VIENNA, KOMPAS — Indonesia berkomitmen berkontribusi memperkuat program kerja sama teknis yang dikembangkan Badan Energi Atom Internasional di bidang pemanfaatan teknologi nuklir untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Kerja sama itu untuk kepentingan nasional sekaligus bermanfaat bagi negara lain.
Duta Besar RI untuk Austria dan Slovenia Darmansjah Djumala menegaskan hal itu dalam pernyataannya selaku Ketua Delegasi Indonesia pada Sidang Umum Badan Energi Atom Internasional (IAEA) ke-62, Rabu (19/9/2018), di Vienna International Center, Vienna, Austria.
”Upaya menjamin keamanan penggunaan nuklir secara komprehensif agar bahan nuklir dipastikan untuk tujuan damai,” kata Djumala. Penguatan keamanan nuklir harus tak menghambat kerja sama internasional di bidang nuklir untuk tujuan damai, termasuk program kerja sama teknis IAEA.
Terkait isu Korea Utara, Indonesia mendesak Korea Utara mengambil langkah nyata untuk denuklirisasi dengan kembali jadi negara pihak non-proliferation treaty (NPT) atau traktat pelarangan proliferasi senjata nuklir. Di NPT, negara yang tak punya senjata nuklir dilarang mempunyai senjata nuklir.
Sektor peternakan
Dalam Sidang Umum IAEA, Indonesia bersama China dan Afrika Selatan menyusun rancangan resolusi penguatan peran IAEA mendukung negara-negara anggota bidang pertanian. Rancangan itu menyebut pengalaman Indonesia dalam pengembangan varietas padi dan kedelai unggul sebagai contoh sukses.
Resolusi ini akan jadi rujukan pengembangan kerja sama yang berdampak luas pada pengembangan sosial-ekonomi warga. Contoh keunggulan Indonesia di bidang aplikasi nuklir ialah peningkatan produktivitas ternak. Teknologi nuklir dipakai 74 komunitas peternak di Sekolah Peternakan Rakyat di Indonesia atas inisiasi dari Institut Pertanian Bogor (IPB).
Wakil Rektor IPB Prof Dodik R Nurrochmat, dalam Forum Ilmiah IAEA 2018, kemarin, menyatakan, penerapan teknik nuklir mendorong produktivitas ternak, antara lain seleksi dan perbaikan genetika hean ternak. ”Teknik diagnostik molekuler dengan isotop dipakai untuk menelusuri riwayat ternak,” ujarnya.
Teknik nuklir juga untuk mengetahui hormon pada hewan ternak betina terkait siklus reproduksi sehingga inseminasi dan transfer embrio ternak lebih efisien. Penerapakan teknologi nuklir juga untuk membuat pakan yang tidak menimbulkan efek sendawa metana pada ternak ruminansia. ”Industri peternakan merupakan salah satu penghasil emisi,” ujarnya.
Menurut Deputi Direktur Senior Institut Teknologi Industri Kementerian Ilmu Pengetahuan dan Riset Sri Lanka Ilmi Hewajulige, keamanan pangan jadi tantangan perubahan iklim. ”Iradiasi pangan ialah teknik untuk mengawetkan makanan. Ini mengurangi risiko penyakit ditularkan lewat makanan,” ujarnya.
”Pemakaian iradiasi untuk makanan digunakan di sejumlah negara antara lain buah hasil iradiasi dari Thailand, Vietnam, India, dan Bangladesh yang diekspor ke mancanegara,” ujarnya. Beberapa jenis buah hasil iradiasi, yakni buah naga dari Vietnam, mangga dari India, dan kentang yang diproduksi di Jepang.
Adapun iradiasi gamma digunakan sebagai penanganan sanitasi. Contohnya, di China, produk salad menggunakan teknologi itu untuk memastikan kebersihannya atau bebas dari kuman penyakit. ”Dengan demikian, iradiasi menjamin keamanan pangan di pasaran,” ungkapnya.