Keberhasilan Go-Jek “melahirkan” Go-Viet di Vietnam, patut kita acungi jempol. Dengan aplikasi Go-Viet, kita bisa memesan ojek di Kota Hanoi atau Ho Chi Minh, seperti halnya saat kita memakai aplikasi Go-Jek untuk memesan ojek di Indonesia.
Miripnya model aplikasi Go-Viet dengan Go-Jek ini tak lain karena Go-Viet mendapatkan dukungan teknologi dari Go-Jek. Berbeda dengan Grab yang menggunakan nama yang sama di negara-negara lain, Go-Jek memilih mengembangkan nama dan logo baru di Vietnam dan negara-negara lain yang menjadi target ekspansi bisnisnya.
Di awal kelahirannya, Go-Viet baru memberikan dua jenis layanan yakni Go-Bike dan Go-Send. Adapun Go-Jek sudah memiliki 17 jenis layanan yang bisa diakses lewat aplikasinya.
CEO Go-Jek Nadiem Makarim optimistis Go-Viet bakal diterima luas di Vietnam. Di Ho Chi Minh—kota pertama lahirnya Go-Viet—aplikasi ini telah diunduh 1,5 juta kali dalam 6 pekan kehadirannya.
“Go-Viet bisa meraup 35 persen pangsa pasar roda dua di Ho Chi Minh dalam dua bulan operasionalnya,” kata Nadiem saat peluncuran Go-Viet di Hanoi, Vietnam, 12 September 2018. Kebanggaan ini pula yang mendorong Presiden Joko Widodo dan sejumlah menteri menghadiri acara peluncuran Go-Viet di sela-sela World Economic Forum on ASEAN di Hanoi.
Capaian Go-Viet itu tidak mengherankan mengingat warga Hanoi serta Vietnam pada umumnya, terbiasa dengan sepeda motor. Seorang kawan yang bermukim di Hanoi berujar, setiap keluarga di Hanoi umumnya memiliki 1 atau lebih sepeda motor di rumahnya.
Berdasarkan data badan pusat statistik setempat yang dikutip dalam situs televisi Vietnam vtv.vn, tercatat sekitar 55 juta sepeda motor di Vietnam dan sekitar 5,2 juta diantaranya terdata di Hanoi pada tahun 2011. Kenaikan jumlah sepeda motor di Hanoi sekitar 6,7 persen per tahun.
Meskipun sekilas lalu lintas di pusat Hanoi tidak sepadat Jakarta, namun sepeda motor sudah menjadi andalan mobilitas di sana. Tak heran, seperti halnya Jakarta, kehadiran ojek pun sudah lama ada di masyarakat Hanoi.
Regulasi perlu mengejar
Sementara Go-Viet mulai mengaspal di Vietnam, para pengemudi ojek daring di Jakarta justru menggelar unjuk rasa. Poin yang dituntut pengemudi ini terkait persoalan tarif, komisi, dan regulasinya.
Persoalan regulasi memang masih tarik-ulur di ibu kota. Pemerintah belum memberikan lampu hijau dari sisi regulasi ojek. Regulasi dari pemerintah belum bisa mengakomodasi persoalan bahwa sepeda motor sebagai angkutan yang tidak berkeselamatan. Di sisi lain, permintaan pengguna atas ojek terus mengalir dan meluas.
Melihat ekspansi bisnis aplikasi ojek yang terus meluas ini, ada baiknya pemerintah segera menyelesaikan soal regulasi ojek di nusantara. Dengan begitu, meluasnya bisnis aplikasi bisa diikuti dengan model regulasi untuk angkutan roda dua ini.
Yuk segera kita cari terobosan regulasi ini biar Indonesia terus jadi panutan negara lain…