Si Manusia Pentas
Sejak remaja, Denny Malik sudah akrab dengan pentas yang ”wah” dan ”extravaganza”. Namun, ketika diminta menangani koreografi pembukaan Asian Games 2018, ia sempat gugup juga. Buat Denny, perhelatan itu sarat misi untuk merefleksikan kebesaran sebuah bangsa.
Kami bertemu Denny, Jumat (31/8/2018) di FX Sudirman, Jakarta, tidak jauh dari Pintu V dan VI Gelora Bung Karno. Wajahnya terlihat segar dalam balutan kemeja biru.
Ia mengaku baru kali ini—dua hari sebelum Asian Games 2018 berakhir bisa merasakan kemeriahan suasana Asian Games di GBK. Sebelumnya, ia memang bolak-balik ke GBK, tetapi untuk urusan pembukaan Asian Games yang membuat deg-degan, bukan untuk menikmati suasana.
Toh, yang namanya pesohor, mana mungkin bisa menikmati suasana di tempat publik secara leluasa. Ketika sedang nongkrong di restoran dan ngobrol dengan wartawan pun, ada saja ibu-ibu yang datang menghampirinya dan minta foto bersama. Denny tidak mungkin menolak mereka yang sedang gembira. Ia pun memasang senyum semanis mungkin agar hasil foto bersama itu tampak selayaknya orang-orang yang tengah bahagia.
Sembari menyeruput kopi, Denny bercerita panjang lebar tentang hobi, masa mudanya, kariernya di dunia hiburan, penghargaan yang tak terduga, hingga kebanggaannya terlibat dalam Asian Games. Ia bersyukur diberi kepercayaan menjadi salah seorang koreografer gerak dan tari pembukaan Asian Games 2018.
Di antara koreografer lainnya, Denny termasuk yang paling berpengalaman menangani acara seremoni olahraga multicabang. Ia pernah menangani koreografi pembukaan SEA Games 2011 di Palembang, ASEAN Para Games 2011 di Solo, Pekan Olahraga Solidaritas Islam 2013 di Palembang, penutupan Asian Games 2014 di Incheon (Korea Selatan), serta pembukaan dan penutupan ASEAN University Games 2015 di Stadion Jakabaring, Palembang.
Meski begitu, seperti semua orang yang berada di belakang layar pembukaan Asian Games, Denny sempat gugup juga. ”Bagaimanapun ini acara akbar yang menyedot perhatian jutaan orang dari dalam dan luar negeri. Ini jadi etalase, tempat pamer wajah Indonesia ke dunia,” katanya.
Sejak awal, semua tim kreatif sepakat pembukaan Asian Games 2018 harus memberi pesan bahwa Indonesia adalah negara besar dan penuh keragaman budaya. Keragaman Indonesia menjadi simbol keragaman Asia yang penuh warna dan budaya.
Perlu waktu sebulan bagi Denny dan 40 pelatih tari lainnya untuk memilih tarian yang mampu menampilkan wajah cantik Indonesia. ”Kami berdebat sampai akhirnya sepakat memilih tari ratoeh jaroe dari Aceh sebagai tari pembuka. Tarian itu menyimbolkan spiritual, religi, dan persatuan, semangat, dinamika, dan power.”
Penari amatir
Semua konsep yang indah di atas kertas itu mesti diwujudkan di lapangan. Denny sempat kaget karena Presiden Joko Widodo menginginkan para penari yang tampil di acara pembukaan diambil dari pelajar SD sampai SMA. ”Wahm ini tantangan. Mereka, kan, bukan penari profesional,” tambah Denny.
Tantangan itu dijawab oleh para koreografer. Mereka memulai proses panjang lewat seleksi pelajar yang akan dijadikan penari. Mereka yang terpilih lantas dilatih di sekolah masing-masing, didampingi asisten Denny. Setelah tiga bulan, mereka baru bergabung berlatih bersama di Senayan.
Denny mengenang latihan itu sebagai proses yang sangat seru. ”Karena para penarinya pelajar, saya tidak boleh berkata kasar. Padahal, sebagai orang panggung, (saya) sudah biasa berkata atau berkomentar pedas kepada artis ternama sekalipun.”
Dia juga mesti ikut berpanaspanasan di lapangan tanpa membawa payung supaya sama dengan para pelajar yang berlatih menari di bawah terik matahari. Denny bersemangat karena melihat anak-anak juga semangat. Mereka sadar bahwa mereka tidak hanya tampil di Asian Games, lebih penting lagi, mengemban tugas negara. Mereka juga tahu bahwa kesempatan jadi penari di Asian Games mungkin hanya sekali seumur hidup.
