Isyarat Damai dari Gandengan dan Pelukan Calon Presiden
Oleh
PRADIPTA PANDU
·5 menit baca
Usai membaca ikrar deklarasi kampanye damai Pemilihan Umum 2019, calon presiden Joko Widodo dan Prabowo Subianto turun dari atas panggung sembari bergandengan tangan. Sebuah isyarat kontestasi damai telah ditunjukkan kedua pasangan. Kini, isyarat damai tersebut perlu disebarkan ke setiap penjuru negeri bahwa pemilu harus senantiasa menyejukkan dan bebas dari ujaran kebencian.
Komisi Pemilihan Umum resmi membuka deklarasi kampanye damai Pemilu 2019 di kawasan Tugu Monumen Nasional, Jakarta, Minggu (23/9/2018). Selain pasangan capres-cawapres, yakni Joko Widodo-Ma’ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, deklarasi juga dihadiri peserta pemilu dan petinggi partai. Kerumunan orang dari massa partai politik dan simpatisan juga telah memadati kawasan Monas sejak pukul 06.00.
Acara deklarasi kampanye damai diawali dengan karnaval sejauh 3 kilometer dari Tugu Monas menuju Jalan Medan Merdeka Barat dan kembali lagi ke Tugu Monas. Karnaval tersebut diikuti oleh semua peserta pemilu dengan menggunakan pakaian adat dari sejumlah daerah di Indonesia.
Calon presiden nomor urut satu, Joko Widodo, tampak mengenakan pakaian adat Bali berwarna hitam dan udeng serta dibalut kain berwarna oranye. Pasangan Jokowi, yakni Ma’ruf Amin, tetap setia dengan ciri khas ulama dengan mengenakan sarung dan kopiah hitam.
Sementara capres nomor urut dua, Prabowo Subianto, mengenakan pakaian adat Jawa Tengah dengan atasan beskap berwarna coklat muda dan blangkon. Adapun Sandiaga mengenakan pakaian dan kain khas Teluk Belanga, Riau, atau berciri khas Melayu yang berwarna seragam dengan Prabowo.
Usai karnaval, kedua pasangan capres-cawapres, ketua umum partai politik, dan peserta pemilu Dewan Perwakilan Daerah (DPD) menaiki panggung untuk bersama-sama membaca ikrar deklarasi. Pembacaan deklarasi damai Pemilu 2019 dipimpin langsung oleh Ketua KPU Arief Budiman dan Ketua Bawaslu Abhan yang diikuti oleh semua peserta pemilu.
Dalam deklarasi tersebut, Arief dan Abhan membacakan tiga butir ikrar deklarasi kampanye damai. Pertama, peserta pemilu diminta untuk mewujudkan pemilu yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.
Kedua, melaksanakan kampanye pemilu yang aman, tertib, damai, berintegritas, tanpa hoaks, ataupun politisasi isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) dan politik uang. Butir ketiga yaitu melaksanakan kampanye berdasarkan peraturan perundangan-undangan yang berlaku.
Butir ikrar tersebut juga tertuang dalam Peraturan KPU Nomor 28 Tahun 2018 tentang Kampanye Pemilu. Dalam peraturan tersebut menjelaskan bahwa pelaksana, peserta, dan tim kampanye pemilu dilarang mempersoalkan dasar negara Pancasila, Pembukaan UUD 1945, bentuk NKRI, atau melakukan aktivitas yang membahayakan keutuhan NKRI. Selain itu, juga ada larangan menghina seseorang, agama, suku, ras, golongan, menghasut dan mengadu domba, serta mengancam melakukan kekerasan.
Setelah pengucapan ikrar deklarasi kampanye damai Pemilu 2019, semua peserta pemilu melepaskan burung merpati sebagai bentuk kebersamaan dan komitmen serta dilanjutkan dengan penandatanganan prasasti kampanye damai. Para peserta pemilu yang diawali dari Jokowi dan Prabowo kemudian kembali ke tempat yang telah disediakan dengan bergandengan tangan dan berpelukan.
Terus disebarkan
Bagi Sandiaga, komitmen terhadap kampanye damai pada Pemilu 2019 sepatutnya terus disebarluaskan dan digaungkan ke seluruh penjuru negeri. Pasangan Prabowo-Sandiaga juga akan memastikan bahwa kampanye harus mencerahkan, mencerdaskan, dan menggerakan serta menggembirakan.
”Saya berpesan dan mengajak kepada semua masyarakat agar berkampanye secara sejuk. Negara kita beragam dan kita junjung tinggi persaudaraan kita,” ujar Sandiaga.
Menurut Sandiaga, salah satu bentuk komitmen dari tim kampanyenya untuk kampanye damai ialah dengan melaporkan dan menindak tegas pendukung yang terbukti menyebarkan berita bohong atau hoaks.
”Kami akan langsung laporkan pendukung kami yang menyebarkan hoaks ke pihak berwajib. Kami tidak ingin ada toleransi sedikit pun terhadap kampanye yang berbau hoaks dan sudah ada di tim kami yang memantau itu semua,” ungkap mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta ini.
Sandiaga juga menekankan agar informasi yang disebarkan oleh tim ataupun pendukungnya harus mencakup tiga kriteria. Pertama, informasi yang disalurkan harus terverifikasi. Kedua, informasi harus bermanfaat. Ketiga, informasi tersebut tidak menyakitkan pasangan atau pihak lainnya.
Landasan pemenangan
Selain pasangan Prabowo-Sandiaga, komitmen terhadap kampanye damai juga ditegaskan oleh Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf. Mereka bertekad untuk menjadikan deklarasi kampanye damai sebagai landasan yang mengikat dan basis kebijakan pemenangan pemilu.
”Sekiranya tetap ada kampanye hitam, hoaks, dan fitnah, maka hal tersebut sama saja dengan merobek-robek deklarasi damai. Tindakan indisipliner tersebut bisa sebagai cermin kegagalan pasangan calon dan tim kampanye,” ujar Sekretaris TKN Jokowi-Ma’ruf Hasto Kristiyanto.
Hasto menyatakan bahwa deklarasi kampanye damai bukanlah suatu seremonial, melainkan juga harus dijalankan dengan tanggung jawab.
Sementara bagi Arief Budiman, deklarasi kampanye damai pada Pemilu 2019 perlu disebarluaskan kepada semua elemen masyarakat di Indonesia agar mengedukasi tentang kampanye yang bersifat damai, tertib, dan aman.
”Hari ini, Minggu, 23 September, sudah dimulai masa kampanye hingga 13 April 2019. Mudah-mudahan semua pemilih dan penduduk melihat acara ini dan menjadi virus yang terus disebarkan, termasuk para pemilih di luar negeri,” ujarnya.
Anggota KPU, Wahyu Setiawan, berharap, teladan yang diberikan oleh peserta pemilu dapat menginspirasi masyarakat dalam menyambut pelaksanaan kampanye Pemilu 2019 dengan damai dan demokratis.
”Kita tadi menyaksikan peserta pemilu telah memberikan teladan dan memberikan pesan yang kuat bahwa Pemilu 2019 dilaksanakan dengan semangat kekeluargaan, kesantuanan, dan mengedukasi,” kata Wahyu.
Kampanye Pemilu 2019 saat ini telah resmi dibuka. Komitmen, isyarat, ataupun bahasa damai telah dilontarkan pasangan capres-cawapres dan peserta pemilu. Sikap dan komitmen menghadirkan kontestasi yang sejuk inilah yang perlu dijaga. Bukan hanya peserta pemilu, melainkan juga para pemilih dan pendukung di seluruh penjuru negeri.