JAKARTA, KOMPAS- Kasus pembacokan terdapat Fahri (17) siswa Sekolah Menegah Kejuruan Malaka, Jakarta Timur yang terjadi di Jalan Robusta Jaya, Pondok Kopi, Jakarta Timur, Rabu 26 September 2018, diyakini sejumlah warga akibat merampas motor korban.
Aldo (16) siswa kelas X Jurusan Otomotif Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) Malaka, Jumat (28/9/2018), mengatakan korban merupakan teman kelasnya. Saat itu, usai pulang sekolah setelah mengikuti ujian tengah semester (UTS) terdapat tiga pemuda yang mengaku sebagai alumni berdiri di tepi Jalan Mawar Merah, Pondok Kopi, atau berjarak sekitar 100 meter dari gedung SMK Malaka.
Salah satu dari tiga pemuda memanggil Fahri bersama temannya yang sudah kelas XII. Saat korban bersama temannya mendekat, motor korban di rampas oleh tiga orang pemuda itu.
"Mereka begal. Tempat ini rawan karena sering terjadi (pembegalan). Kalau tidak hati-hati bisa jadi korban," ujarnya.
Sukamto (44) petugas keamanan SMK Malaka, mengatakan, siswa-siswa di sekolah tersebut tidak mungkin terlibat tawuran karena kebijakan sekolah yang ketat. Siapa pun yang ketahuan terlibat tawuran langsung dikeluarkan dari sekolah.
"Saya dari 2007 tugas di sini, tidak pernah dengar anak-anak tawuran. Sekolah juga tegas, jadi enggak mungkin mereka ada musuh," ucap lelaki asal Purworejo, Jawa Tengah itu.
Aldo menambahkan, usai merampas motor korban, para pelaku membawa motor itu menuju ke Jalan Robusta Jaya arah ke Kranji, Bekasi. Korban bersama temannya kemudian mengejar para pelaku mengendarai sepeda motor milik temannya.
Babak Belur
Arman (50) salah satu tukang parkir yang berada di sekitar Jalan Robusta Jaya, mengatakan, sekitar pukul 12.00 terjadi aksi kejar-kejaran melintas di Jalan tersebut. Sekitar 50 meter dari lapak parkir miliknya, ia melihat dua orang pemuda yang awalnya dikejar menghentikan motornya dan mengacungkan celurit ke arah dua orang pelajar itu.
Kejadian itu menarik perhatian warga saat salah satu dari kedua pelajar tersebut terkena bacokan celurit di bagian punggung. Warga pun berusaha melerai perkelahian itu dengan melemparkan batu ke arah dua orang pemuda yang membawa celurit.
Aldo (38) saksi mata lainnya yang berada di dekat lokasi, Rabu (26/9) menambahkan, warga kemudian membantu kedua siswa tersebut, saat kedua pelajar itu berteriak meminta pertolongan karena dua pemuda tersebut adalah pelaku begal. "Enggak ada yang berani dekat, mereka berdua (pelaku) pegang celurit. Tadi orang-orang di sini lempar pakai batu," ucapnya.
Kedua pemuda itu, kata Aldi, kemudian melarikan diri ke pemukiman warga dengan meninggalkan motor yang dirampas. Sebagian warga membantu korban yang terluka untuk di bawah ke Rumah Sakit Islam Pondok Kopi, Jakarta Timur. Sedangkan warga lainnya mengejar kedua pelaku itu hingga di tangkap di wilayah Bintara, arah Bekasi atau sekitar 1 kilometer dari lokasi kejadian.
"Saat dibawa polisi tadi sudah babak belur. Sepertinya mereka dihajar warga di saat ditangkap tadi," ucapnya.
Kepala Unit Resor Kriminal Kepolisian Sektor (Polsek) Duren Sawit Inspektur Satu Sagala, saat di temui di Polsek Duren Sawit, mengatakan, peristiwa pembacokan itu terjadi karena korban menolak ajakan tiga orang alumnus SMK Malaka untuk tawuran. Akibatnya, korban bersama temannya mengejar sembari berteriak ke arah tiga orang alumni itu dengan sebutan begal.
"Sudah dalam penanganan Polres (Kepolisian Resor Jakarta Timur). Mau lengkapnya langsung saja ke sana," ucapnya. (STEFANUS ATO)