Lima Atlet Paralayang Indonesia Berhasil Dievakuasi dari Palu
Oleh
Khaerudin
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Lima atlet paralayang yang berhasil dievakuasi dari Palu, Sulawesi Tengah, tiba di Pangkalan Udara Halim Perdana Kusuma, Sabtu (29/9/2018) malam. Saat ini, masih ada tujuh atlet paralayang yang belum diketahui kondisinya. Salah satunya adalah atlet asal Korea Selatan, Dong Jin.
Berdasarkan data Posisi Penerbang Paralayang di Palu, total ada 33 atlet yang mengikuti Kejuaraan Dunia Paralayang di Palu. Selain kelima atlet yang tiba di Halim Perdana Kusuma, ada 18 atlet yang berhasil dievakuasi dan telah tiba di Malang. Selain itu, ada juga tiga atlet yang masih berada di Palu.
"Kita doakan semoga ketujuh atlet yang keberadaannya belum diketahui selamat dan hanya terpencar saja," kata Wahyu. Ia menambahkan saat ini koordinasi dengan penyelenggara Kejuaraan Dunia Paralayang di Palu masih berlangsung guna mencari ketujuh atlet itu.
Di Gerbang Pangkalan Udara Halim Perdana Kusuma kelima atlet itu disambut dengan air mata haru. Ketua Paralayang Indonesia Wahyu Yudha dan sejumlah rekan yang menunggu kedatangan mereka segera berhamburan memeluk kelimanya.
Mereka tak henti mengucap syukur seperti tak percaya akan bertemu kembali dengan kerabat di Jakarta. "Keadaan di Palu membuat kami sempat hilang harapan bisa kembali melihat rumah," kata atlet paralayang asal Yogyakarta Alfari Widyasmara.
Saat gempa terjadi Alfari sedang beristirahat di Hotel Borneo. Karena sadar letak hotel yang berdekatan dengan laut dan khawatir tsunami akan datang menghantam, Alfari dan sejumlah atlet memutuskan untuk mengungsi ke bukit terdekat.
"Guncangan gempa susulan membuat kami terseok-seok kesusahan saat lari ke bukit," ujar Alfari. Di ketinggian bukit itu, Alfari dan kawan-kawannya baru menyadari betapa dahsyat kerusakan gempa dan tsunami yang sore itu menghantam palu.
Setelah intensitas dan kekuatan gempa susulan mulai melemah, Alfari memberanikan diri mencari atlet lain yang menginap di Hotel Roa Roa dan Hotel Mercure. Dengan mobil yang indikator bensinnya menunjukkan sisa bahan bakar satu strip Alfari berkendara ke dua tempat itu.
Di sepanjang perjalanan, Alfari melihat Palu lumpuh total. Bahkan di beberapa lokasi yang terbakar tak ada pemadam kebakaran datang membantu. Beberapa ruas jalan aspalnya terbelah dan terangkat hingga setinggi lebih dari satu meter.
Kesunyian total melanda tempat itu. Banyak kendaraan yang kehabisan bahan bakar ditinggalkan begitu saja di pinggir jalan oleh pemiliknya.
"Saya tak menemukan kawan di Hotel Roa Roa. Di retuntuhan hotel itu, saya hanya mendengar rintihan orang meminta tolong," kata Alfari.
Tanpa menghiraukan rintihan meminta tolong itu, Alfari menuju rumah sakit terdekat. Yang ada di kepalanya hanya keselamatan kawannya. Semua kantong mayat ia buka untuk memastikan kawannya tak ada di salah satu kantong kuning itu.
Di rumah sakit itu, Alfari melihat tenaga medis tak mampu menangani banyaknya korban luka. "Mereka hanya menjahit luka terbuka, yang penting darah tak mengucur dulu," ujar Alfari.
Viki Mahardika, salah satu paralayang yang mengalami cedera kepala juga mendapatkan penanganan medis yang sama. Luka di kepalanya hanya dijahit untuk menghentikan pendarahan. "Dia meracau terus, kemungkinan gegar otak," kata Alfari.
Sementara itu, saat Pelatih Tim Paralayang Indonesia Gendon Subandono tiba di Halim, Alfari langsung memeluknya dan menangis. Sedangkan Gendon hanya menepuk pundak Alfari mencoba menenangkan Alfari dari traumanya.
Beruntung
"Kami ada yang di sini sangat beruntung. Sangat-sangat beruntung," ujar Hening Paradigma, salah satu atlet paralayang Indonesia yang selamat dari gempa berkekuatan 7,4 SR.
Hening berada di Kota Palu dalam kejuaraan internasional paralayang yang bersamaan dengan Festival Pesona Palu Nomoni (FPPN) III, pada 28 September hingga 3 Oktober 2018. Kejuaraan tersebut melibatkan lima negara, yaitu Belgia, Korea Selatan, Singapura, Malaysia, dan Indonesia.
Saat gempa mengguncang Kota Palu pada Jumat (28/9/2018) sore, Hening sedang berada Palu Grand Mall (PGM). " Sore itu, saya berada di lantai 5 PGM, menunggu untuk menonton bioskop," ucap Hening.
Dia mengatakan, sempat berpikir untuk diam atau lari. Hening pun memutuskan untuk berlari menuruni tangga jalan. Setelah berhasil keluar dari PGM, Hening menumpang mobil bak yang melaju menuju bukit.
"Saat itu saya hanya mendengar teriakkan minta tolong," kata Hening yang saat itu juga membantu sebagian warga untuk naik ke mobil bak. Dia pun selamat. (DIONISIO DAMARA/PANDU WIYOGA)