Pengaruh Kelas Menengah terhadap Perekonomian Terus Meningkat
Oleh
PRAYOGI DWI SULISTYO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Di era teknologi digital yang terus berkembang, masyarakat dengan status kelas menengah mulai memiliki peranan dalam kemajuan perekonomian di Indonesia. Mereka berpeluang mewujudkan impiannya dengan berbagai pilihan yang tersedia di media digital.
Berdasarkan data Euromonitor, Nielsen, dan analisis Bain, pada tahun 2022, jumlah masyarakat kelas menengah di Indonesia diprediksi bertambah hingga 180 juta orang. Angka tersebut hampir setengah dari total orang kelas menengah di Asia Tenggara, yaitu 350 juta orang.
Country Director Facebook Indonesia Sri Widowati mengatakan, masyarakat kelas menengah mulai memiliki peranan besar terhadap bisnis di masa kini dan mendatang. ”Mereka memiliki peluang untuk mewujudkan impiannya menggunakan teknologi digital,” kata Sri dalam konferensi pers studi Facebook bertajuk ”The Rising Wave” di Jakarta, Kamis (27/9/2018).
Sri mengatakan, teknologi digital memberikan keistimewaan bagi masyarakat kelas menengah di Indonesia yang tidak dimiliki generasi sebelumnya, yaitu kemampuan untuk memilih. Dalam studi ini, Facebook bersama dengan Bain & Co mengklasifikasikannya menjadi empat hal.
Pertama, kemampuan untuk menentukan identitas. Pengguna teknologi digital dapat memilih menjalani identitas tertentu dengan mengadopsi nilai-nilai modern agar tidak ketinggalan zaman, tanpa meninggalkan nilai budaya tradisional.
Kedua, kemampuan memilih komunitas. Ruang daring menjadi tempat berkumpul dan bersatunya orang dengan kesamaan passion atau gairah, minat, aspirasi, dan tantangan.
Ketiga, kemampuan memilih mimpi atau cita-cita. Teknologi telah membuka berbagai kemungkinan, peluang, dan ambisi baru. Internet membantu mereka meraih mimpi sekaligus menciptakan sumber pendapatan baru.
Keempat, kemampuan memilih kegembiraan dan pengalaman. Masyarakat kelas menengah mulai lebih spesifik dalam memilih produk yang ingin dibelinya dan cara untuk membeli barang tersebut.
Sri menyoroti kemampuan memilih mimpi atau cita-cita. Menurut Sri, kelas menengah telah berpengaruh besar dalam pertumbuhan perekonomian di Indonesia dengan adanya teknologi digital.
Mereka dapat berbisnis melalui e-daring sambil mengerjakan tugas sehari-hari. Pendapatan dari usaha sampingan tersebut dapat membuat kehidupan seseorang menjadi lebih baik.
Presiden Direktur dan CEO Havas Indonesia Anwesh Bose berpendapat senada. Menurut Anwesh, industri rumah tangga di Indonesia memiliki prospek yang cerah dan terus berkembang. ”Hampir setengah dari industri rumah tangga di Indonesia yang laku di pasar internasional,” kata Anwesh.
Ia mengatakan, kemajuan teknologi digital memungkinkan seseorang terkoneksi dengan masyarakat luas hingga ke luar negeri. Secara khusus, media sosial berperan dalam membuka peluang tersebut.
Menurut Anwesh, para pengusaha lokal memiliki peluang untuk terus berkembang di wilayahnya karena mereka tahu situasi secara rinci. Sementara pengusaha global dapat menjangkau pasar yang lebih luas sehingga masing-masing dapat terus berkembang.
Sri menambahkan, setiap bulan, pengguna Facebook ada 115 juta orang. Jumlah tersebut dapat menjadi peluang bagi pelaku usaha untuk mengembangkan pasar. ”Media sosial dapat menjadi mitra dalam mencari konsumen,” katanya.
Perilaku kelas menengah
Menurut Sri, penggunaan teknologi digital tidak hanya berkembang di wilayah kota besar dan orang muda. Banyak orang dari berbagai macam latar belakang aktif di media sosial.
Di Indonesia, perilaku pengguna teknologi digital dari kelas menengah juga dipengaruhi budaya lokal. Sebagai contoh, orang Sumatera lebih tertutup, sedangkan orang Sulawesi, khususnya Makassar (Sulawesi Selatan), lebih terbuka untuk membicarakan berbagai hal di sosial media.
Kepala Penelitian Bain Digital di Asia Pasifik Florian Hoppe mengatakan, telepon pintar telah memengaruhi perilaku orang Indonesia. Melalui teknologi yang terus berkembang, orang tidak hanya menggunakannya untuk berbisnis, tetapi juga untuk mencari pengalaman dan edukasi.
Oleh karena literasi digital dibutuhkan agar masyarakat dari kelas menengah mampu memanfaatkan teknologi dengan sebaik-baiknya. Selain itu, infrastruktur yang mewadahi juga dibutuhkan agar masyarakat dapat menggunakan teknologi digital secara maksimal.
Sebagai contoh, seorang pelaku usaha akan sulit mengembangkan usahanya ketika jalur distribusi logistik tidak lancar. Contoh lainnya, di beberapa daerah masih kesulitan bertransaksi karena lokasi bank yang jauh atau ketidaktersediaan ATM. Di sisi lain, pengetahuan untuk melakukan pembayaran secara daring masih minim.