Pameran yang Membuktikan Cita-cita Kemerdekaan Masih Relevan
Oleh
Ambrosius Harto
·3 menit baca
Cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia seperti tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 masih amat relevan dengan perkembangan zaman sehingga patut terus diperjuangkan. Karena itu, semangat keindonesiaan sejak Kebangkitan Nasional 1908 lalu Sumpah Pemuda 1928 perlu dipelihara dan dilestarikan selama-lamanya.
Menyambut 90 tahun Sumpah Pemuda yang akan diperingati pada 28 Oktober 2018, jaringan museum, pemerintah, dan kolektor menggelar pameran warisan budaya Tanah Air di House of Sampoerna, Surabaya, Jawa Timur. Pameran dibuka pada Sabtu (22/9/2018) dan akan berlangsung sampai Minggu (11/11/2018) atau sehari setelah peringatan 73 tahun Pertempuran Surabaya yang kemudian diperingati sebagai Hari Pahlawan.
Pameran berusaha merangkai sebagian kecil kekayaan Nusantara, bahkan sejak era Kerajaan Majapahit sampai yang terkini. Nagarakretagama gubahan Prapanca pada 1365 diyakini telah memuat asa demokrasi dan mimpi persatuan sebagai bangsa besar. Mimpi itu dikumandangkan bahkan coba diwujudkan sejak Kebangkitan Nasional 1908.
Proklamasi pada 17 Agustus 1945 menjadi pintu bagi Indonesia untuk mewujudkan cita-cita memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan turut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Ketua Dewan Pertimbangan Presiden Sri Adiningsih mengatakan, cita-cita kemerdekaan tersebut masih konsisten dipelihara dari generasi Orde Lama, Orde Baru, Reformasi, bahkan saat ini yang disebut generasi milenial. Pemerintahan saat ini yang dipimpin Presiden Joko Widodo berusaha meletakkan dasar sampai mewujudkan sebagian cita-cita itu, antara lain membangun kualitas manusia Indonesia, keseimbangan kota dan desa, dan daya saing ekonomi domestik di era digital.
Menurut Sri, cita-cita kemerdekaan itu bisa diwujudkan jika kualitas manusia Indonesia bermutu tinggi. Pembangunan manusia tidak main-main, terutama dalam aspek kesehatan dan pendidikan. Sehat dan cerdas adalah kunci kualitas sumber daya manusia. Untuk itu, program BPJS Kesehatan yang kini telah diikuti oleh hampir 202 juta jiwa terus didorong agar cakupannya 100 persen populasi yang sudah di atas 260 juta jiwa. ”Yang dibayari oleh negara 92,4 juta jiwa agar mereka yang tak mampu tetap bisa mengakses kesehatan. Bukan berarti ini tidak ada masalah, tetapi harus dilakukan,” katanya.
Pada aspek pendidikan, program sekolah gratis hingga beasiswa terus dipertahankan dan dikembangkan. Program Kartu Indonesia Pintar mencakup 19,3 juta siswa dan santri. Penerima beasiswa LPDP dua tahun lalu lebih dari 5.100 orang, sedangkan beasiswa bidik misi hampir 158.000 orang pada 2017. ”Dampaknya tidak akan terlihat cepat, tetapi 20-25 tahun ke depan,” ujar Sri.
Selain itu, prasarana sampai perbatasan coba terus dibangun. Jaringan listrik dan internet juga diperluas hingga diupayakan menembus desa-desa. Pemerintah berambisi pada 2020 menjadikan Indonesia sebagai negara terkuat dalam ekonomi digital di kawasan Asia Tenggara. Di Asia, Indonesia ingin menyaingi raksasa China.
Kurator Galeri Foto Jurnalistik Lembaga Kantor Berita Nasional Antara, Oscar Motuloh, mengatakan, yang dipamerkan merupakan koleksi, antara lain, Perpustakaan Nasional RI, Arsip Nasional RI, Nationaal Archief Netherlands, harian Kompas, Museum Tekstil, Museum Wayang Potehi Gudo, dan Museum Panji Tumpang. ”Materi pameran ingin menarasikan kisah Tanah Air,” ujarnya.
Oscar mengatakan, salah satu koleksi yang patut dilihat ialah lagu ”Indonesia Raya” karya WR Soepratman. Lagu itu diyakini ditulis pada 1926 dan setahun kemudian direkam. Barulah pada Kongres Pemuda II (Sumpah Pemuda) 1928 diperdengarkan lewat gesekan biola. ”Perjuangan pemuda untuk mencapai kemerdekaan tidak melulu melalui bedil dan mesiu, tetapi jalur kebudayaan,” katanya.
Naskah Nagarakretagama dan naskah-naskah kuno, mahkota Sultan Kutai Kartanegara ing Martadipura, pusaka kerajaan tua, topeng, wayang, foto, poster pamflet, dokumen organisasi, dan koran lama yang hanya sebagian kecil kekayaan Nusantara coba dirangkai menjadi narasi tentang Tanah Air. Tujuannya, pengunjung nanti dapat mengetahui, perjalanan bangsa Indonesia untuk merdeka sebenarnya telah dirintis hampir satu milenium sebelum Proklamasi.