NGAMPRAH, KOMPAS — Pertanian hortikultura Indonesia digenjot untuk pasar ekspor. Pemerintah meminta petani tetap optimistis agar bisa menembus pasar internasional sehingga meningkatkan devisa negara. Kualitas barang yang telah menembus ekspor juga perlu dijaga untuk menambah permintaan pasar.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman di Lembang, Kamis (20/9/2018), menyatakan, ekspor produk hortikultura Indonesia telah menembus 11 negara. Dalam kunjungannya di Spekta Hortikultura 2018, Andi menekankan pentingnya ekspor untuk menambah devisa negara.
Andi menjelaskan, ekspor produksi pertanian meningkat 24 persen pada tahun 2017 dengan nilai Rp 441 triliun. ”Peningkatan ini terjadi berkat bibit yang diberikan Presiden Jokowi tiga tahun lalu senilai Rp 5,5 triliun. Sekarang kita memanennya, bahkan bisa mengekspor ke 11 negara,” katanya.
Tanaman hortikultura merupakan kelompok tanaman yang dibudidayakan di kebun, seperti buah-buahan, sayur-sayuran, tanaman obat, dan tanaman hias. Andi berharap petani hortikultura semakin optimistis dengan pencapaian ekspor tersebut.
Kemakmuran petani akan semakin baik jika menghasilkan produk berkualitas. Proses pengolahan yang maksimal, tuturnya, juga menambah nilai produk, mulai dari kebersihan, keamanan, dan indikator lainnya.
”Kelemahan Indonesia masih di pengemasan. Bahan dengan bibit unggul akan kalah dengan produk dengan kemasan yang lebih baik, bersih, dan memenuhi standar negara-negara sasaran ekspor,” ujarnya.
Senada dengan Andi, Ketua Asosiasi Florikultura Sukabumi M Anas Anis menyatakan, kemasan yang baik menunjang pasar ekspor. Ia berujar, tanaman hias Indonesia memiliki kualitas yang mampu bersaing dengan tanaman dari negara produsen lainnya, seperti China, Thailand, dan Vietnam.
Anas menjelaskan, hasil ekspor tanaman hias dari Sukabumi mencapai Rp 100 miliar per tahun. Salah satu tanaman hias yang mengalami peningkatan adalah tanaman hias Dracaena sanderiana atau yang lebih populer dengan sebutan Bambu Keberuntungan.
Anas berujar, tumbuhan ini menjadi komoditas yang dicari di pasar internasional karena memiliki kualitas yang mampu bersaing dengan negara lain. ”Kalau tumbuhan kita disejajarkan dengan negara-negara lain saat pameran, pengunjung akan lebih tertarik dengan kami. Intinya satu, pengemasan yang unik dan menarik,” ujarnya.
Menurut Anas, perhatian terhadap budidaya tanaman hias sebagai bagian dari hortikultura dapat meningkatkan kemakmuran petani karena bisa dilaksanakan sambil mengerjakan keperluan-keperluan lainnya.
Ahen (42), Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Alamanda Sukabumi, menyatakan, budidaya tanaman hias Dracaera sanderiana ini mendatangkan keuntungan yang tinggi. Ia berujar, petani mendapatkan rata-rata Rp 7 juta per bulan dari produk ini.
Ahen memaparkan, petani yang tergabung dalam budidaya bambu keberuntungan ini lebih dari 250 orang. Petani tersebut berasal dari 9 gapoktan lain yang bekerja sama, dan petani-petani lain yang ikut bergabung.
”Saat ini permintaan semakin tinggi. Dua tahun terakhir saja ada beberapa negara ekspor baru, seperti India. Sebelumnya, negara-negara Timur Tengah, seperti Qatar dan Uni Emirat Arab, menjadi importir kita. Belum lagi negara-negara besar, seperti Amerika Serikat dan Kanada. Jadi semuanya sekitar 11 negara,” kata Ahen.