KUNINGAN, KOMPAS – Potensi kebakaran hutan Gunung Ciremai di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, masih tinggi. Meski hingga Kamis (20/9/2018), api yang sempat membakar 94 hektar hutan di Gunung Ciremai tidak muncul lagi, petugas pemerintah dan masyarakat setempat terus mewaspadai munculnya kebakaran susulan.
“Sebanyak 121 personel gabungan masih memantau potensi itu. Selama kemarau, potensi kebakaran tetap ada,” ujar Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kuningan Agus Mauludin di Kuningan, Kamis.
Tim gabungan yang berasal, antara lain, dari BPBD Kuningan, Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC), TNI, Polri, hingga relawan pecinta alam. Mereka terbagi di tiga titik vital.
Sebelumnya, pada Selasa hingga Rabu (18-19/9), api membakar hutan Ciremai di tiga titik yaitu kawasan Leuweung, Ciula dan Lemah Nandeut, Desa Setianegara, Kecamatan Cilimus.
Api diduga berawal blok Ciwaruling di ketinggian 800 meter di atas permukaan laut (mdpl) hingga blok Nini Nala dan Jalan Ula pada ketinggian 1.600 mdpl. Selain upaya pemadaman oleh tim gabungan dan pembuatan sekat bakar, hujan yang turun pada Rabu siang turut memadamkan api.
Sekat bakar adalah salah satu cara pencegahan meluasnya kebakaran hutan. Metodenya, membuat jalur pemisah khusus untuk menghambat api tak membakar kawasan lebih luas.
Akibat kejadian itu, menurut data BPBD Kuningan, hutan di Gunung Ciremai seluas 94,2 hektar hangus terbakar. Sementara Balai TNGC mencatat, 86,7 hektar lahan Gunung Ciremai, yang sebagian besar berupa semak belukar dan alang-alang, habis terbakar.
Kepala Balai TNGC Kuswandono mengatakan, pihaknya juga tetap memantau potensi kebakaran di Gunung Ciremai. Menurut dia, akibat kekeringan, titik api mudah muncul membakar kawasan hutan Gunung Ciremai.
“Penyebab kebakaran masih diselidiki. Namun, tidak sekedar peristiwa alam, ulah manusia yang sengaja membakar kawasan untuk pertanian hingga mencari madu dengan teknik bakar lahan juga bisa memicu kejadian ini,” ujar Kuswandono.
Empat tahun lalu, kebakaran serupa juga terjadi di Gunung Ciremai. Saat itu, luas lahan yang terbakar sebanyak 266,034 hektar. Setahun kemudian, luasnya meningkat jadi 666,9 hektar. Setelah tak ada kebakaran sepanjang 2016, api muncul lagi setahun kemudian. Namun, sekat bakar yang dibuat warga mampu mengurangi luas lahan yang dilahap api. Saat itu, luas lahan terbakar hanya 107 hektar.
Agus Yudantara dari Humas Balai TNGC mengatakan, meskipun potensi kebakaran masih mengancam Gunung Ciremai, pihaknya belum menutup jalur pendakian di gunung setinggi 3.078 mdpl itu. “Kondisinya masih aman. Kami tetap mengimbau para pendaki untuk berhati-hati,” ucapnya.