NEW YORK, KOMPAS – Pidato Presiden Amerika Serikat Donald Trump menjadi salah satu yang paling ditunggu dalam Sidang Umum PBB. Trump pun menyampaikan banyak kritik kepada PBB dan masih bersikukuh dengan kebijakan-kebijakannya yang proteksionis.
Pembukaan Sidang Umum PBB, Selasa (25/9/2018), dimulai dengan sambutan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dan Presiden Sidang Umum ke-73 PBB Maria Fernanda Espinosa Garces. Bahkan, mengawali Sidang Umum, Garces mengajak semua peserta dari 193 negara anggota PBB untuk mengheningkan cipta sejenak dan mengenang Kofi Annan, Sekjen PBB periode 1997-2006 yang meninggal pada 18 Agustus 2018.
Adapun Presiden AS Donald Trump yang semestinya berbicara setelah Presiden Brazil Michel Temer, tampak terlambat. Gilirannya berpidato pun digunakan Presiden Equador Lenin Moreno. Baru setelah Moreno, Trump muncul.
Dalam pidatonya, Trump mengklaim keberhasilan pemerintahan yang dipimpinnya selama dua tahun ini melebihi kemajuan yang pernah dilakukan pemerintahan AS yang pernah ada. Ucapannya ini sempat membuat peserta Sidang Umum bergumam. “Saya tidak mengharapkan reaksi ini, tapi tidak apa-apa,” ujarnya yang disambut tawa hadirin dan tepuk tangan.
Trump kemudian menyebutkan ekonomi AS melonjak dengan angka yang belum pernah terjadi dalam sejarah AS. Kekayaannya pun bertambah 10 triliun dollar.
Menurut Trump, AS telah selama bertahun-tahun membiarkan produk-produk asing mengalir bebas ke negaranya dan sebaliknya negara-negara asing memukul dengan politik dumping dan kebijakan perdagangan yang tak adil. Akibatnya, defisit AS mencapai 8 miliar dollar pertahun.
“Masa-masa itu sudah berlalu, kami tidak akan lagi membiarkan diri diserang, dicurangi, dan kekayaan kami ditahan. AS tidak akan minta maaf untuk melindungi warganya,” klaim Trump sekaligus mengkritik Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) yang tak mampu mendorong perdagangan yang adil.
Terkait kritik Trump ini, Wapres Kalla mengakui Presiden Trump sangat percaya diri. Namun, Indonesia tetap berharap PBB akan mengambil langkah-langkah untuk mengatasi perang dagang yang bisa merusak ekonomi secara keseluruhan.
Dalam pidatonya, Trump juga menegaskan penolakannya untuk kembali pada Konsil HAM sebelum ada reformasi, menyebutkan AS hanya akan menanggung 25 persen dari biaya menjaga perdamaian, dan tak akan berpartisipasi dalam perjanjian global baru terkait migrasi (new global compact on migration).
“AS hanya diperintah oleh AS. Kami menolak ideologi globalisme dan kami bertanggung jawab untuk melindungi negara dari ancaman negara lain maupun bentuk-bentuk dominasi lain,” tuturnya.
Kendati pidato Trump tersebut penuh kritik, Wapres Kalla menilai pidato tersebut lebih tenang ketimbang biasanya. “Dia memberikan penjelasan langkah-langkah yang dilakukan. Walaupun ada satu hal yang kita tidak setuju, bagaimana dia menangani masalah ekonomi, tapi kelihatan lebih komunikatif dan lebih tenang. Itu bagus, karena orang \'kan mengatakan kalau Amerika batuk, dunia bisa flu. Hari ini dia (Trump) tenang,” ujar Kalla.