WASHINGTON, SENIN — Menteri Pertahanan Amerika Serikat Jim Mattis, Senin (24/9/2018), berkomitmen akan memperkuat hubungan militer AS dengan China setelah China menunda sejumlah agenda pertemuan para pejabat militernya dengan pejabat Kementerian Pertahanan AS. Keputusan China ini muncul sebagai protes terhadap keputusan AS yang memberlakukan sanksi terhadap Beijing terkait dengan pembelian pesawat jet tempur dan persenjataan China dari Rusia.
”Kami bertekad Amerika Serikat harus menjalin hubungan dengan China. Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dan saya sudah satu ide tentang hal ini. Kami sedang mencari cara untuk memperkuat hubungan bilateral ini,” kata Mattis kepada wartawan di Kementerian Pertahanan AS, Washington DC.
Pada Juni lalu, Mattis berkunjung ke China untuk memperdalam dialog antarmiliter AS-China meskipun kedua negara sedang ”perang dagang”. Selain gelisah karena upaya China yang gencar memodernisasi kekuatan militernya, AS juga diyakini khawatir atas upaya China memperkuat postur militernya di kawasan Laut China Selatan.
Karena kesal terhadap AS, Kementerian Pertahanan China membatalkan kunjungan Kepala Staf Angkatan Laut China Shen Jinlong ke AS dan menunda serangkaian rencana pertemuan pejabat militer AS-China di Beijing, China, yang sudah diagendakan pekan depan. Bagi Pemerintah China, militer China berhak mengambil tindakan pencegahan lebih lanjut.
Sementara dari Pentagon, Letnan Kolonel Dave Eastburn membenarkan kabar bahwa pejabat Angkatan Laut China batal bertemu dengan pejabat tinggi Angkatan Laut AS, Laksamana John Richardson.
Awal mula ketegangan kali ini terjadi pada Kamis lalu ketika Kementerian Luar Negeri AS memberlakukan sanksi kepada Kementerian Pengembangan Peralatan China, unit militer yang menangani pembelian senjata. Sanksi itu dijatuhkan setelah China terbukti ”beberapa kali bertransaksi” dengan perusahaan eksportir persenjataan dari Rusia, Rosoboronexport.
China diketahui membeli 10 pesawat tempur Su-35 pada 2017 dan peralatan sistem rudal darat ke udara S-400 pada 2018. Baterai-baterai S-400 yang termasuk radar, sistem kontrol, dan rudal dengan jarak jangkauan hingga 400 kilometer pertama kali digunakan Rusia pada 2007. Rusia menilai sistem pertahanan itu paling efektif menangani pesawat, rudal, dan pesawat tanpa awak.
AS melarang siapa saja yang bertransaksi dengan Rusia karena sanksi AS terhadap Rusia yang disebutkan dalam Keputusan Melawan Musuh Amerika Melalui Sanksi (Countering America\'s Adversaries Through Sanctions Act/CAATSA). Keputusan ini disahkan menjadi undang-undang pada 2017 sebagai bentuk hukuman terhadap Rusia yang sudah ikut campur dalam pemilihan AS, aneksasi wilayah Krimea di Ukraina timur, dan terlibat dalam perang sipil Suriah. (REUTERS)