TEMANGGUNG, KOMPAS — Warga Dusun Kartomargomulyo, Desa Tlogopucang, Kecamatan Kandangan, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, berupaya mengumpulkan air melalui alat penjaring embun. Alat ini diharapkan membantu mengatasi krisis air bersih di desa itu selama 20 tahun terakhir.
Alat penjaring embun dibuat tim sukarelawan Sapu Angin bersama warga desa. Kelompok sukarelawan itu dibentuk untuk membantu warga mengatasi masalah krisis air bersih. Alat tersebut berupa rangkaian anyaman bambu dengan dua lapis jaring di dalamnya.
Ahmad Sofi, sukarelawan tim Sapu Angin, Sabtu (22/9/2018), mengatakan, alat penjaring embun dibuat karena pada pagi atau sore hari embun di Dusun Kartomargomulyo banyak menempel di tanaman. Bahkan, menempel di baju pengunjung yang melintasi kawasan hutan di sana.
Memperhatikan kondisi itu, sukarelawan dan warga menyadari bahwa embun itu bisa dimanfaatkan. ”Kami pun makin bersemangat karena mengacu pada standar WHO, embun bisa digunakan sebagai air minum,” ujarnya.
Alat penjaring embun setinggi tujuh meter dan berdiameter dua meter ini dibuat warga selama 1,5 bulan, dengan dana swadaya Rp 2,5 juta. Idenya terinspirasi alat serupa di Etiopia dan Nepal. Berdasarkan teori dan pengalaman di dua negara itu, alat penjaring embun itu bisa menghasilkan 100 liter air per hari. Sejauh ini, alat belum dioperasikan, menunggu bejana penampung air yang dipesan dari desa lain.
Dusun Kartomargomulyo adalan dusun yang kekeringan sepanjang tahun. Di sana ada empat mata air, tetapi seluruh lokasi berada di bawah tanah.
Saat kemarau, warga mengambil air dari sumber air yang jauh di bawah, lalu membawa jeriken atau ember dari sumber air ke rumah. Pada musim hujan, warga memanfaatkan air hujan.
Pelaksana Tugas Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Temanggung Gito Walngadi mengatakan, saat kemarau, masalah krisis air selalu terjadi di Kabupaten Temanggung. Tahun ini, sejak Juni hingga kemarin, Minggu (23/9/2018), krisis air terjadi di 43 dusun di 21 desa di 11 kecamatan.
Oleh karena stok air bersih yang disiapkan Pemkab Temanggung habis sejak pertengahan Agustus, BPBD hanya menyalurkan air bantuan perusahaan.
Pihaknya masih berjaga-jaga mengantisipasi tambahan permintaan. ”Musim kemarau dan potensi kekeringan diperkirakan masih akan berlangsung hingga Oktober 2018,” ujarnya.