Anak-anak di Bekasi Semakin Berani Melakukan Kekerasan
Oleh
Kurnia Yunita Rahayu
·3 menit baca
BEKASI, KOMPAS — Aksi kriminalitas disertai kekerasan yang dilakukan anak-anak semakin sering terjadi di Kota Bekasi, Jawa Barat. Perhatian terhadap anak perlu ditingkatkan.
Kepala Kepolisian Resor Metro Bekasi Kota Komisaris Besar Indarto di Bekasi, Sabtu (29/9/2018), mengatakan, aksi kriminalitas yang melibatkan anak-anak terakhir terjadi pada Sabtu dini hari. Sekelompok remaja yang terdiri atas lima orang membobol toko telepon seluler Royal Store di Jalan Raya Bantargebang, Kota Bekasi. Mereka adalah M, J, L, A, dan D.
”Semuanya masih anak-anak. Usianya di bawah 18 tahun,” kata Indarto. Kelima anak itu merupakan warga Kota Bekasi. Mereka sudah putus sekolah. Aksi pencurian dini hari tadi baru pertama kali mereka lakukan.
Mereka memecahkan kaca, mendobrak pintu, dan membuka terali besi toko pada pukul 02.40. Tidak hanya itu, mereka menyekap dan melukai jari penjaga toko menggunakan celurit dan golok. Mereka mengambil 12 ponsel dan dua televisi untuk dibawa kabur.
Namun, aksi mereka gagal karena personel Polsek Bantargebang segera datang. Kelima remaja yang hendak kabur itu kaget lalu terjatuh saat mendengar tembakan peringatan. Penjaga toko rupanya sempat menghubungi pemilik toko lalu sang pemilik melaporkan pencurian itu ke polisi.
Kepala Polsek Bantargebang Komisaris Siswo mengatakan, dua dari lima remaja itu telah ditangkap, yaitu M dan J. Sementara tiga orang lainnya, yaitu L, A, dan D, masuk daftar pencarian orang (DPO).
”Otak pencurian dengan kekerasan ini adalah M dan A. Mereka hendak mencuri ponsel untuk dijual kembali kemudian hasilnya dibagi ke semua anggota kelompok,” kata Siswo.
Kini, M dan J ditetapkan sebagai tersangka dengan tuduhan pencurian dan kekerasan Pasal 365 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Mereka diancam hukuman penjara maksimal 5 tahun.
Polisi mengamankan barang bukti 12 ponsel berbagai merek dan 2 televisi. Barang bukti lain yang disita adalah 1 celurit, golok, dan ransel hitam.
Tingkatkan perhatian
Menurut Indarto, pencurian dengan kekerasan yang dilakukan oleh anak tidak hanya sekali terjadi. ”Sebelumnya juga pernah terjadi di Bekasi Timur,” ujarnya.
Selain itu, pada pertengahan Agustus, anak-anak di Bantargebang juga terlibat tawuran antarsekolah yang menyebabkan satu orang tewas. Aksi mereka pun berlanjut dengan pembalasan dendam, yaitu merusak sekolah tempat lawan tawuran mereka menempuh studi.
”Baik guru, orangtua, pemerintah kota, maupun polisi, semuanya harus bergerak,” ujar Indarto. Anak-anak membutuhkan perhatian lebih dari semua pihak agar dapat mengaktualisasikan diri dan tidak melakukan kekerasan.
Ia menambahkan, pihaknya berusaha mencegah dengan menurunkan beberapa perwira untuk mengikuti upacara bendera setiap Senin di sekolah-sekolah. Dalam agenda itu, polisi memberikan pengarahan terkait keamanan dan ketertiban. Operasi pembubaran gerombolan remaja pun dilakukan secara rutin.