Kita Berduka
Duka Sulawesi Tengah, duka kita. Duka sesama bangsa Indonesia. Duka kali ini juga semestinya melahirkan tekat untuk bangkit dan sadar tentang bahaya yang selalu mengintai masyarakat yang hidup dalam jebakan cincin api.
PALU, KOMPAS Duka dan air mata kembali melanda negeri ini. Setelah Lombok, kali ini gempa disusul tsunami menghantam Sulawesi Tengah. Hingga Sabtu (29/9/2018) petang, sudah dievakuasi 384 korban tewas. Bencana beruntun ini diharapkan meningkatkan solidaritas kita sesama anak bangsa untuk saling menguatkan sekaligus mengingatkan.
”Jumlah korban di Kota Palu pasti terus bertambah karena masih banyak yang terjebak di dalam bangunan dan terseret air laut saat tsunami. Jumlah yang dievakuasi ini belum terhitung di wilayah Donggala,” kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Willem Rampangilei di Crisis Center Rumah Dinas Gubernur Sulteng, Palu, Sabtu.
Saat Kompas mendatangi Mal Tatura di Jalan Emi Saelan Kota Palu, Sabtu siang, tampak pusat perbelanjaan itu rusak parah. Tak satu pun tiang beton berada di posisinya. Banyak elemen bangunan runtuh. Tim pencari mulai memisahkan reruntuhan bangunan untuk mencari korban yang terjebak.
Hampir sebagian besar bangunan di Kota Palu rusak parah. Tak sedikit pula yang rata tanah. Jembatan Kuning Melengkung yang merupakan salah satu ikon Kota Palu juga patah dan roboh. Bangunan di sekitar pantai Teluk Palu tersapu terjangan tsunami.
Tidak seorang warga pun yang berani menempati rumah tinggalnya. Semua memilih berada di luar rumah. Ada yang membangun tenda darurat di halaman rumah. Ada pula yang mengungsi di lapangan. Banyak juga mengamankan diri di perbukitan. Mereka bertahan hidup dengan apa adanya. Bahan makanan pun terbatas.
Di rumah sakit para pasien tak mau dirawat di dalam ruangan. Guncangan gempa mengerikan dan menakutkan. Para pasien minta dirawat di tempat aman meski di luar ruangan.
Hingga Sabtu malam, jaringan telekomunikasi dan listrik di Kota Palu dan sekitarnya belum normal. Pengungsi terpaksa tidur dalam tenda dengan menyalakan lilin dan lampu darurat. ”Kami terus berupaya agar kebutuhan vital segera berfungsi. Begitu pula distribusi bantuan makanan bagi pengungsi,” kata Willem.
Menko Polhukam Wiranto menyatakan, untuk penanganan bencana telah dibentuk satuan tugas terdiri dari unsur pemda dan pemerintah pusat. Satgas bertugas mengevakuasi, pemakaman korban, akomodasi, dan distribusi bantuan untuk pengungsi.
Untuk pemulihan kota, PLN telah diperintahkan memperbaiki jaringan dan gardu induk. Listrik sangat dibutuhkan untuk kelancaran berbagai operasi dan kegiatan. Bandara pun segera diperbaiki agar pesawat komersial berbadan besar bisa mendarat.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menyatakan terus mendata dan berkoordinasi dengan lembaga-lembaga yang ada di lokasi melalui komunikasi satelit. Di Palu hanya bisa menggunakan layanan komunikasi dengan kartu XL
Untuk komunikasi ke Donggala belum bisa dilakukan. ”Komunikasi ke Donggala belum tersambung. Tenaga bantuan dari daerah di sekitar Donggala sudah masuk, tapi komunikasi terputus setelah mereka masuk wilayah Donggala. Untuk itu, perbaikan jalur komunikasi menjadi sangat penting,” ujar Sutopo.
Sejumlah tenaga bantuan juga terus dikirimkan. Disaster Victim Identification (DVI) Polri mengirim 16 personel dari Pusat Kedokteran dan Kesehatan Polri. Ribuan prajurit TNI dan Polri sedang menuju lokasi melalui jalur darat.
Berdasarkan hasil koordinasi lintas lembaga, menurut Sutopo, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat fokus memperbaiki infrastruktur jalan, jembatan dan tanggul. Jika diperlukan, akan dibangun jembatan darurat untuk mempermudah mobilitas.
Bandara di Palu sudah bisa digunakan terbatas, yakni untuk keperluan bencana. Para calon penumpang di Bandara Mutiara Sis Al Jufri Palu sudah dievakuasi ke Makassar menggunakan pesawat TNI, Sabtu sore. Penerbangan komersial ditargetkan mulai 4 Oktober 2018.
Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian Perhubungan Baitul Ikhwan juga membenarkan. ”Saat ini, bandara itu sudah dibuka, tetapi diutamakan untuk kemanusiaan. Pesawat-pesawat yang membawa bantuan sudah berdatangan,” kata Baitul di Jakarta.
