PURWOREJO, KOMPAS – Bekal ketrampilan teknis semata dipandang tak lagi cukup bagi para lulusan sekolah menengah kejuruan untuk bisa diserap pasar tenaga kerja di sektor industri. Para siswa SMK ini juga membutuhkan bekal tambahan berupa kompetensi dan ketrampilan nonteknis yang membuat mereka memiliki budaya tinggi dalam menjalankan keseharian di dunia industri.
“Secara umum soft competencyseperti itu yang masih menghalangi para lulusan SMK bisa terserap industri. Contoh soal kita kalau mau masuk ke industri itu yang diujikan atau ditanyakan itu bukan masalah keterampilan (teknis)-nya tetapi saat wawancara yang diperhatikan itu hal-hal seperti sikap dan mentalitasnya,” papar Kepala SMK Negeri 01 Purworejo, Budiyono, di Purworejo, Jawa Tengah, Senin (24/9/2018).
Itu sebabnya, SMK N 01 Purworejo kemarin resmi mengawali satu kelas khusus yang disebut Kelas Budaya Industri. Kelas ini akan mengajari para siswa tentang berbagai perilaku dan kebiasaan unggul industri kelas dunia yang perlu dibudayakan. Kelas ini tersenggara atas kerja sama dengan Yayasan Toyota dan Astra (YTA).
“Sebenarnya yang kami harapkan dari industri terkait para lulusan SMK ini, selain soal kompetensi (teknis), adalah bagaimana mentalitas atau sikap untuk bisa langsung terjun di dunia industri. Jadi sebenarnya berbagai hal yang kami ajarkan di kelas ini sebenarnya tidak lain adalah untuk mendidik secara disiplin. Jadi kami harapkan dengan adanya disiplin dan mentalitas yang sudah terpupuk sejak SMK ini, itu akan menjadi nilai tambah bagi para lulusannya,” papar Wakil Ketua Dewan Pembina YTA dan Wakil Presiden Direktur PT Toyota Astra Motor (TAM), Henry Tanoto, usai meresmikan Kelas Budaya Industri di SMK N 1 Purworejo, Senin.
Budaya unggul
Henry menambahkan, pihaknya sudah lebih dari 40 tahun bekerja sama dengan SMK-SMK di seluruh Indonesia untuk meningkatkan kualitas SDM yang dihasilkan sekolah-sekolah kejuruan ini. “Selama ini bantuan yang kami berikan lebih banyak terkait hal-hal teknis, seperti sumbangan peralatan atau pengetahuan teknis. Namun itu sudah tak cukup lagi, karena harus ada soft competency. Itu sebabnya kami menggagas kelas budaya industri ini,” paparnya.
Berbagai pengetahuan yang ditanamkan di Kelas Budaya Industri ini adalah berbagai budaya unggul yang sudah diterapkan Toyota di seluruh dunia, antara lain prinsip kerja 5R (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin); keselamatan kerja; kerja tim; orientasi pada kualitas proses dan hasil kerja; dan filosofi Kaizen, yakni tekad untuk penyempurnaan kerja secara terus menerus sehingga hasil kerja hari ini lebih baik daripada kemarin.
Untuk tahap uji coba, YTA bekerja sama dengan 15 SMK, baik SMK negeri maupun swasta, di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, guna membuka Kelas Budaya Industri ini. Uji coba Kelas Budaya Industri akan dilakukan dalam dua tahun ajaran, mulai tahun ajaran 2018/2019 di kelas XI dan mulai tahun ajaran 2019/2020 dan seterusnya di kelas XII.
"Pada akhir masa uji-coba kami harapkan program ini sudah akan bisa menemukan bentuknya yang terbaik dan yang paling efektif yang kemudian akan dibakukan serta ditawarkan untuk diterapkan di sekolah menengah kejuruan lain yang berminat dan bersedia menerapkannya,” kata Ketua YTA Mintardjo Darmali.
Selain meresmikan Kelas Budaya Industri, Henry Tanoto juga secara simbolis menyerahkan bantuan satu unit mobil Toyota Vios sebagai tambahan materi praktik para siswa di SMK N 1 Purworejo.(DHF)
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.