JAKARTA, KOMPAS—Siklon tropis Trami terbentuk di Samudra Pasifik, padahal siklon Mangkhut baru luruh dengan membawa kerusakan di sejumlah negara. Semakin seringnya kemunculan siklon tropis menandai suhu permukaan laut lebih hangat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Menurut Kepala Bidang Humas Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Harry Tirto Djatmiko, posisi siklon tropis Trami pada Minggu (23/9/2018) berada di sebelah utara Papua, yaitu pada koordinat 16,9 Lintang Utara, 135,1 Bujur Timur. Siklon itu bergerak dengan kecepatan 13 knot atau 24 kilometer per jam menjauhi wilayah Indonesia.
Tekanan terendah di pusat siklon mencapai 975 milibar dengan kekuatan putaran 65 knot atau 120 kilometer per jam. Senin (24/9/2018) pagi, siklon ini diperkirakan berada di sebelah barat laut Papua atau sekitar 1.820 km sebelah timur laut Kota Tahuna, Sulawesi Utara. Siklon akan terus bergerak ke arah barat sambil bertambah kekuatan putarannya jadi 90 knot atau 165 kilometer per jam.
Siklon tropis Trami memberi dampak pada cuaca di Indonesia berupa hujan dengan intensitas ringan-sedang di Sulawesi Utara dan Maluku Utara. Kemudian, gelombang dengan ketinggian 1,25-2,5 meter diperkirakan terjadi di perairan timur Kepulauan Sangihe-Talaud, Laut Maluku bagian utara, perairan utara Halmahera, Samudra Pasifik utara Halmahera, hingga Papua Barat.
Siklon tropis itu kemungkinan juga akan mengganggu sirkulasi angin di Indonesia bagian selatan-tengah sehingga terjadi penurunan curah hujan. Namun, untuk bagian barat, seperti Sumatera bagian barat dan utara, Kalimantan bagian barat dan utara, serta Papua, tidak terpengaruh.
Laut menghangat
Kepala Subbidang Produksi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG Siswanto menambahkan, sering munculnya siklon tropis dengan kekuatan besar di Samudra Pasifik barat serta belahan bumi utara dan selatan biasanya terkait penguatan fenomena iklim El Nino.
”Saat ini kondisi suhu permukaan laut di Pasifik bagian tengah-timur belum mencapai 0,5 celsius lebih panas dari sekitarnya sebagai penanda El Nino. Namun, secara umum laut lebih menghangat jika dibandingkan dengan beberapa periode iklim yang lalu,” katanya.
Saat ini kondisi suhu permukaan laut di Pasifik bagian tengah-timur belum mencapai 0,5 celsius lebih panas dari sekitarnya sebagai penanda El Nino.
Ketika terjadi El Nino pada September-November, secara umum suhu muka laut akan lebih hangat daripada rata-rata di Samudra Pasifik, di mana sistem cuaca tropis biasanya berkembang. Meningkatnya konvektivitas udara di wilayah Samudra Pasifik mengarah pada kemungkinan besar pembentukan sistem siklon tropis.
Terkait dengan kemunculan siklon tropis, penguatan El Nino lebih berdampak pada meningkatnya jumlah badai kuat. Sebanyak 15 topan tumbuh menjadi kekuatan kategori 3 atau lebih tinggi pada 2015, melampaui rekor yang dibuat pada 1958 dan 1965. ”Sepanjang tahun 2018 ini sudah ada empat siklon tropis kategori 5 atau Supertaifun di Samudra Pasifik barat,” ucapnya.
Menurut Siswanto, siklon tropis di Pasifik barat pada periode El Nino umumnya akan memperparah terjadinya kekeringan dari wilayah India tengah hingga ke Indonesia.
Menghangatnya lautan juga ditandai dengan kemunculan siklon tropis di sejumlah tempat. Selain siklon tropis Trami ini, pada Minggu muncul siklon tropis Kirk dan Eleven di Samudra Atlantik. Kirk dan Eleven ini memiliki jalur sama, di mana tempat aktifnya Eleven saat ini beberapa hari ke depan akan digantikan pergerakan Kirk saat ini.