KENDAL, KOMPAS - Sinergi PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, dan Universitas Diponegoro mewujudkan rumah berbasis komunitas. Proyek percontohan dilakukan di Desa Curug Sewu, Patean, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah.
Skema yang dilakukan yakni Kredit Pemilikan Rumah Mikro ”Academic-Business-Community-Government” (KPR Mikro ABCG) menyasar masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dan tidak tetap. Proyek dilaksanakan di atas lahan satu hektar, yang terbagi dalam 63 kavling dengan luas masing-masing 84 meter persegi.
Direktur Utama Bank BTN Maryono, di sela peletakan batu pertama KPR Mikro ABCG di Desa Curug Sewu, Kamis (27/9/2018), mengatakan, ini terobosan baru. "Produk lama sifatnya renovasi atau masyarakat harus beli tanah. Namun, dengan KPR Mikro ABCG akan dibantu kredit lahan," ujar dia.
Lewat skema itu, debitur akan dapat pinjaman dana Rp 38 juta untuk pemilikan lahan. Uang muka Rp 1,9 juta dengan cicilan Rp 571.000 per bulan selama sepuluh tahun. Lalu, mereka akan mendapat stimulan Rp 30 juta lewat program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) Kementerian PUPR untuk bangun rumah.
Syarat calon debitur dalam proyek itu, di antaranya belum punya tanah dan rumah, berusia minimal 21 tahun, dan berpenghasilan di bawah upah minimum provinsi atau Rp 2,5 juta per bulan. Profil calon debitur diverifikasi pihak Universitas Diponegoro (Undip).
Berharap terus tumbuh
Maryono menambahkan, dari kekurangan rumah (backlog) 11,4 juta unit (2015) di seluruh Indonesia, 60 persennya MBR dan berpenghasilan tidak tetap. "Ini upaya menurunkan itu. Di proyek ini, 63 unit di satu desa. Kami harap ke depan bisa 100 unit per desa," ujarnya.
Direktur Rumah Umum dan Komersial Ditjen Penyediaan Rumah Kementerian PUPR, M Yusuf Hariagung, dalam menuturkan, saat ini seiring tumbuhnya kelompok milenial, kebutuhan rumah baru sekitar 800.000 unit per tahun. Itu target sekaligus tantangan.
"Bagaimanapun, penyediaan pendanaan lahan dan rumah ini akan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Mudah-mudahan muncul komunitas-komunitas lainnya," kata Bupati Kendal Mirna Annisa.
Sujarwanto (33), salah satu calon debitur KPR Mikro ABCG mengatakan, ia tak pernah terpikir mampu membeli rumah. "Saat tahu program ini, saya tertarik punya sendiri," kata karyawan bengkel umum itu.
Suindin (35), pedagang sate keliling dengan penghasilan rata-rata Rp 1,8 juta per bulan, berharap, tak ada hambatan dalam proses. Ia perlu rumah sendiri setelah selama ini menumpang di rumah saudara.