Pemerintah Minta Kompetisi Liga Indonesia Dihentikan Dua Minggu
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah menyatakan kematian suporter klub sepak bola sebagai insiden yang luar biasa. Oleh karena itu, pemerintah mendorong federasi dan operator liga mengambil langkah luar biasa untuk menyelesaikan persoalan tersebut.
Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi, Selasa (25/9/2018), menyebut kematian Haringga Sirla (23) akibat dikeroyok oknum suporter Persib Bandung sebagai tragedi nasional. Ia menyebut peristiwa tersebut sangat keji dan tidak dapat diterima akal sehat. Bagi Imam, peristiwa pengeroyokan yang menimpa Haringga bukanlah tragedi sepak bola, melainkan tragedi kemanusiaan.
Untuk itu, pemerintah secara tegas meminta kepada Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) dan operator kompetisi sepak bola agar menghentikan pelaksanaan Liga Indonesia selama dua minggu. Langkah tersebut, lanjut Imam, juga sebagai bentuk penghormatan kepada korban dan keluarganya.
”Di saat penghentian kompetisi ini, kami minta PSSI dan operator melakukan hal yang luar biasa. Karena ini peristiwa luar biasa, maka lakukanlah hal yang luar biasa. Jangan hanya sanksi berbentuk denda, tapi sanksi lainnya,” kata Imam di kantor Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Jakarta.
Imam menyatakan, pemerintah akan sangat serius mengawal penyelesaian kasus ini. Selama jeda dua minggu tersebut, pemerintah dan PSSI akan melakukan evaluasi.
”Langkah konkret ada pada PSSI karena tanggung jawab itu ada di PSSI,” ucap Imam.
Menurut dia, sepak bola dan olahraga seharusnya menjadi wadah pemersatu bangsa, sarana hiburan, dan wahana menghadirkan prestasi. Sepak bola, ujarnya, jangan dijadikan sebagai kuburan massal. Sebanyak 65 nyawa melayang akibat fanatisme sepak bola di Indonesia.
Imam menyatakan kecewa lantaran panitia pelaksana pertandingan tetap melangsungkan pertandingan meski ada korban tewas di luar area stadion. ”Saya kecewa, mestinya pertandingan tak boleh dilanjutkan,” katanya.
Ditemui terpisah, Presiden Klub Madura United Achsanul Qosasi menyatakan hal serupa. Ia mengaku heran panitia tetap melangsungkan pertandingan antara Persib Bandung menghadapi Persija meski telah jatuh korban jiwa.
Ia mendukung penuh rencana pemerintah dan Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) untuk membekukan kompetisi sementara waktu. Bagi Achsanul, hanya dengan cara itu PSSI bisa berkonsentrasi menyelesaikan kasus kematian Haringga serta merenungkan dan melakukan evaluasi.
”Pemerintah dan PSSI harus tahu ini menyangkut kemanusiaan, dan lebih penting dari sekadar sepak bola,” ucapnya.
Menurut Achsanul, pengeroyokan yang menimpa Haringga merupakan yang terparah dari sekian banyak kasus kerusuhan suporter selama ini. Karena itu, ia menilai kejadian tersebut bukan peristiwa yang biasa.
”Karena ini kejadian luar biasa, PSSI dan operator tidak bisa menanganinya dengan cara yang biasa,” kata Achsanul.
Achsanul bahkan siap membubarkan klub Madura United yang dipimpinnya jika kejadian serupa dilakukan suporter Madura United. Ia sengaja mengultimatum suporter Madura United agar tidak berulah dan senantiasa menjaga nama baik klub dan suporter.
Libatkan pemain
Achsanul punya cara tersendiri untuk menjaga komunikasi yang baik antara manajemen klub dan suporter. Klub sepak bola Madura United secara rutin meminta pemainnya untuk turun ke kantong-kantong suporter di pondok pesantren dan sekolah-sekolah.
Bagi Achsanul, pemain memiliki peran sentral dalam membentuk tingkah laku suporter. Pengaruh pemain terhadap suporter diyakini lebih besar daripada klub.
Selama turun ke kantong-kantong suporter, para pemain berdiskusi dan ikut mengaji bersama. Di sela-sela diskusi, pemain menggugah suporter untuk menumbuhkan sikap kerukunan, kepedulian, dan kedisiplinan. Pemain mendewasakan suporter dengan memberikan pengertian bahwa kemenangan haruslah disyukuri. Namun, suporter juga diajak untuk berlapang dada menerima kekalahan.