Dia juga menjelaskan, kapal-kapal Pelni sudah dikerahkan dari Samarinda, Bitung, dan Makassar untuk mengangkut bantuan. ”Satu kapal sudah berangkat dari Bitung tadi (Sabtu) pagi. Akan ada satu kapal lagi menyusul. Dari Samarinda sedang menunggu bantuan-bantuan yang masih terus berdatangan,” ujar Baitul.
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut pun sedang membersihkan Pelabuhan Pantoloan di Palu yang penuh sampah yang terbawa tsunami. ”Dermaga ini tidak rusak sehingga bisa ditambati kapal-kapal besar. Kami juga bisa menggunakan terminal-terminal milik swasta untuk menampung kapal-kapal bantuan,” ujar Baitul.
Hingga Sabtu pukul 20.00 WIB, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat 157 kali gempa susulan dengan kekuatan bervariasi, mulai dari M 2,9 hingga M 6,3. Posisi gempa berada di kedalaman sekitar 10 kilometer dan tidak berpotensi tsunami.
Kepala BMKG Dwikorita mengatakan, dari jumlah tersebut, belum diketahui berapa gempa yang bisa dirasakan. BMKG belum bisa mengecek langsung data ke lapangan karena belum bisa mengakses lapangan dan komunikasi dengan BMKG di daerah terputus. ”Memang ada lonjakan (jumlah gempa), tetapi tren (magnitudonya) menurun. Masyarakat jangan panik, tetapi tetap waspada,” kata Dwikorita di Jakarta.
Gempa susulan
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono menjelaskan, rangkaian gempa ini diakibatkan oleh aktivitas sesar Palu-Koro. Gempa-gempa susulan yang terjadi sejajar dengan sesar Palu-Koro, yaitu dari Palu ke wilayah Koro di selatan.
”Jadi, Sulawesi seolah-olah terbelah dua, sisi barat dan timur. Belahannya mulai dari Palu ke selatan (Koro), bahkan (kalau diteruskan) ke atas masuk ke Selat Makassar. Sumber gempa ada di darat. Meskipun demikian, pecahannya (rupture) sampai ke laut. Gempa akan berdampak pada sepanjang jalur sesar itu,” kata Rahmat.
Sebelum terjadi gempa M 7,4 di Donggala, terjadi gempa M 6 di lokasi yang tidak jauh dari sana dengan rentang waktu sekitar 3 jam. Sementara itu, di Lombok jarak antara gempa pertama dan gempa kedua (yang lebih besar) sekitar 19 hari. ”Ada kesamaan dari kecil menjadi besar. Kita sedang menganalisis lebih mendalam. Yang paling penting sekarang menyelamatkan warga terlebih dahulu,” katanya.
BMKG siap menurunkan tim ke lokasi untuk mengecek kondisi di lapangan guna memvalidasi data yang diterima sensor, misalnya tentang pengaruh tingkat guncangan terhadap kerusakan bangunan. Data itu diperlukan untuk mendukung proses rekonstruksi. Tim juga akan melakukan survei mikrozonasi sebagai bahan masukan dalam tata ruangan dan rekonstruksi pascagempa. Dengan demikian, lokasi bangunan-bangunan vital, seperti jembatan, terowongan, dan bendungan, disesuaikan dengan amplifikasi tanah dan batuan di lokasi.
Letak geografis Kota Palu yang berada di teluk menambah daya rusak tsunami. Tidak direkomendasikan dihuni, kawasan pesisir Kota Palu dihuni banyak penduduk. ”Keberadaan teluk bisa menguatkan efek gelombang tsunami. Energi yang masuk melalui celah teluk yang menyempit menambah tekanan gelombang tsunami,” ujar Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Sri Hidayati
Sebelumnya, gempa dengan M 7,4 mengguncang Donggala hingga Palu dipicu Sesar Palu-Koro dengan kedalaman 11 km. Daerah ini merupakan zona merah dengan potensi intensitas guncangan tinggi. Sesar Palu-Koro memanjang melintasi barat Donggala hingga membelah Palu. Titik gempa ini berada sekitar 100 kilometer di utara Kota Palu.
”Gempa yang terpusat di Donggala terjadi di darat. Namun, sobekan gempanya bisa mencapai laut. Runtuhan di laut itulah yang mungkin memicu tsunami,” tuturnya.
Pemerintah pusat telah menyiapkan dana Rp 560 miliar untuk penanganan bencana gempa bumi dan tsunami di Sulawesi Tengah. Dana yang sudah dialokasikan dan bisa dicairkan sewaktu-waktu ini untuk mempermudah kinerja BNPB dalam menangani korban bencana. ”Prioritas utama penanganan bencana pada tahap awal-awal ini adalah menolong masyarakat secara maksimal,” ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indarwati.
(VDL/RTG/NIK/ARN/E04/E22)