SOREANG, KOMPAS - Sedimentasi Sungai Citarum di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, kian parah dan masih berpotensi memicu banjir saat musim hujan tahun ini. Pengerukan sedimentasi mutlak dilakukan untuk menambah daya tampung sungai.
Pengerukan sedimentasi Citarum dilakukan di Bojongsoang sepanjang 1,5 kilometer. Kawasan ini langganan banjir tahunan, karena berada di pertemuan Citarum dan Sungai Cikapundung.
“Pengerukan agar aliran air saat musim hujan tidak terhambat,” kata Wakil Komandan Satuan Tugas Citarum Harum Bidang Penataan Ekosistem yang juga Panglima Kodam III Siliwangi Mayor Jenderal Besar Harto Karyawan, Selasa (18/9/2018).
Menurut Harto, sedimentasi Citarum perlu segera dikeruk. Apalagi, berdasar prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) musim hujan akan tiba akhir Oktober 2018.
Sedimentasi mempersempit badan sungai di beberapa titik. Sungai yang semula lebarnya 40 meter tinggal sepuluh meter karena sedimentasi di bagian tepi.
Menurut Harto, sungai dikeruk saat kemarau untuk mempermudah pengangkutan. Setelah dikeruk menggunakan alat berat, tanah sedimen dikumpulkan dan diangkut truk.
Komandan Sektor VI Satgas Citarum Kolonel Yudi Zanibar mengatakan, pengerukan sedimentasi di Bojongsoang dilakukan sejak akhir Agustus 2018. Hasilnya, lebih dari 30.000 meter kubik sedimen diangkut dari sungai terpanjang di Jabar itu.
“Diperkirakan sedimentasinya mencapai 230.000 meter kubik. Kami akan keruk sampai menjelang musim hujan,” ujarnya.
Sebatas mencegah
Menurut Yudi, sedimentasi menjadi salah satu pemicu utama banjir di Bojongsoang, Dayeuhkolot, dan Baleendah. Untuk itu, di saat kemarau, sedimentasi dikeruk sehingga mengurangi dampak banjir saat musim hujan.
“Untuk membuat tidak ada banjir sama sekali mungkin sulit. Namun, dengan pengerukan ini, setidaknya ketinggian banjir bisa berkurang,” ujarnya.
Salah satu yang digalakkan adalah menghindari membuang sampah ke sungai. Sampah sangat berpotensi menyumbat aliran sungai. “Semua pihak, termasuk warga, harus ikut menjaga kebersihan sungai. Jika sudah terjadi banjir, banyak pihak dirugikan,” ujarnya.
Solihin (32), warga Bojongsoang berharap, pengerukan sedimentasi itu dilakukan konsisten. Jika tidak, sedimentasi akan terus bertambah.
“Sedimentasi Citarum sudah parah. Kalau hanya dikeruk sesekali, tidak akan maksimal. Semoga pengerukan kali ini dapat mengurangi dampak banjir saat musim hujan nanti,” ujarnya.
Selain sedimentasi, Harto mengatakan, Citarum juga belum terbebas dari pencemaran limbah industri. Masih ditemukan pengusaha nakal yang langsung membuang limbah ke sungai tanpa melalui instalasi pengolahan air limbah. (TAM)
“Saya gemas dengan pelaku usaha yang masih bandel. Padahal kami sudah mengecor puluhan saluran pembuangan pabrik karena langsung membuang limbah ke Citarum,” ujarnya.
Kondisi itu, terlihat jelas pada Selasa siang. Di Beberapa ruas sungai di Kabupaten Bandung, air Citarum menghitam dan berbau tak sedap. Diduga kuat, air sudah tercemar limbah.