Para sukarelawan Asian Para Games 2018 terus dilatih agar bisa menampilkan wajah Indonesia yang ramah terhadap atlet difabel.
JAKARTA, KOMPAS Sejumlah 600 sukarelawan Asian Para Games 2018 yang akan bertugas di Wisma Atlet Kemayoran, Jumat-Minggu (21-23/9/2018), menjalani pelatihan khusus untuk melayani atlet dan ofisial yang akan menginap di sana. Mereka dibekali pengetahuan tentang tata lokasi di wisma atlet hingga cara melayani atlet difabel dan ofisial dari sejumlah negara.
”Kami melatih sukarelawan menggunakan standar manajemen hotel sehingga bisa memberi pelayanan yang bagus,” kata Irfana Efendi, penanggung jawab pelatihan sukarelawan di Wisma Atlet Kemayoran, kemarin.
Dalam pelatihan itu, sukarelawan mendapat pengetahuan tentang ruangan-ruangan yang ada di menara wisma atlet, fasilitas yang tersedia, penataan logistik, alur masuk dan keluar atlet, hingga informasi kode jaringan internet. Mereka juga dilatih cara berkomunikasi dan membantu atlet difabel dan ofisial.
Sukarelawan di wisma atlet mulai bertugas 30 September-14 Oktober 2018. Sukarelawan di sana terbagi jadi dua bagian, yaitu sukarelawan yang khusus mendampingi atlet dan sukarelawan yang bertugas di lapangan (field worker). Sukarelawan yang mendampingi atlet akan melayani kebutuhan para atlet, termasuk mengarahkan ke ruangan yang akan dituju. Sementara yang di lapangan bertanggung jawab terhadap penataan serta perpindahan barang dan peralatan atlet.
Menurut Koordinator Panitia Acara Para Village Inapgoc Gerry Foriko, sukarelawan yang bertugas di wisma atlet dituntut memiliki toleransi yang tinggi, kesabaran, dan loyalitas. Selain itu, mereka yang pernah bertugas saat Asian Games diprioritaskan.
Salah satu sukarelawan, Rizky Angelina (20), mengatakan, ia tertarik mendaftar jadi sukarelawan karena ingin secara langsung bertemu dengan atlet dari sejumlah negara. Sebelumnya, ia sukarelawan saat uji coba Asian Para Games dan saat Asian Games.
Menurut Rizky, ia memperoleh banyak ilmu saat pelatihan- uji coba Asian Para Games, terutama tentang cara menghadapi atlet difabel. ”Saat uji coba, saya menyadari ternyata atlet difabel lebih ramah-mudah akrab. Mereka pun percaya diri,” ucapnya.
Nila Febriana (20), sukarelawan lainnya, mengaku gembira bisa terpilih jadi ”duta bangsa” pada pesta olahraga atlet difabel se-Asia itu. Mahasiswi semester V pada Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Jakarta itu melihat Asian Para Games sebagai kesempatan untuk menambah pengetahuan dan pengalaman.
Senada dengan Nila, sukarelawan lainnya, Setyaningrum (20), menyatakan, keterlibatan di sukarelawan akan mengembangkan jiwa sosialnya. Sebelumnya, ia juga banyak terlibat sebagai sukarelawan di kegiatan lain di tingkat nasional.
”Pengetahuan dan pengalaman jadi sukarelawan ini nantinya juga bisa menjadi bekal untuk di dunia kerja,” kata mahasiswi D-3 Program Studi Usaha Jasa Pariwisata UNJ tersebut.
Pawai obor
Upaya menyosialisasikan Asian Para games 2018 terus dilakukan lewat kirab obor. Kemarin, kirab obor tiba di Medan, Sumatera Utara.
Kirab obor yang disambut antusias oleh masyarakat itu sekaligus menjadi ajang kampanye pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas. (E16/NSA)