JAKARTA, KOMPAS — Empat orang dengan HIV/AIDS akan berlari maraton sebagai langkah mengeliminasi stigma dan diskriminasi di masyarakat. Hal itu mewujud dalam ajang Jakarta Marathon yang akan berlangsung pada 28 Oktober 2018.
Keempat orang dengan HIV/AIDS (ODHA) itu adalah Tri Eklas Tesa Sampurno, Eva Dewi, Sepi Maulana Adriansyah, dan Ade Fikran.
Tri Eklas Tesa Sampurno atau Tesa, pada Kamis (20/9/2018), di Jakarta, mengatakan, pemahaman masyarakat tentang HIV/AIDS masih rendah. ”Masih banyak orang yang mengira bahwa ODHA hanya bisa berbaring di kamar,” ujarnya.
Oleh karena itu, Tesa menambahkan, kegiatan ini bentuk melawan stigma dan diskriminasi terkait dengan HIV dan AIDS. ”Saya mau menunjukkan bahwa ODHA sama dengan yang lain, masih bisa berolahraga, sehat, dan memiliki harapan hidup,” kata Tesa.
Pelari lainnya, Sepi Maulana Ardiansyah atau Davi, mengatakan, stigma dan diskriminasi terjadi karena ketidaktahuan masyarakat tentang HIV/AIDS. Menurut dia, media berperan besar dalam mencerahkan masyarakat agar memahami persoalan yang dialami ODHA.
”Salah satu stigma yang saya alami adalah kehilangan dan tidak punya teman. Mereka yang tahu saya positif HIV langsung menjauh karena takut tertulari,” ujar Davi yang juga Ketua Koordinator Nasional di Jaringan Populasi Kunci Usia Muda Indonesia (Fokus Muda).
Human immuno deficiency virus (HIV) menyebabkan acquired immune deficiency syndrome (AIDS) atau hilangnya kekebalan tubuh akibat virus HIV. Virus itu sangat rapuh dan cepat mati di luar tubuh manusia sehingga virus HIV tidak bisa hidup di atas suhu 60 derajat celsius. HIV dapat ditemukan pada cairan tubuh seperti keringat, ludah, air mata, tetapi konsentrasi HIV pada cairan-cairan tersebut tidak cukup tinggi untuk bisa menularkan HIV.
Berdasarkan data Litbang Kompas, anak usia kurang dari empat tahun memiliki persentase 2,2 persen dari kasus HIV positif pada 2016. Anak usia 5-14 tahun mencapai 1,0 persen, usia 20-24 tahun sebesar 17,3 persen, usia 25-29 tahun mencapai 69,3 persen, dan 6,5 persen berusia lebih dari 50 tahun.
Kemanusiaan
Dalam kegiatan Jakarta Marathon 2018, para pelari juga memiliki misi kemanusiaan dengan menggalang dana terkait dengan isu HIV. Mereka membawa misi masing-masing dengan tujuan membantu pengidap ODHA lainnya.
Davi, misalnya, akan berlari half-marathon untuk membantu anak-anak yang hidup dengan HIV (ODHA). Ada 280.630 orang hidup dengan HIV dan lebih dari 3 persen di antaranya adalah anak-anak. ”Mereka diwariskan HIV dari orangtua dan terpaksa hidup dari bantuan beberapa orang dan bantuan lembaga sosial,” kata Davi.
Eva Dewi akan berlari sejauh 10 kilometer untuk menggalang dana bagi ODHA yang membutuhkan program medis dan psikologis. Dia mengatakan, dana akan digunakan untuk tes darah, viral loud (mengukur jumlah virus HIV dalam darah), dan CD4 (untuk menunjukkan kekuatan sistem kekebalan tubuh pengidap). Sementara itu, program rekreasi, bantuan dokter, dan psikolog dilakukan untuk menunjang dukungan psikologis dari ODHA.
Adapun Ade Fikran akan membantu kelompok dukungan sebaya dan mengikuti half-marathon. Sementara Tesa akan berlari sejauh 42 kilometer (full-marathon) dan mendonasikan dananya untuk keikutsertaan tim sepak bola Indonesia pada kejuaraan Homeless World Cup 2018 di Meksiko.
Penggalangan dana ini bekerja sama dengan Kitabisa.com dan dapat diakses melalui tautan Kitabisa.com/sayaberani 2018. Sampai saat pukul 17.22, dana yang sudah terkumpul sebesar Rp 3,3 juta dari target Rp 200 juta. Kegiatan ini hasil inisiasi Kementerian Kesehatan dan Program Gabungan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk HIV/AIDS atau UNAIDS Indonesia. (DIONISIO DAMARA)