JAKARTA, KOMPAS — Ekspor komoditas udang mulai menunjukkan peningkatan memasuki semester II-2018. Kenaikan ekspor udang diperkirakan mendorong peningkatan produksi udang tahun ini.
Ketua Shrimp Club Indonesia (SCI) Iwan Sutanto, saat dihubungi di Jakarta, Rabu (26/9/2018), mengatakan, ekspor udang cenderung meningkat jika dibandingkan tahun lalu. Sementara harganya berangsur naik sejak Juni 2018 meski sempat turun.
Ia mencontohkan, harga udang ekspor ukuran 40 saat ini Rp 90.000 per kg. Angka itu naik dibandingkan Juni 2018 yang Rp 70.000 per kg. Selain itu, udang ukuran 50, yakni dari rata-rata Rp 65.000 per kg menjadi Rp 80.000 per kg. Sekitar 99 persen udang yang dihasilkan petambak SCI kini diekspor.
Ia memprediksi, kenaikan permintaan ekspor akan diikuti kenaikan produksi udang tahun ini. Hingga akhir tahun, produksi udang yang dihasilkan anggota SCI mencapai 330.000 ton atau naik 10 persen dibandingkan tahun lalu, yakni 300.000 ton.
Komoditas udang menjadi andalan produksi perikanan budidaya ataupun perikanan tangkap Indonesia dalam kurun tahun 2015-2017.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor komoditas udang beku (HS 8 digit) selama Januari-Juni 2018 sebesar 74.636 ton atau senilai 693,4 juta dollar AS. Udang tersebut mencakup jenis udang windu (Penaeus monodon), udang vaname (Litopenaeus vannamei), dan udang galah (Macrobracium rosenbergii).
Komoditas udang menjadi andalan produksi perikanan budidaya ataupun perikanan tangkap Indonesia dalam kurun tahun 2015-2017. Dari data Kementerian Kelautan dan Perikanan, udang termasuk dalam lima komoditas terbesar hasil perikanan tangkap dan budidaya.
Lima jenis komoditas perikanan budidaya yang memiliki tren produksi terbesar 2015-2017 adalah rumput laut, nila, lele, udang, dan bandeng. Adapun komoditas perikanan tangkap dengan tren produksi terbesar 2015-2017 adalah cakalang, tongkol, kakap, kembung, dan udang.
Secara terpisah, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I) Budhi Wibowo berpendapat, tantangan yang kini dihadapi adalah mempersiapkan pemberlakuan seafood import monitoring program (SIMP) bagi udang. SIMP antara lain mencakup inspeksi terhadap ketertelusuran udang. Registrasi tambak udang dinilai merupakan langkah awal untuk penerapan SIMP.
Penerapan SIMP menguat seiring permintaan Pemerintah Amerika Serikat agar SIMP diberlakukan untuk produk udang asal Indonesia. AS menyerap hampir 60 persen ekspor udang Indonesia ke pasar global yang pada 2015 senilai 1,3 miliar dollar AS.
Ekspor perikanan masih belum optimal di tengah pelemahan nilai tukar rupiah. Hal ini karena keterbatasan suplai bahan baku pengolahan ikan. Sementara itu, pihaknya tengah fokus menyiapkan penerapan.