Semua Pernah ke New York
Ada perasaan akrab sewaktu masuk ke Grand Central Terminal di New York, Amerika Serikat. Di tengah aula besarnya, ada pos informasi di bawah menara jam. Dikelilingi balkon, dinaungi langit-langit bergambar konstelasi bintang dan zodiak.
Bangunan bergaya katedral ini bagai ”kuil” bagi warga yang pergi ulang-alik dari rumah ke tempat kerja mereka. Dibuka untuk publik pada 1913, Grand Central menjadi salah satu titik pertemuan jalur komuter sekaligus destinasi wisata yang paling banyak dikunjungi di dunia.
Meski baru pertama kali menginjakkan kaki di sana, ada rasa akrab di benak. Gambaran suasana Grand Central Terminal rupanya mengendap dari potongan adegan pada beragam film dan tayangan televisi. Menara jam di tengah, lalu lalang penonton, hingga tangganya mengingatkan pada latar film Men in Black, Carlito’s Way, serta Friends with Benefit.
Ternyata tidak hanya akting para pemeran atau soundtrack musik yang terekam dalam benak kita ketika menonton film. Suasana visual yang melatari pun tertinggal di ingatan.
Kesempatan merajut potongan gambar dalam benak menjadi pengalaman utuh itu datang di sela-sela kegiatan peluncuran ponsel pintar andalan (flagship) Samsung, Galaxy Note 9, di New York, beberapa waktu lalu.
Itulah salah satu daya tarik wisata ”The Big Apple”, julukan kota ini. Sebagian wisatawan mengunjungi kota ini karena ingin melihat lebih dekat lingkungan di sekitar adegan serial televisi atau film kesayangan mereka. Film menjadi salah satu cara New York memutar ekonomi, mengandalkan tempat-tempat khas untuk dijual kepada rumah produksi film.
Seperangkat insentif memang disiapkan untuk produksi film di sini, mulai dari kemudahan perizinan pengambilan gambar di lahan milik swasta, pengembalian pajak terkait biaya produksi dan pascaproduksi, termasuk bantuan pendanaan. Menurut data Mayor’s Office of Media and Entertainment New York, industri media dan hiburan menghasilkan 305.000 lapangan pekerjaan dan menggerakkan ekonomi hingga 104 miliar dollar AS.
Magnolia Bakery, misalnya, toko kue di Greenwich Village, bagian selatan New York, yang menjual cupcakes ini menjadi destinasi turis setelah digunakan sebagai latar dari serial televisi Sex and the City meski hanya pada satu episode. Durasinya pun hanya 30 detik. Ketika itu, karakter Carrie dan Miranda yang diperankan Sarah Jessica Parker dan Cynthia Nixon menyantap kue ini di depan toko. Segera setelah episode itu mengudara, toko ini pun dipadati oleh pengunjung dan pembeli.
Kardi Tanujaya, pemandu wisata yang mengantarkan rombongan jurnalis berkeliling New York, mengatakan, warga lokal tidak keberatan dengan turis yang memadati kota mereka meski niatnya hanya untuk mendatangi lokasi-lokasi seperti ini. ”Kehadiran para turis membawa uang dan membuat ekonomi terus berputar,” kata Kardi.
Begitu mudah mendapatkan panduan untuk menyusuri lokasi-lokasi yang pernah digunakan untuk pengambilan gambar film di New York. Panduan di internet ataupun paket wisata khusus pun ditawarkan.
Jembatan ikonik
Pengalaman itu, antara lain, didapat saat menyusuri Jembatan Brooklyn yang memisahkan kawasan Brooklyn dengan Manhattan. Jembatan ini sudah mengalami begitu banyak perlakuan (secara digital) dalam film, mulai dari dihantam gelombang pasang saat meteor menabrak Bumi dalam Deep Impact, hancur oleh monster lewat film Cloverfield atau Godzilla, hingga dirusak oleh bom pada film I am Legend.
