JAKARTA, KOMPAS — Operasi tambang PT Freeport Indonesia di Timika, Papua, kian rumit menyusul habisnya cadangan bijih di wilayah Grasberg yang dikenal sebagai penambangan terbuka. Mulai tahun depan, konsentrasi penambangan Freeport seluruhnya terfokus pada penambangan bawah tanah. Operasi tersebut membutuhkan modal besar, teknologi tinggi, serta sumber daya yang mumpuni.
Wilayah Grasberg, yang ditambang sejak 1991, cadangannya diperkirakan habis tahun depan atau selambatnya pada 2019. Penambangan bawah tanah akan menjadi fokus selanjutnya dalam operasi Freeport di Timika. Beberapa area penambangan bawah tanah yang digarap Freeport adalah Big Gossan, Deep Ore Zone, Deep Mill Level Zone, dan Kucin Liar. Beberapa wilayah penambangan bawah tanah itu sudah mulai ditambang sejak tahun 2000, sedangkan Kucing Liar dijadwalkan ditambang mulai 2025 mendatang.
Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Mineral pada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Bambang Susigit mengatakan, pasca akuisisi oleh PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum, mulai 2022 nanti, investasi yang dibutuhkan sedikitnya 10 miliar dollar AS sampai 2041 atau jangka waktu perpanjangan 2 x 10 tahun yang diberikan pemerintah. Nilai investasi tersebut setara dengan Rp 148 triliun apabila menggunakan kurs saat ini yang sebesar Rp 14.800 per dollar AS.
"Di era penambangan bawah tanah yang dalam, operasi Freeport di Timika membutuhkan pemanfaatan teknologi tinggi, modal besar, dan sumber daya yang andal. Penambangan bawah tanah lebih kompleks setelah era penambangan terbuka (open pit) berakhir," kata Bambang dalam diskusi bertajuk "Skenario Bisnis Pasca Akuisisi Freeport", Senin (17/9/2018), di Jakarta.
Operasi tambang bawah tanah Freeport yang rumit dan komplek, menurut Ketua Umum Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Sukmandaru Prihatmoko, bisa menjadi bahan pembelajaran bagi geolog Indonesia. Segala ilmu pengetahuan geologi dan teknologi tinggi bisa diterapkan di lokasi tersebut. Dirinya berharap ada transfer pengetahuan dari geolog yang sudah lama bekerja di Freeport kepada geolog muda Indonesia.
"Selain itu, dengan akuisisi saham 51 persen oleh Inalum, akan menaikkan posisi Inalum ke dalam jajaran perusahaan tambang kelas wahid di dunia. Yang penting, pengetahuan geologi, keahlian menambang, dan penerapan teknologi akan lebih mudah dikembangkan di wilayah operasi Freeport nanti," ucap Sukmandaru.
Tak boleh berhenti
Ketua Indonesian Mining Institute Irwandy Arif mengatakan, sejumlah hal yang patut diperhatikan dalam operasi tambang bawah tanah adalah pengaruh getaran seismik. Apalagi, sebagian lokasi penambangan bawah tanah berkedalaman hingga 1.000 meter dari permukaan tanah. Getaran yang mampu merusak tiang penyangga terowongan membutuhkan biaya mahal dan waktu lama untuk pemulihan.
"Jika ada gangguan tersebut, produksi akan terhambat. Apabila terhambat, praktis aliran pendapatan menjadi terganggu. Tantangan lain adalah menjaga kadar mineral yang ada. Sebagai contoh, setiap penurunan kadar emas sebesar 0,1 gram per ton, itu sama saja kehilangan pendapatan sebesar 220 juta dollar AS (Rp 3,2 triliun) dalam setahun," kata Irwandy.
Hal senada dikatakan Milawarma, Komisaris Independen pada PT Timah Tbk yang merupakan anak usaha Inalum. Menurut dia, kendati ada pergantian kepemilikan saham mayoritas pada PT Freeport Indonesia, operasi penambangan tidak boleh terhenti. Pergantian kepemilikan di dunia penambangan adalah hal wajar, tetapi hal itu tak boleh menghentikan operasi di lapangan.
Operasi PT Freeport Indonesia di Timika, sesuai kontrak, akan berakhir pada 2021. Beberapa waktu lalu terjadi kesepakatan divestasi saham PT Freeport Indonesia kepada Inalum hingga mencapai 51 persen. Nilai transaksi divestasi tersebut sebesar 3,85 miliar dollar AS. Saham Inalum di Freeport saat ini sebesar 9,36 persen.
Dalam sebuah konferensi pers pada pekan lalu, Direktur Utama Inalum Budi Gunadi Sadikin mengatakan, proses divestasi saham masih terus berlangsung dan sesuai jadwal. Tahapan terpenting berupa tanda tangan jual beli akan segera terealisasi. Namun, ia menolak menyebut kapan waktu pelaksanaan tanda tangan jual beli tersebut.
"Semua sesuai jadwal. Tinggal menunggu tanda tangan transaksi (jual beli saham). Makin cepat, makin baik (pelaksanaan transaksi jual beli saham Freeport)," kata Budi usai acara pemaparan kinerja penjualan komoditas mineral dan batubara, Rabu (12/9/2018), di Jakarta.