BEIJING, SELASA — Pemerintah China menentang keras rencana penjualan senjata Amerika kepada Taiwan. Penjualan tersebut bukan hanya melanggar hukum internasional, lebih dari itu China berpendapat hal ini melanggar norma-norma dasar hubungan pemerintahan internasional.
Reaksi ini disampaikan, Selasa (25/9/2018), menyusul pengumuman Departemen Luar Negeri AS yang telah menyetujui penjualan perlengkapan militer senilai 330 juta dollar AS. Dalam rancangan kontrak, AS sepakat menjual pesawat-pesawat tempur F-16 dan juga pesawat militer jenis lain, seperti pesawat kargo C-130.
”Penjualan yang diusulkan akan berkontribusi terhadap kebijakan luar negeri dan keamanan dalam negeri AS dengan membantu mengembangkan keamanan dan kemampuan pertahanan penerima yang telah dan tetap merupakan kekuatan penting untuk stabilitas politik, keseimbangan militer, dan pekembangan ekonomi kawasan,” demikian pernyataan dari Dinas Kerja Sama Keamanan Pentagon, Senin.
Proses penjualan selanjutnya tinggal menunggu Kongres yang paling lama akan memutuskan dalam 30 hari.
China mendesak AS menghentikan rencana (penjualan) itu. Juru bicara kementerian luar negeri, Geng Shuang, mengatakan, penjualan perlengkapan militer merupakan pelanggaran hukum internasional yang serius. Lagi pula, bagi China, ini membahayakan kedaulatan dan kepentingan keamanan. China sudah melayangkan ”pernyataan keras” kepada Amerika, kata Geng dalam briefing harian di Beijing. Tidak jelas, aspek hukum internasional apa yang dimaksud Geng dalam pernyataan itu.
Beijing menaruh kecurigaan besar terhadap niat AS di Taiwan mengingat sebagian besar persenjataan adalah buatan AS.
Sementara Taiwan dalam pernyataan pada hari yang sama (Selasa) menyampaikan terima kasih kepada Amerika atas dukungannya. ”Karena Taiwan menghadapi ancaman-ancaman tinggi, penjualan senjata AS akan meningkatkan kepercayaan Taiwan dalam memperkuat pertahanan diri guna membantu perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan,” demikian pernyataan kementerian luar negeri. Kantor kepresidenan Taiwan mengatakan, pemerintah akan terus meningkatkan investasi pertahanan dan mempertahankan komunikasi dan kerja sama lebih dekat dengan AS.
Pakar militer berpendapat, keseimbangan kekuatan antara China dan Taiwan telah berubah, dalam arti China lebih kuat. Kenyataan ini bisa dikuasai kecuali jika pasukan AS dengan cepat membantu.
China tidak pernah melepas penggunaan kekuatan di wilayah yang dianggap bagian dari negaranya.
Presiden Xi Jinping dalam pertemuan dengan Menhan Jim Mattis, Juni lalu, mengatakan, Beijing berkomitmen terhadap perdamaian, tetapi tidak bisa memberikan wilayahnya ”barang sejengkal” sebagaimana yang telah diwariskan dari nenek moyang. (AFP/AP/REUTERS)