UE Tolak Proposal Inggris
Proposal bertajuk Chequers yang diusulkan London ditolak oleh Brussels. Inggris dianggap ”pilih-pilih”, ingin menjadi bagian pasar tunggal Eropa, tetapi tidak bersedia memenuhi kewajiban.
SALZBURG, JUMATPerundingan Brexit terancam gagal total setelah para pemimpin Uni Eropa menolak usulan Inggris yang bertajuk Chequers. Menanggapi hal itu, Inggris menyatakan akan keluar dari UE tanpa kesepakatan kecuali UE mengendurkan tuntutannya dalam isu perbatasan Irlandia Utara.
Dalam pertemuan di Salzburg, Austria, Kamis (20/9/2018) malam, para pemimpin UE menyatakan, Chequers tidak bisa diterapkan karena akan merusak persatuan 27 anggota yang tersisa. PM Inggris Theresa May menginginkan agar produk-produk Inggris tetap berada di pasar tunggal Eropa, tetapi tidak demikian dengan jasa dan pelayanan.
UE menegaskan bahwa aturan tidak bisa ”dipilih-pilih”. Jika Inggris ingin masuk dalam pasar tunggal Eropa, maka orang, jasa, barang, dan modal dari negaranegara UE harus masuk secara bebas di Inggris. ”Eropa bukanlah menu ala carte. Proposal yang diajukan Inggris tidak bisa diterima, khususnya dalam bidang ekonomi, karena tidak menghormati integritas pasar tunggal,” kata Presiden Perancis Emmanuel Macron.
Salah satu ganjalan besar lainnya adalah terkait perbatasan Irlandia Utara. Uni Eropa menginginkan agar perbatasan Irlandia Utara (Inggris) dan Republik Irlandia tetap berlangsung seperti sekarang, yaitu tanpa penjagaan pos militer, sebagai hasil kesepakatan damai Jumat Agung pada tahun 1998.
Meskipun Inggris dan UE sudah sepakat bahwa perbatasan itu akan tetap ”terbuka”, Inggris menolak usulan yang ditawarkan UE, yaitu Irlandia Utara tetap masuk dalam bea cukai UE. ”Tidak bisa ada dua jenis aturan bea cukai berlaku di Inggris,” kata May.
Terlepas dari perang retorika di antara kedua pihak, sebetulnya sikap dari Uni Eropa tidaklah baru dan Inggris pun sudah mengantisipasinya. Dalam sejumlah negosiasi sebelumnya, UE sudah menyatakan bahwa Inggris tidak bisa bersikap ”pilih-pilih” (cherry picking).
Meski demikian, para politisi dan diplomat Inggris tetap terkejut ketika Presiden Dewan Eropa Donald Tusk dengan tegas menolak proposal May.
Pendukung anti-Brexit, Gina Miller, menyatakan bahwa pejabat Inggris seharusnya tidak terkejut. UE, kata Miller, telah menyatakan dengan jelas di mana posisi mereka dan Inggris selama ini hanya fokus pada perselisihan internal dan tidak mau mendengar.
”Bagaimana mungkin May memperoleh masukan yang demikian buruk? Sangat menunjukkan sikap tidak kompeten, di mana waktu untuk negosiasi hanya tinggal empat pekan,” kata Miller kepada BBC.
Dikecam
Penolakan UE terhadap proposal May membuat PM Inggris itu menjadi bulan-bulanan media Inggris. Halaman muka Times dan Guardian menuliskan ”Penghinaan bagi May”. Guardian juga mengingatkan bahwa otoritas May sebagai perdana menteri ”dalam ancaman serius”.
Situasi ini diperpanas oleh status Tusk di Twitter yang tidak biasa. Di situ ada gambar Tusk dan May sedang menikmati makanan penutup. ”A piece of cake perhaps? Sorry, no cherries.” Status Tusk ini dikecam banyak pihak karena dianggap ”kasar”.
Namun, pergolakan yang sebenarnya terjadi di tubuh Partai Konservatif. Kubu hard Brexit, seperti mantan Menlu David Davis, menyebut proposal Chequers ”lebih buruk daripada tanpa kesepakatan”.
Davis mengatakan, sekitar 40 anggota parlemen dari Partai Konservatif akan memberikan suara menolak usulan Chequers. Kepada Huffington Post, Davis menyebutkan ke-40 orang itu sangat solid dan menjadi bagian dari Kelompok Riset Eropa (ERG), kelompok yang menginginkan perpisahan yang tajam dan tuntas dengan Uni Eropa.
Selain kelompok ERG, di parlemen juga akan ada tiga kelompok lainnya yang kemungkinan akan menentang proposal May dengan alasan yang berbeda, yaitu kubu oposisi Partai Buruh yang menentang semua kebijakan yang diusulkan May, Partai Nasional Skotlandia yang menginginkan Inggris tetap menjadi bagian dari UE, dan partai Liberal Demokrat.
Jika 40 orang dari 315 anggota parlemen Partai Konservatif secara solid menolak, ditambah dengan kubu oposisi yang secara solid menolak, May akan kesulitan untuk meloloskan UU Brexit. ”Setiap kelompok di setiap partai politik memiliki ego dan pandangan berbeda,” kata Davis
ERG menilai Chequers akan membuat UE tetap mengontrol Inggris. Hal ini bertentangan dengan spirit Brexit, Inggris akan meninggalkan penyatuan bea cukai UE dan pasar tunggal Eropa.
Donald Tusk mengatakan, KTT UE pada 18-19 Oktober akan menjadi momen pamungkas, apakah perceraian dengan Inggris akan berhasil atau gagal mencapai kesepakatan. Uni Eropa, kata Tusk, siap menghadapi keputusan tanpa kesepakatan.
(AP/AFP/REUTERS/MYR)