Digitalisasi Reksa Dana Tingkatkan Jumlah Investor
Oleh
ADHI KUSUMAPUTRA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS—Jumlah investor reksa dana meningkat drastis dalam tiga tahun terakhir. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya penjualan produk reksa dana secara daring melalui situs belanja daring yang difasilitasi pemerintah melalui Otoritas Jasa Keuangan.
Pendiri Bareksa Karaniya Dharmasaputra mengatakan, terjadi peningkatan jumlah nasabah reksa dana di Indonesia sebesar 231,54 dalam waktu tiga tahun. Pada Januari 2015, jumlah nasabah reksa dana di Indonesia sekitar 248.000. Jumlah nasabah meningkat menjadi 822.211 pada 2018.
Pertumbuhan jumlah nasabah juga dirasakan Bareksa.com. “Bareksa dimulai dengan jumlah nasabah kurang dari 2.500 dengan total dana investasi sekitar Rp 31 miliar. Pada 2017, jumlah nasabah hampir mencapai 50.000 orang. Namun, sejak Selasa 18 September 2018, total nasabah kami 223.917 dengan total dana investasi lebih dari Rp 1,6 triliun,” kata Karaniya dalam acara Bareksa-Kontan Fund Awards 2018, Rabu (19/9/2018) malam di Jakarta.
Menurut Deputi Direktur Perizinan Pengelolaan Investasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), I Made Bagus Tirthayatra, peningkatan tajam jumlah nasabah disebabkan oleh penjualan secara daring. Ia menyatakan, OJK turut berperan menciptakan tren ini dengan mengeluarkan beberapa kebijakan.
Jumlah nasabah meningkat tajam disebabkan oleh penjualan secara daring.
“Misalnya Surat Edaran OJK tahun 2014, kita membuat aturan yang jelas mengenai persyaratan dan tata cara untuk menyediakan transaksi reksa dana secara online. Kemudian tahun 2016, dikeluarkan juga Peraturan OJK (POJK) mengenai aturan pembayaran investasi secara elektronik. Di tahun yang sama, kami juga mengeluarkan POJK untuk menjual reksa dana melalui gerai-gerai penjualan melalui Tokopedia dan Bukalapak,” kata Made.
Untuk mendukung perkembangan transaksi reksa dana secara daring, kata Made, perizinan bagi manajer investasi maupun agen penjualan reksa dana, di OJK telah dilakukan secara daring. Demikian pula halnya dengan izin pembuatan produk reksa dana serta penyampaian laporan. Dengan sistem daring yang telah ada, Made berharapkan kepercayaan investor terhadap pelaku reksa dapat bertahan.
Kepala Kebijakan Pengelolaan Investasi OJK Solihin mengatakan, teknologi finansial membantu meningkatkan pengetahuan masyarakat Indonesia tentang reksa dana. Ia yakin, tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia saat ini telah meningkat dibandingkan tahun 2016, yakni 29,7 persen. “Nanti kami akan lakukan survei lagi untuk mengetahui adanya peningkatan,” ujarnya.
Situs belanja daring memainkan peran penting dalam peningkatan jumlah investor reksa dana. Kepala Pelayanan Pembayaran dan Keuangan Bukalapak Destya Pradityo mengatakan, pihaknya memiliki produk Bukareksa dalam kerangka kerja sama dengan Bareksa. Terdapat 10 jenis produk dari keempat jenis reksa dana, yakni reksa dana pasar uang, pendapatan tetap, campuran, dan saham. Produk-produk ini dikelola tujuh manajer investasi.
Jumlah nasabah Bukareksa, kata Destya, telah mencapai 100.000 orang. “Ini disebabkan masa tunggu persetujuan pada investor yang semakin cepat. Awalnya 3—5 hari kerja, sekarang kurang dari tiga jam sudah approved,” kata Destya.
Sementara itu, Kepala Teknologi Finansial Tokopedia Samuel Sentana mengatakan, seseorang dapat berinvestasi melalui reksa dana hanya dengan Rp 10.000. Ini merupakan bentuk demokratisasi perdagangan serta inklusi finansial melalui tekfin yang menjadi misi Tokopedia.
“Uang yang dimiliki pengguna Tokopedia harus bisa dibuat investasi. Ini juga membantu meningkatkan literasi keuangan masyarakat,” ujar Samuel.
Ke depan, OJK menargetkan jumlah investor reksa dana meningkat hingga mencapai 5 juta pada 2020. Destya yakin, pasar keuangan dapat berkembang jika didukung oleh sistem pembayaran yang bagus dan cepat. Hal ini diusahakan oleh Bukalapak dan Tokopedia dengan membatasi jumlah laman pembayaran menjadi satu laman. Selain itu, keamanan pembayaran juga ditingkatkan dalam kerjasama dengan Bareksa. (KRISTIAN OKA PRASETYADI)