalam referendum perubahan nama negara dan menciptakan kesan bahwa AS tidak berkomitmen terhadap kawasan itu.
"Pendekatan kami terhadap disinformasi adalah tidak melawan setiap argumen yang ada. Kami menunjukkan melalui kunjungan tingkat pejabat senior kami, kehadiran kami. Kami menunjukkan dengan menyoroti kegiatan kerja sama kami," kata Laura Cooper, Wakil Asisten Menteri Pertahanan untuk Rusia, Ukraina dan Eurasia, kepada wartawan sebelum kunjungan Mattis ke Makedonia.
AS menghabiskan hampir 5 juta dollar AS (Rp 74,4 miliar) setahun untuk bantuan keamanan bagi Makedonia dan sejak 1991 telah memberikan bantuan total sekitar 750 juta dollar AS Rp 11,2 triliun). Makedonia memiliki puluhan tentara di Afghanistan sebagai bagian dari misi yang dipimpin NATO.
Pejabat AS meyakini bahwa Rusia mempercepat kampanye disinformasi di Eropa Tenggara pada tahun 2014, tahun yang sama saat Rusia menganeksasi Crimea dari Ukraina.
Heather Conley, Direktur Program Eropa di lembaga pemikir CSIS di Washington menyatakan, beberapa hal yang membuat frustasi dan menjengkelkan adalah bahwa apa yang dilakukan Rusia itu sangat efektif. Karena itu perlu keterlibatan AS dan Eropa yang berkelanjutan karena Eropa Tenggara adalah wilayah yang sangat rapuh. (REUTERS/AFP)