JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah arena pertandingan Asian Para Games 2018 yang seharusnya dipasangi alat dan fasilitas belum dapat dikerjakan. Proses konstruksi masih terhalang acara-acara pihak lain yang diselenggarakan di gedung tempat pertandingan.
Selain itu, penyewaan gedung bersistem harian menyebabkan panitia penyelenggara harus memperhitungkan pengeluaran anggaran secara hati-hati.
Menurut Raja Sapta Oktohari, Ketua Panitia Penyelenggara Asian Para Games Indonesia (Inapgoc), pemasangan alat dan fasilitas pada setiap arena terhambat beberapa masalah. Arena yang sebelumnya dipakai untuk Asian Games belum diserahterimakan oleh Inasgoc kepada Inapgoc.
Sementara itu, tempat pertandingan baru, seperti Balai Kartini, Balai Sudirman, dan GOR Cempaka Putih, terkendala masalah sewa gedung. Menurut Okto, penyewaan pada bangunan-bangunan tersebut menggunakan sistem harian. Hal ini membuat pihak panitia harus menyesuaikan dengan anggaran yang tersedia.
”Kalau kami memesannya terlalu cepat, anggaran juga akan terbuang percuma,” ujarnya saat ditemui pada Jumat (28/9/2018) siang.
Okto menambahkan, gedung-gedung tersebut juga telah dipesan pihak lain jauh sebelum Asian Para Games. Ia mencontohkan, GOR Cempaka Putih digunakan untuk kompetisi basket Development Basketball League (DBL) hingga Sabtu (29/9/2018).
Proses pengerjaan keseluruhan arena dimulai pada 1 Oktober. Ia juga optimistis seluruh proses konstruksi berjalan dengan cepat dan sesuai dengan standar internasional.
”Biarpun belum mulai periode sewanya, kami sudah mencicil pekerjaan-pekerjaan yang bisa dilakukan, seperti pemasangan sistem TI,” ujar Okto.
Berdasarkan pantauan di Ruang Rafflesia di Balai Kartini, yang menjadi arena pertandingan cabang goal ball, pada Jumat pagi, ruangan tersebut masih digunakan untuk sebuah acara. Belum terlihat adanya perlengkapan Inapgoc di sekitar kompleks gedung. Papan penunjuk arena pertandingan juga tidak terlihat sama sekali.
Hal yang sama terpantau di Mawar Conference Room di lantai 2 gedung yang sama. Dua petugas sedang membereskan kursi-kursi yang berjajar di ruangan. Sejumlah petugas lain juga tengah mengangkut sampah yang ada.
Menurut Eksekutif Pemasaran Balai Kartini Aminah Munawaroh, pengelola gedung sebenarnya sudah sering berkoordinasi dengan Inapgoc. Ia mengatakan, Inapgoc sudah beberapa kali datang ke gedung itu untuk memeriksa gedung.
”Mereka (Inapgoc) terakhir datang Rabu (26/9/2018) lalu. Sabtu besok, tim TI (Teknologi Informatika) Inapgoc akan datang memasang sistem yang diperlukan untuk pertandingan,” katanya saat ditemui pada Jumat pagi.
Terkait akses jalan untuk penyandang disabilitas, Ami menuturkan, Inapgoc dapat memanfaatkan fasilitas yang sudah ada. Ia menilai, Balai Kartini sudah cukup ramah difabel. Hal ini terlihat dari tersedianya jalur khusus pengguna kursi roda pada dua pintu masuk.
Selain itu, mereka juga dapat menggunakan dua lift yang masing-masing dapat menampung dua pengguna kursi roda. Pada lantai atas juga disediakan ramp untuk kursi roda dengan kemiringan sekitar 10 derajat.
Sementara itu, di GOR Cempaka Putih, arena pertandingan cabang catur, baru ada persiapan untuk menambah akses pengguna kursi roda. Terlihat dua petugas sedang mengukur rangka untuk ramp. Mereka diawasi oleh petugas lain yang mengarahkan letak ramp tersebut akan berada.
Menurut anggota staf pengelola Alfath Thareq Muzani, pihak GOR dengan Inapgoc sudah bertemu dan membahas rancangan arena catur sebelum Asian Games dimulai. Namun, pengerjaan arena masih terbentur oleh pihak-pihak yang mengadakan acara di gedung tersebut.
”Saat ini masih ada DBL hingga Sabtu besok. Tetapi, beberapa pekerjaan kecil seperti sistem TI dan kamera sudah mereka lakukan,” ucap Alfath. (LORENZO ANUGRAH MAHARDHIKA TELLING)