Presiden Korea Selatan Moon Jae-in sudah lama menyimpan keinginan untuk bisa mendaki Gunung Paektu yang berada di perbatasan Korea Utara dan China. Di hari terakhir kunjungannya ke Korea Utara, Moon beserta istri diajak jalan-jalan ke puncak gunung itu oleh Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un yang juga mengajak istrinya, Ri Sol Ju, Kamis (20/9/2018).
Moon dikenal suka mendaki gunung. Ia sudah pernah menjajal Himalaya setidaknya dua kali. Bagi orang Korsel, Gunung Paektu disebut dengan nama Baekdu. Sementara di China disebut Changbai.
”Banyak orang Korsel yang pergi ke Gunung Paektu masuk dari perbatasan China. Saya tidak mau begitu. Saya janji pada diri sendiri akan masuk dari wilayah kita sendiri. Saya kira impian saya tidak akan terwujud, ternyata terwujud hari ini,” kata Moon kepada Kim setelah keduanya mencapai puncak gunung itu.
Perjalanan menuju puncak gunung itu ditempuh dengan memakai kereta gantung yang berhenti di Danau Surgawi, kaldera yang ada di puncak gunung itu. Mereka lalu berjalan-jalan di kawasan itu dan berfoto bersama istri masing-masing. Bahkan, Moon menyempatkan diri mengisi botol minum dengan air dari danau itu.
”Orang China iri dengan kita karena mereka tidak bisa turun ke danau itu dari sisi wilayah mereka. Tetapi kita bisa. Ini babak baru dalam sejarah Utara dan Selatan dan kita tulis di danau ini,” kata Kim kepada Moon.
Keramat
Gunung Paektu merupakan gunung tertinggi di Semenanjung Korea dengan ketinggian sekitar 2.750 meter. Gunung ini menjadi asal mula mitos rakyat Korea yang disebut-sebut dalam lagu kebangsaan Korsel dan berbagai kampanye propaganda Korut. Bagi rakyat Korea, puncak gunung itu juga tempat kelahiran Dangun, tokoh legendaris pendiri kerajaan Korea yang pertama, sekitar 4.000 tahun lalu. Kim Il Sung dan Kim Jong Il, kakek dan ayah Kim Jong Un, dipercaya rakyat Korut lahir di gunung ini. Karena itulah, mereka percaya keluarga dinasti Kim merupakan titisan dari tokoh legendaris itu.
Di pegunungan ini banyak ditemui bekas kamp rahasia dan lokasi bersejarah dari zaman perang gerilya Korea saat melawan penjajahan Jepang pada 1930-1940-an di masa Kim Il Sung memegang peranan penting dalam perjuangan bangsa. Artikel dari harian Korut, Rodong Sinmun, 26 Desember 1980, menyebut Gunung Paektu sebagai gunung revolusi yang keramat karena dimanfaatkan sebagai perlindungan dan perjuangan melawan Jepang dibawah pimpinan Kim Il Sung dengan cara bergerilya di hutan-hutan pegunungan itu.
”Media nasional dan indoktrinasi ideologis menyiapkan panggung bagi suksesi politik Kim Jong Il pada 1980,” kata pengamat kepemimpinan Korut di Stimson Center, 38 North, di Washington, AS, Michael Madden.
Di sekitar pegunungan itu pula terlihat proyek-proyek pembangunan Korut. Kim Jong Un sering berkunjung ke pegunungan itu. Terakhir, ia ke lokasi itu Desember lalu ketika ia menyatakan Korut sudah mencapai tujuan menjadi negara nuklir.
”Moon menambah legitimasi bagi Kim yang sebelumnya belum pernah bertemu dengan pemimpin mana pun tahun ini. Ini kudeta diplomatik baginya,” kata Seo Yu-suk, peneliti di Institut Studi Korut di Seoul, Korsel.