Kontestasi Makin Ketat, Popularitas Jadi Penentu Utama Kemenangan Caleg
Oleh
DHANANG DAVID/PRADIPTA PANDU
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Faktor popularitas calon legislatif menjadi penentu utama pemenangan di daerah pemilihan dalam kontestasi pemilihan legislatif 2019. Jika calon sudah memiliki popularitas, maka pemilih biasanya akan lebih fokus memperhatikan program dan janji para tokoh yang tersebut. Meski demikian, para tokoh juga perlu memperhatikan janji dan program yang akan disusun sesuai dengan segmentasi pemilihnya.
Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Adjie Alfaraby menjelaskan, kontestasi pemilihan legislatif (pileg) yang paling ketat masih di pulau Jawa, Sumatera, dan Sulawesi. "Daerah-daerah seperti Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, dan Sulawesi Selatan. Faktor utamanya bisa dilihat dari basis kekuatan parpol di tiap daerah," ucapnya saat dihubungi dari Jakarta, Jumat (21/09/2018).
Adjie menjelaskan, selain basis kekuatan parpol, faktor popularitas dan ketokohan menjadi faktor utama untuk meraup suara pemilih. Oleh sebab itu, nama-nama anak mantan Presiden RI, menteri kabinet, petahana DPR, dan artis-artis akan bersaing ketat di daerah ini.
Lima anak mantan presiden itu yakni Guruh Soekarnoputra yang merupakan anak Presiden I RI Soekarno di Dapil Jawa Timur VI, lalu Siti Hediati Hariyadi atau Titiek Soeharto di dapil Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Hutomo Mandala Putra atau Tommy Soeharto di Dapil Papua (anak presiden ke-2 RI Soeharto).
Puan Maharani yang juga menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia (anak Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri) menjadi caleg di Dapil Jawa Tengah V serta Edhie Baskoro Yudhoyono atau Ibas (anak Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono) di Dapil Jawa Timur VII. Hanya anak dari Presiden ke-3 RI BJ Habibie dan Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid, yang tidak ikut dalam Pemilu Legislatif 2019.
Para anak mantan presiden yang berkontestasi di pemilu mendatang, akan bertarung di daerah pemilihan (dapil) yang merupakan basis suara partainya atau yang dinilai memiliki akar historis dengan sejarah orang tuanya. Kondisi ini, turut memengaruhi perolehan suara mereka.
Selain itu, ada 5 menteri di kabinet Jokowi yang turut bersaing dalam kontestasi pileg yaitu Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly dari PDI-P di Dapil Sumatera Utara, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi dari PKB di Dapil Jakarta Timur, DKI I. Kemudian Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri dari PKB dan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dari PPP akan bersaing di Dapil Jabar VI (Depok dan Bekasi). Kemudian, Menteri Desa PDTT Eko Putro Sandjojo dari PKB di Dapil Bengkulu.
Adjie mengatakan, persaingan di daerah perkotaan akan menjadi lebih sulit karena masyarakatnya lebih melek media sosial. Dalam hal ini, meski sudah memiliki popularitas, para caleg harus memiliki kekuatan logistik untuk kampanye agar program yang mereka sampaikan bisa diterima masyarakat.
"Program ini juga harus disesuaikan dengan karakteristik masyarakat di daerah pilih. Namun, faktor popularitas ini tetap yang paling utama, karena masyarakat akan terfokus terhadap program-program yang dijanjikan oleh para tokoh ini," katanya.
Kontestasi makin bertambah ketat karena caleg juga bertambah banyak. Berdasarkan daftar calon tetap (DCT) DPR, DPD, dan pasangan calon presiden dan wakil presiden yang ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum pada Kamis (20/9/2018), ada 7.968 calon anggota DPR dari 16 partai politik nasional yang akan bertarung di 80 dapil untuk memperebutkan 575 kursi DPR RI. Dengan jumlah itu, artinya hanya 7,2 persen caleg yang akan mendapat kursi DPR RI.
Jumlah ini meningkat dibandingkan Pemilu 2014 yang diikuti Persentase kemenangan ini lebih rendah daripada Pileg 2014 yang diikuti 6.607 caleg yang memperebutkan 560 kursi di 77 dapil. Dengan jumlah itu, artinya ada 8,4 persen dari total caleg yang dapat kursi DPR.
Perjuangan bagi caleg yang berasal dari partai menengah ke bawah semakin berat karena ambang batas parlemen di Pemilu 2019 adalah 4 persen, lebih tinggi dibandingkan pemilu 2014 yang besarnya 3,5 persen. (Kompas, 21/09/2018)
Kontestasi tinggi
Berdasarkan data KPU, sejumlah dapil yang berpotensi menyajikan kontestasi cukup tinggi antara lain DKI Jakarta III, Jawa Barat VI, Jawa Tengah VII, dan Jawa Timur VII, serta Sumatera Utara I.
Pada dapil DKI Jakarta III yang meliputi Kepulauan Seribu, Jakarta Utara, dan Jakarta Barat, sejumlah nama tenar akan bersaing untuk memastikan diri mendapat kursi di DPR. Nama-nama tersebut di antaranya Ketua Umum PBB Yusril Ihza Mahendra, Ketua Umum PSI Grace Natalie, dan Wakil Ketua DPRD DKI Abraham Lunggana (PAN).
Sekretaris Jenderal PSI Raja Juli Antoni optimistis Grace dapat memenangkan kontestasi meski bertarung dengan banyak tokoh ternama. Antoni menyakini popularitas ketua umum PSI cukup tinggi di dapil tersebut.
"Kami memilih ketua umum untuk maju di Dapil Jakarta III karena dapil tersebut merupakan daerah beliau sehingga tidak mengalami kesulitan untuk berkompetisi dengan caleg lain," ujar Antoni.
Selain dapil DKI Jakarta III, pertarungan para petinggi DPR juga akan tersaji pada dapil Jateng VII yang meliputi Kabupaten Purbalingga, Banjarnegara, dan Kebumen. Petinggi DPR tersebut ialah Ketua DPR Bambang Soesatyo dan dua Wakil Ketua DPR, Utut Adianto (PDI-P) serta Taufik Kurniawan (PAN).
Kontestasi cukup tinggi lainnya berada di dapil Jawa Timur VII (Pacitan, Ponorogo, Trenggalek, Magetan, dan Ngawi). Tokoh yang bertarung di dapil ini yaitu Juru Bicara Presiden Joko Widodo, Johan Budi, Edhie Baskoro Yudhoyono (Demokrat), Budiman Sudjatmiko (PDI-P), dan Jessica Herliani Tanoesoedibjo (Perindo) yang merupakan putri Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo.
"Kami mengusung Pak Johan Budi di dapil Jatim VII karena kami percaya dan meyakini kepemimpinan beliau di daerah tersebut. Untuk itulah kehadiran Pak Johan Budi dan Pak Ibas akan menjadi kontestasi yang menarik," ucap Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto.
Hasto menjelaskan, PDI-P telah menetapkan koordinator di tiap daerah dan penguatan badan pemenangan pemilu untuk memenangkan caleg di tiap dapil. Koordinator dan caleg juga akan langsun turun ke bawah untuk memenangkan hati masyrakat.