Deteksi Pekerja Migran Lewat Sistem "Smart Embassy"
Oleh
Rhama Purna Jati
·3 menit baca
Jari duta besar Indonesia untuk Singapura I Gede Ngurah Swajaya bergerak lincah di layar televisi LCD berukuran 32 inch. Di layar tersebut tertera peta Singapura secara keseluruhan. Di peta digital itu tampak beberapa titik hijau yang menunjukan keberadaan Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang ada di Singapura.
“Ayo sebutkan satu nama saja yang bapak mau,” ujar Ngurah kepada Direktur Utama BNI Syariah Abdullah Firman Wibowo di Kantor Kedutaan Besar Indonesia untuk Singapura, Selasa (18/9/2018). “Coba nama Sri Rahayu,” kata Abdullah. Setelah itu munculah sekitar 120 nama tersebut di dalam peta tersebut, termasuk keberadaannya.
Nama Sri Rahayu muncul di beberapa tempat di Singapura. Salah satu titik pun dipilih dan munculah sebuah foto PMI bernama Sri Rahayu termasuk juga biodata lengkapnya. Tidak hanya biodata, bahkan gajinya pun tertera.
Dalam sistem Smart Embassy itu, juga terdata asal dari PMI, bukan hanya provinsi saja bahkan sampai asal kabupatennya. Di dalam aplikasi tersebut juga tertera beberapa fitur lainnya seperti fitur aduan yang berfungsi sebagai wadah bagi PMI untuk melaporkan segala hal yang merugikan dirinya.
Di aplikasi tersebut juga terdapat jadwal kegiatan yang akan diselenggarakan KBRI di Singapura. Termasuk kegiatan pelatihan bagi para PMI Indonesia dengan demikian akan lebih mudah memberikan pengumuman kegiatan bagi PMI yang tersebar di sejumlah wilayah di Singapura.
Fitur lain yakni adanya layanan e-commerce yang menunjukan ribuan produk buatan Indonesia yang diekspor ke Singapura. Ada produk olahan makanan, kerajinan, dan produk buatan Indonesia lainnya. Barang tersebut ditawarkan melalui aplikasi sehingga mempermudah penjual dan pembeli bertransaksi.
Ngurah mengatakan, menurutnya di era digital ini, layanan untuk PMI harus dipermudah. Salah satunya untuk mendeteksi keberadaan PMI di Singapura. “Ini salah satu bentuk perlindungan pemerintah kepada warganya di luar negeri,” ucap Ngurah.
Saat ini, di Singapura terdapat sekitar 120.000 PMI yang bekerja tanpa memiliki sertifikat keahlian. Sebagian besar bekerja sebagai asisten rumah tangga dan pekerja domestik. Selain itu, ada 30.000 PMI bekerja sebagai pelaut di kapal berbendera Singapura, dan 20.000 lainnya bekerja sebagai tenaga profesional.
Dari sekitar 170.000 PMI yang ada di Singapura itu, baru 112.000 PMI yang terdata dalam aplikasi. Oleh karena itu, pendataan terus dilakukan agar semuanya tenaga kerja terdeteksi.
Biasanya, mereka yang sudah terdata langsung mendapatkan Kartu Pekerja Indonesia Singapura (KPIS). Selain untuk pendataan, kartu ini juga berfungsi untuk melakukan kegiatan perbankan di BNI.
Etalase Produk Indonesia
Selain menjelaskan cara kerja sistem Smart Embassy, Ngurah juga memperlihatkan ruangan serba guna yang juga memajang sejumlah produk yang dihasilkan oleh pengusaha asal Indonesia dan sudah diekspor ke Singapura. Diantaranya makanan dan minuman, kerajinan tangan, kursi, kopi, bahkan ban berikut peleknya.
Ngurah mengatakan ada ribuah produk yang sudah di ekspor ke Singapura. Hanya beberapa diantaranya yang dipajang di KBRI di Singapura untuk memperlihatkan produk Indonesia yang sudah beredar di Singapura. Pihaknya juga memajang produk tersebut dalam sistem e-commerce.
Keunikan lain adalah barcode yang ada di dalam kemasan dapat dibaca oleh telepon pintar, setelah itu akan muncul spesifikasi dan informasi lengkap soal produk tersebut.
Ngurah berharap, sistem Smart Embassy mempermudah kehidupan warga negara Indonesia di Singapura baik untuk perlindungan termasuk untuk mempromosikan produknya di Singapura.
Direktur Utama BNI Syariah Abdullah Firman Wibowo sangat terinspirasi dengan inovasi yang dibuat oleh KBRI. Menurutnya, sistem ini akan membantunya untuk mengetahui keberadaan warga negara Indonesia di Singapura. Dengan data ini diharapkan dapat memberikan petunjuk bagi perusahaannya untuk menjaring pasar.
Abdullah mengatakan, sampai saat ini ada 700 nasabah BNI Syariah di Singapura dengan dana pihak ketiga (DPK) Rp 3 miliar-Rp 4 miliar.