BEIJING, SELASA - Terganggunya rantai pasokan global hingga tekanan lebih lanjut terhadap perekonomian dunia dikhawatirkan sejumlah pihak. Kekhawatiran itu merupakan respons perkembangan baru perang dagang yang dipicu Amerika Serikat terhadap China. Apalagi Beijing pun siap membalas rencana penerapan tarif terbaru oleh Washington.
Menteri Keuangan Jepang Taro Aso mengingatkan, ketidakseimbangan perdagangan global harus diperbaiki untuk menghindari krisis keuangan lain. Keputusan AS memberlakukan tarif baru pada China sangat disesalkan Jepang karena dapat melukai ekonomi global dan dapat menimbulkan konsekuensi yang tidak diinginkan pada negara lain. Penjualan produk perusahaan Jepang pun bisa terpukul jika rantai pasokan global terganggu.
”Negara dengan perekonomian nomor satu dan nomor dua sepatutnya bernegosiasi secara layak,” kata Aso di Tokyo, Selasa (18/9/2018). ”Turunnya volume perdagangan berarti sebuah kontraksi terhadap perekonomian mereka dan efek atas hal itu di negara-negara lain akan menjadi besar.”
Presiden AS Donald Trump benar-benar menerapkan ancaman berupa tarif baru terhadap barang asal China, yakni 10 persen tarif atas barang-barang senilai 200 miliar dollar AS. Tarif yang diumumkan awal pekan ini akan berlaku mulai 24 September sebelum dinaikkan lagi menjadi 25 persen pada tahun depan.
Tarif itu mencakup aneka produk, termasuk penerima data suara, modul memori komputer, dan pemroses data otomatis.
Namun, ada pengurangan produk dibandingkan dengan daftar awal yang diumumkan pada Juli lalu, seperti jam tangan pintar dan aneka produk keselamatan anak.
”Kita telah sangat jelas terkait jenis-jenis perubahan yang perlu dilakukan dan kami telah memberikan setiap kesempatan kepada China agar memberlakukan kita lebih adil,” kata Trump. ”Namun, sejauh ini, China tidak menampakkan itikad mengubah cara dagangnya.”
Kini lanjutan negosiasi perdagangan AS-China pun menjadi tidak jelas. China telah menuduh AS memulai ”perang dagang terbesar dalam sejarah ekonomi” dan sekali lagi bersumpah untuk membalas dengan penerapan tarif impor sebesar 60 miliar dollar AS untuk barang-barang AS.
”Untuk menjaga hak dan kepentingan yang sah serta tatanan perdagangan bebas global, China tidak punya pilihan selain mengambil tindakan balasan,” demikian pernyataan Kementerian Perdagangan China di Beijing.
Rupiah tertekan
Sentimen negatif pelaku pasar terhadap perang dagang AS-China kembali memperlemah nilai tukar rupiah. Namun, aksi perbankan dan eksportir melepas dollar AS dapat mendorong penguatan rupiah hingga penutupan pasar.
Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate kemarin, rupiah melemah 49 poin dari hari sebelumnya menjadi Rp 14.908 per dollar AS. Di pasar tunai, rupiah diperdagangkan pada level Rp 14.855-Rp 14.933 per dollar AS.
Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Ari Kuncoro menilai Bank Indonesia perlu membaurkan strategi menaikkan suku bunga dengan berbagai kebijakan, seperti pengelolaan cadangan devisa dan intervensi pasar. Kombinasi kebijakan ini diharapkan dapat meyakinkan pelaku pasar bahwa perekonomian Indonesia masih kondusif.
Menurut Ari, untuk menghadapi perang dagang, pengelolaan cadangan devisa merupakan cara yang tepat untuk menekan volatilitas nilai tukar rupiah. Selanjutnya, instrumen menaikkan tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) 7-DRRR secara wajar juga perlu dipertimbangkan untuk menunjukkan eksistensi BI di pasar.