Apartemen di Dekat Stasiun Kereta Diminati Kaum Milenial
JAKARTA, KOMPAS — Proyek pembangunan hunian rumah susun berorientasi transit di sejumlah stasiun KRL, LRT, dan MRT menyasar kaum milenial. Kemudahan akses dan harga yang relatif terjangkau menjadi daya tarik tersendiri bagi kaum milenial.
Menurut Ketua Umum Real Estat Indonesia Soelaeman Soemawinata, inti dari konsep pembangunan berorientasi transit atau transit oriented development (TOD) adalah untuk mengajak masyarakat berpindah ke moda transportasi umum. Model hunian seperti ini sudah lazim di negara yang penduduknya berorientasi pada angkutan publik, contohnya Hong Kong dan Singapura.
Pada daerah yang mobilitas penduduknya tinggi seperti Jakarta, jenis tempat tinggal yang berdekatan dengan sarana transportasi umum semakin dicari warga. Hal ini karena kondisi lalu lintas di kota-kota besar yang semakin padat dan memperlambat warga untuk sampai ke tempat kerja.
”Hunian dengan konsep TOD bisa dibangun menyatu dengan stasiun atau terpisah dengan jarak yang tidak begitu jauh,” kata Soelaeman saat dihubungi di Jakarta, Rabu (19/8/2018).
Soelaeman juga mengatakan, pangsa pasar yang dicari pengembang kebanyakan adalah kaum milenial yang merupakan pekerja menengah. Kisaran harga unit dari Rp 300 juta hingga Rp 700 juta dinilai terjangkau bagi kalangan tersebut.
Penetapan harga juga didasarkan pada tingkat kenyamanan di daerah dekat sarana angkutan umum yang tidak akan senyaman rumah atau apartemen yang terletak jauh dari stasiun atau terminal.
Untuk membangun hunian rumah susun (rusun) TOD, salah satu hal penting yang perlu diperhatikan adalah luas lahan. Pembangunan berorientasi transit harus memiliki cukup ruang untuk fasilitas-fasilitas penunjang, seperti tempat tinggal, area komersial, ruang terbuka hijau, dan lahan parkir (park and ride).
Hal senada dikatakan Agus Komarudin, Kepala Humas PT Kereta Api Indonesia (Persero). Menurut dia, selain luas lahan, juga perlu diperhatikan akses antara transportasi umum lainnya.
Salah satu contoh hunian yang menggunakan konsep ini adalah LRT City. Kawasan yang dibuat PT Adhi Commuter Properti tersebut saat ini telah menetapkan tujuh lokasi untuk mendirikan tempat tinggal yang berdekatan dengan stasiun kereta ringan (light rail transit/LRT). Ketujuh lokasi tersebut berada di Bekasi Timur, Sentul, Jaticempaka, Ciracas, Cisauk, Ciputat, dan di kawasan Jalan MT Haryono, Jakarta Timur.
Menurut Amrozi Hamidi, Direktur Utama PT Adhi Commuter Properti, sudah ada lima dari tujuh lokasi yang telah ditawarkan kepada peminat. Progres penjualan unit hunian rata-rata sekitar 70 persen. Dua lokasi lain yang belum dipasarkan adalah LRT City di Cisauk dan Ciputat.
Amrozi mengatakan, pangsa pasar LRT City adalah kaum milenial yang berusia 25-40 tahun. Oleh karena itu, desain dan fasilitas yang ada juga menyesuaikan dengan target konsumen. Di LRT City akan dibuat pusat perbelanjaan, area komersial, taman, dan area kuliner.
”Tinggal di area TOD akan mempermudah akses warga ke transportasi umum, sekaligus mempersingkat waktu perjalanan,” ujarnya.
Tinggal di area TOD akan mempermudah akses warga ke transportasi umum, sekaligus mempersingkat waktu perjalanan.
PT Intiland Development Tbk berencana menghubungkan gedung-gedung miliknya dengan stasiun transportasi massal cepat (mass rapid transit/MRT) Jakarta. Menurut Theresia Rustandi Dharmala, Corporate Secretary PT Intiland Development Tbk, saat ini pihaknya masih menyelaraskan rencana ini dengan PT MRT Jakarta selaku pengelola.
