Trump Tetap Usung Isu Kedaulatan AS di Sidang Umum PBB
Oleh
Benny D Koestanto
·3 menit baca
NEW YORK, KAMIS — Sejak Presiden Amerika Serikat Donald Trump menjalankan debutnya di Perserikatan Bangsa-Bangsa setahun lalu, ia telah mendorong kebijakan kampanye dan pemerintahannya, yakni ”Amerika yang Pertama", seperti menghentikan perjanjian nuklir Iran, keluar dari Dewan Hak Asasi Manusia PBB, dan mengecam beberapa sekutu terdekat AS. Visi dan misi yang sama bakal diusung Trump pada Sidang Umum PBB yang menurut rencana digelar pekan depan.
Trump siap kembali mendorong sikap sebagai pelindung kedaulatan AS di hadapan para pemimpin dunia. Kekhawatiran tentang komitmen AS terhadap multilateralisme yang telah mengatur PBB sejak akhir Perang Dunia II tidak akan menjadi halangan bagi Trump.
”Bukan berarti bahwa multilateralisme tidak bisa bekerja. Sebaliknya, kedaulatan adalah prioritas di atas semua itu,” kata Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley ketika menjelaskan rencana pidato Trump pada Sidang Umum PBB, Selasa (25/9/2018).
Haley menyinggung sejumlah kebijakan di bawah pemerintahan Trump. Ia mengutip perjanjian iklim Paris yang ditarik Trump dari tahun 2017 dan pembicaraan global tentang pakta migrasi bahwa Washington berhenti sebelum mereka mulai.
”Semua hal yang kami rasakan seperti itu memberikan mandat di AS bahwa hal-hal itu bukanlah sesuatu yang kami ingin terlibat di dalamnya,” kata Haley.
Pada tahun lalu, AS juga telah meninggalkan dewan budaya PBB, memotong dana untuk agen PBB yang membantu pengungsi Palestina dan memicu perang dagang dengan China. Pada KTT NATO Juli lalu, Trump bahkan mengancam bahwa AS akan ”pergi dengan caranya sendiri” jika anggota tidak menggelontorkan dana dan perhatian lebih banyak untuk bidang pertahanan.
Trump saat ini dikelilingi para penasihat yang dinilai lebih selaras dengan pandangan dunianya. Sosok-sosok seperti Menteri Luar Negeri Mike Pompeo dan penasihat keamanan nasional John Bolton menggantikan sosok-sosok lain, seperti Rex Tillerson dan HR McMaster, bersama dengan mantan penasihat ekonomi Gedung Putih Gary Cohn. Sementara beberapa pemimpin dan diplomat telah menyuarakan keprihatinan tentang masa depan multilateralisme sejak Trump menjabat pada Januari tahun lalu.
”Saya tidak suka mempersonalisasi aneka hal,” kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres kepada wartawan ketika ditanya apakah Trump adalah ancaman bagi multilateralisme. ”Di wilayah yang berbeda dan untuk alasan yang berbeda, kepercayaan orang di perusahaan politik mereka, kepercayaan negara di antara satu sama lain, kepercayaan dari banyak orang di organisasi internasional telah terkikis,” kata Guterres seraya menegaskan bahwa multilateralisme telah diserang dan hal itu pun menjadi perhatian global.
Haley mengatakan, bagaimanapun Trump akan terus memberikan aneka bantuan luar negeri. ”Sementara AS murah hati, kami pun akan bermurah hati kepada mereka yang berbagi nilai-nilai kami, murah hati kepada mereka yang ingin bekerja dengan kami, dan bukan pada mereka yang mencoba dan menghentikan AS atau mengatakan mereka membenci Amerika dan kontraproduktif,” katanya. (REUTERS)