Selama latihan di Senayan, banyak pejabat negara datang untuk menyuntikkan semangat, termasuk Presiden Jokowi yang datang diam-diam. Anak-anak awalnya mengira sosok kurus itu hanya orang yang wajahnya mirip Presiden. Ketika mereka tahu itu Presiden betulan, mereka pun berteriak kegirangan.
Suasana riang dan menyenangkan itu terjalin dengan suasana tegang, terutama mendekati hari-H pembukaan. Hingga geladi bersih, masih saja ada anak-anak yang membuat kesalahan. Yang bikin stres Denny, saat hitungan mundur menjelang upacara pembukaan dimulai, beberapa anak grogi, kebelet pipis, sakit perut, pening, hingga muntah-muntah.
”Saya bilang, kalau mau pipis, pipis saja di lapangan, penonton enggak akan tahu, kok,” cerita Denny mengenang suasana tegang, tetapi lucu itu.
Dia kemudian meminta anak-anak fokus, konsentrasi penuh agar tidak membuat kesalahan. Ketika mereka benar-benar masuk lapangan dan tampil, Denny terus berdoa, ”Semoga musiknya enggak mati, listrik enggak padam. Saya komat-kamit terus. Mulut ini tidak putus-putus berdoa kepada Allah agar acara pembukaan dilancarkan tanpa ada kesalahan.”
Sejak awal, Denny memang hanya berharap agar acara pembukaan berlangsung lancar tanpa kesalahan. ”Cuma itu saja harapan saya karena begitu banyak hal di luar kendali saya, seperti aliran listrik, iringan musik, cuaca, dan sebagainya.”
Itu sebabnya, Denny pun kaget ketika tahu acara pembukaan Asian Games dipuji banyak orang di dalam dan luar negeri. Ia mengetahui hal itu setelah video pembukaan viral di media sosial.
”Manusia” pentas
Deny bergelut di dunia pentas sejak remaja. Ia selalu aktif di banyak kegiatan. Ia pun kepincut bergabung dalam kelompok tari Swara Mahadhika pimpinan Guruh Soekarnoputra yang nge-toppada era 1980-1990. Di sana ia tak hanya belajar soal tari, tetapi juga cara membuat aksesori, mendesain kostum, berorganisasi, merancang acara, memimpin, bekerja sama, menjalin relasi, dan belajar soal kebangsaan.
Di usia 17 tahun, Denny sudah ditawari merancang pementasan tarian kolosal di Balai Sidang Senayan, Jakarta. Honornya bisa untuk membeli sepatu bermerek ala anak-anak muda trendi zaman itu di Jakarta.
Dunia tari lantas membawanya ke musik. Ia tenar lewat lagu ”Jalan-jalan Sore” yang menggambarkan gaya hidup remaja tahun 1980-an dan 1990-an. Setelah itu, ia terjun ke dunia sinetron, membintangi sinetron Melody Cinta Sarmila. Awalnya, sinetron hanya akan dibuat 12 episode, tetapi karena laku, diperpanjang terus hingga 125 episode.
Di sinetron itu, Denny menyanyi lagu dangdut. Ternyata lagu itu membawanya masuk nominasi Penyanyi Dangdut Terbaik Anugerah Musik Indonesia 2003.
”Saya kira yang akan menang adalah Meggy Z yang sudah punya 20 album. Eh, nama saya yang disebut sebagai pemenang, ha-ha-ha,” ujar ayah dua anak dari pernikahannya dengan Mira Natalia ini.
Denny sepertinya memang ditakdirkan sebagai manusia pentas. Perjalanan hidupnya penuh dengan pentas musik dan tari yang wah, hingga pembukaan Asian Games yang megah.
Denny Malik
Lahir: Jakarta, 18 Februari 1963
Pengalaman, antara lain:
- 1979: bergabung dengan Swara Mahardhika
- 1985-kini: penata tari untuk misi seni dan budaya negara di Jepang, Eropa, AS, ASEAN, Timur Tengah, dan Amerika Latin
- 1988: mendirikan GSP Production bersama Guruh Soekarnoputra
- 1995: mendirikan kelompok tari Tirtasari Pentasindo
- 2009-kini: ”show director” dan koreografer pada beragam pergelaran, antara lain di SEA Games 2009 Vientiane, Laos; SEA Games 2011 di Palembang, dan penutupan Asian Games 2014 di Incheon, Korsel