Menurut Theresia, koneksi gedung milik PT Intiland ke stasiun MRT baru boleh dilaksanakan setelah MRT beroperasi, yaitu April 2019. Saat ini, urusan perizinan dan koordinasi teknis sedang dilakukan kedua pihak agar tidak terjadi kesalahan pembangunan.
Beberapa gedung yang akan diintegrasikan dengan stasiun MRT adalah Intiland Tower yang berdekatan dengan Stasiun Karet, Apartemen 57 Promenade di kawasan Jalan MH Thamrin, Gedung South Quarter yang berada di dekat Stasiun Lebak Bulus, dan Kompleks Talaga Bestari yang terletak di Cikupa, Tangerang.
Selain itu, PT KAI juga bekerja sama dengan sejumlah perusahaan pengembang untuk membangun rusun dengan konsep hunian TOD di banyak stasiun milik KAI. Proyek itu diharapkan akan selesai dalam dua tahun.
Agus Komarudin memaparkan, terdapat lima stasiun KRL yang telah dilakukan peletakan batu pertama untuk pembangunan hunian vertikal dari tiga perusahaan BUMN. Kelima stasiun itu adalah Stasiun Tanjung Barat dan Pondok Cina oleh Perum Perumnas, Stasiun Tanah Abang dan Juanda yang dilakukan PT Pembangunan Perumahan (Persero), serta Stasiun Pasar Senen oleh PT Wijaya Karya (Persero).
Sementara itu, ada tujuh stasiun KRL yang akan dibangun hunian rusun TOD, yaitu Jurang Mangu, Rawa Buntu, Parung Panjang, Cisauk, Bekasi, Klender, dan Bogor.
”Rencananya, ada tujuh stasiun KRL lain yang akan dilakukan groundbreaking. Semua dilakukan secara bertahap, ada yang masih pengurusan berkas juga,” ujar Agus.
Terdapat maket hunian rusun TOD yang terpajang di tengah hall Stasiun Palmerah. Maket itu cukup menarik perhatian penumpang di stasiun itu. Beberapa penumpang mendekati maket itu untuk melihat lebih jelas. Menurut Agus, proyek hunian TOD di Stasiun Palmerah masih dalam evaluasi atau ditinjau ulang terkait luas lahannya.
Dari pengamatan Kompas di Stasiun Tanjung Barat, lokasi proyek pembangunan dikelilingi kain spanduk di pembatas pagar peron dan sebagian seng dan tripleks. Belum terlihat aktivitas pengerjaan proyek meskipun beberapa alat berat dan tiang beton ada di sana. Berdasarkan Kompas 16 Agustus 2017, peletakan batu pertama pembangunan rusun TOD di stasiun itu telah dilakukan pada Selasa (15/8/2017).
Menanggapi hal itu, Agus mengatakan, surat perjanjian kerja sama dan hak pengelolaan lahan dari Badan Pertanahan Nasional sudah lengkap. Berkas-berkas lain sudah diserahkan ke Perum Perumnas, selanjutnya Perum Perumnas yang mengurus izin membangunnya.
Sementara itu, pengerjaan proyek pembangunan rusun TOD di Stasiun Pondok Cina sedang berlangsung. Pagar seng tinggi mengelilingi lokasi proyek. Ada beberapa alat berat, seperti ekskavator, yang bergerak aktif.
Menurut rencana, di Stasiun Pondok Cina akan dibangun 2.100 unit rusun dan di Stasiun Tanjung Barat akan dibangun 1.500 unit rusun. Selain itu, akan dibangun kawasan komersial yang terintegrasi dengan hunian. Kawasan komersial tersebut menjadi titik berkumpul antara penghuni dan pengguna kereta komuter (Kompas, 12 Juni 2017).
Di Stasiun Rawa Buntu, terdapat stan Perumnas yang dijaga setidaknya dua orang. Mereka menawarkan brosur bertuliskan ”Prasada Mahata”, hunian menempel di stasiun KRL. Menurut keterangan penjaga stan itu, hunian rusun TOD akan dibangun di area parkir selatan Stasiun Rawa Buntu. (LORENZO ANUGRAH MAHARDHIKA/MELATI MEWANGI)