Mengintip Ranjang Tempat Presiden AS Kennedy Dilahirkan
Oleh
Fransiskus Pati Herin
·5 menit baca
Keterangan yang terpampang di belokan masuk Jalan Beals bahwa jarak tempuh menuju rumah kelahiran presiden ke-35 Amerika Serikat, John Fitzgerald Kennedy, tinggal tersisa seperempat mil itu mendorong kaki melangkah lebih cepat. Bagi pencinta sejarah dunia, khususnya pengagum sosok John Kennedy, momentum ini seperti hendak mencapai puncak kegembiraan paling tinggi.
Setelah melewati beberapa rumah, tampak dua orang berseragam pegawai Taman Nasional Departeman Dalam Negeri AS berdiri di trotoar depan sebuah rumah yang di halamannya berkibar bendera kebangsaan AS. Inilah rumah kelahiran John Kennedy yang beralamat di Jalan Beals, Brookline, Massachusetts, AS.
Beberapa pengunjung sudah tiba terlebih dahulu menunggu waktu tur yang dijadwalkan pukul 11.00 waktu setempat. Sambil menunggu tur dimulai, mereka tampak duduk di bawah pepohanan yang rindang. Jalan Beals dahulu dianggap sebagai kompleks perumahan elite. Banyak orang berpengaruh tinggal di situ. Kalau di Jakarta mirip Menteng. Wilayah itu berada di tepian Boston, kota terbesar di Negara Bagian Massachusetts.
Ayah Kennedy, Joseph Kennedy, tergolong orang sukses dalam berbisnis pada zaman itu. Setelah menikahi Rose Kennedy, ibunda John Kennedy, pada tahun 1914, mereka membeli rumah itu senilai 6.500 dollar AS. Sebagai pasangan muda, mereka lalu tinggal di rumah itu. ”Dan, di sinilah John Kennedy dilahirkan,” ujar Susan Adler, sukarelawan pemandu sambil mengajak masuk ke dalam rumah itu.
Sebelum masuk, Susan mengingatkan pengunjung agar tidak menyentuh bagian apa pun di dalam rumah itu kecuali pagar pembatas. Hal itu untuk menjaga agar barang-barang asli dan antik yang ada di dalam rumah itu tidak cepat rusak. Ini memang berlaku di hampir semua tempat cagar budaya seperti di Indonesia. Dan, satu lagi, pengunjung dilarang mengambil video. Foto diperbolehkan, tetapi tanpa bantuan cahaya atau blitz.
Di lantai pertama, Susan memperkenalkan ruang tamu dan ruang makan. Di ruang tamu terpajang foto-foto keluarga Kennedy dan sofa untuk bersantai. Ada juga piano. Rose punya kegemaran bermain piano. Jiwa musiknya itulah yang ikut mendorong John Kennedy dan saudara-saudaranya untuk mencintai seni. Saat menjabat Presiden AS, John Kennedy mengeluarkan kebijakan dana abadi bagi pengembangan seni musik di negara itu.
Kebijakan pertama di AS membuat John Kennedy dicintai kalangan pekerja seni. Apakah John Kennedy bisa bermain piano atau memiliki suara merdu? Susan tidak yakin dirinya mengetahui hal ini. ”Dia sepertinya lebih suka berorasi di muka umum. Dia politisi yang hebat sejak masih muda,” ujar Susan sambil mengajak ke lantai dua.
Inilah lantai tempat bersejarah di rumah tersebut. Di salah satu kamar itu terdapat dua tempat tidur. Satu ranjang berada dekat pintu masuk dan satunya dekat jendela. Pada ranjang dekat jendela itulah Rose melahirkan John pada sekitar pukul 03.00 tanggal 29 Mei 1917. Terbayang pemimpin besar dunia itu pertama kali menghirup udara di bumi ini pada 101 tahun silam.
Mengapa Rose tidak melahirkan di rumah sakit? Bagi Rose, rumah sakit adalah rumah untuk orang sakit. Dirinya bukan orang sakit. Kakak John Kennedy dan dua adiknya juga lahir di rumah itu. John Kennedy merupakan anak kedua. Saat melahirkan, ia memilih berbaring di tempat tidur dekat jendela agar lebih mudah mendapat cahaya dan udara dari luar.
Di kamar anak-anak terdapat banyak buku. Sejak kecil anak-anak dibiasakan membaca. John Kennedy sendiri, menurut catatan Rose dalam secarik kertas yang tersimpan di kamar itu, sering sakit. Karena itu, ia sering menghabiskan waktu di kamar. Selama lebih kurang enam tahun John tumbuh di rumah itu sebelum mereka menempati rumah baru di pusat kota Boston. Rumah itu sempat dijual.
Setelah John tertembak dan meninggal pada 1963, Rose membeli kembali rumah itu. Pada 29 Mei 1969 ia mendonasikannya kepada Pemerintah AS untuk dijadikan sebagai tempat mengenang putranya. Setelah John meninggal, banyak orang ingin mencari tempat yang ada hubungannya dengan akar John. ”Sebagai seorang ibu, saya kadang merasakan ada energi lain di sini. Energi itu saya yakini energi Rose,” kata Susan.
Dokumen tentang perjalanan hidup John mulai dari kecil, belajar di Harvard University, berpolitik praktis, hingga merebut kursi presiden AS dapat dibaca dari buku-buku yang ada di lantai dasar rumah itu. Ada juga video pendek dan koran terbitan tahun 1963 yang mengulas tentang pembunuhan Presiden AS satu-satunya berlatar belakang Katolik itu. Dalam politik AS, golongan Katolik masuk kelompok minoritas.
Jilian, mahasiswi Boston University asal Filipina, datang bersama ayahnya untuk mengunjungi rumah kelahiran John Kennedy itu. Menurut Jilian, John Kennedy adalah pemimpin dunia yang memberikan inspirasi lintas generasi. Ia sendiri masih ingat salah satu ucapan John yang terkenal, yakni ”Jangan tanyakan apa yang negara berikan kepada Anda, tetapi tanyakan apa yang Anda berikan kepada negara”.
Kesan serupa juga disampaikan pengunjung lainnya. ”Saya senang bisa melihat ranjang tempat pemimpin besar itu lahir. Ini menjadi bagian dari sejarah hidup saya,” ujar Shella, yang mengaku berasal dari Hawaii.
Phil Olynciw, sukarelawan lainnnya, menambahkan, animo orang untuk datang ke tempat itu tinggi. Hampir setiap hari belasan orang berkunjung ke sana. Pengunjung kebanyakan berasal dari negara bagian lain di AS.
Apakah politisi atau calon-calon sering berziarah ke rumah itu untuk ”meminta restu” sebelum berlaga dalam kontestasi politik seperti calon senator atau calon presiden AS? Susan mengatakan, tidak. Di Indonesia, tempat bersejarah seperti makam atau rumah kelahiran tokoh-tokoh berpengaruh ramai dikunjungi polisi menjelang pemilu. Selain meminta restu, juga menarik dukungan politik dari kalangan yang memiliki garis politik dengan tokoh itu.
Rumah itu menjadi tempat bagi pencita sejarah dunia, terutama mereka yang mengagumi John Kennedy. Bagi penggemar John Kennedy, melihat ranjang tempat kelahiran tokoh dunia itu adalah puncak kegembiraan paling tinggi. Tak ada narasi yang bisa mewakili perasaan mereka.