Pada hari-hari biasa, jembatan yang menjadi salah satu ikon New York ini disesaki oleh wisatawan yang menyeberangi dengan berjalan kaki. Terdapat jalur pejalan kaki sejauh 1,6 kilometer yang bisa dilalui wisatawan. Tentu para pejalan kaki ini harus berbagi dengan jalur sepeda.
Satu hal penting, para wisatawan harus hati-hati agar tidak kelewat kegirangan lantas mengambil swafoto seenaknya. Mereka harus memastikan tidak berdiri di atas jalur sepeda karena para pengendara sepeda tidak akan sungkan membunyikan bel atau meneriaki pejalan kaki yang melanggar jalur.
”Jalur sepeda! Jalur sepeda! Tidak sepadan dengan fotomu!” teriak beberapa pengendara sepeda, sementara sebagian lagi membunyikan bel berulang-ulang sampai orang yang berjalan di depannya minggir.
Dari tengah jembatan, panorama gedung pencakar langit dari kawasan Manhattan akan memikat kita. Di ujung jembatan, kami masuk ke daerah Brooklyn. Jika lanjut berjalan ke arah timur laut tibalah di Dumbo, singkatan dari Down Under Manhattan Bridge. Kawasan yang diapit Jembatan Brooklyn dan Jembatan Manhattan ini dulunya kawasan pergudangan, kini menjadi pusat komersial dan wisata.
Daya tarik utamanya adalah jalan dengan latar belakang jembatan besi melintang. Titik ini menjadi salah satu acuan bagi para wisatawan untuk berpose dan mengabadikan diri. Memandang ufuk keemasan menjelang senja dari Dumbo menjadi pengalaman yang mendebarkan. Kawasan ini juga dipakai sebagai salah satu lokasi pengambilan gambar film, antara lain Vanilla Sky yang dibintangi Tom Cruise.
Paru-paru kota
Tak mungkin menikmati New York tanpa menyusuri Central Park, paru-paru kota ini. Kerimbunan pepohonan yang dikepung belantara menara beton. Kawasan seluas 341 hektar ini juga terhitung sebagai lokasi pengambilan gambar paling banyak di dunia.
Menurut laporan yang dirilis GoCompare, setidaknya ada 231 judul film yang menggunakan Central Park sebagai salah satu latar adegan. Dari situs IMDB yang menjadi basis data film di internet, diperkirakan film pertama yang diambil di Central Park berjudul Romeo and Juliet pada tahun 1908. Film pendek ini mengambil tempat di Teras Bethesda yang ada di tengah taman.
Teras Bethesda adalah bangunan dua lantai yang diapit tangga besar, menghadap danau dengan air yang tenang. Para penggemar film fiksi sains tentu mengingat adegan penutup dari The Avengers saat karakter Loki berhasil dibekuk dan dibawa Thor untuk kembali ke Asgard bersama Tesseract, artefak yang diperebutkan sepanjang film. Pengambilan gambar adegan itu dilakukan di teras bagian atas.
Lokasi ini juga menjadi salah satu tempat pemberhentian favorit ”New Yorkers” yang menghabiskan pagi dengan berolahraga. Hutan kota itu sungguh mengundang hasrat untuk mencari keringat lewat joging ataupun bersepeda. Jika ingin sekadar melewatkan waktu menikmati sinar matahari yang menerobos di sela daun-daun, bisa duduk di The Mall atau jalur yang menghubungkan Teras Bethesda dengan pusat Central Park.
The Mall digunakan sebagai tempat pengambilan gambar film Maid in Manhattan yang diperankan oleh Jennifer Lopez dan Ralph Fiennes. Saat berada di sana, kita seolah melintasi sebuah lorong yang diapit oleh jajaran pohon yang menjulang dan dinaungi langit.
Tidak lengkap pula mengunjungi New York tanpa menyambangi Times Square, persimpangan area wisata, komersial, dan hiburan di bagian tengah Manhattan. Yang akan membekas di ingatan adalah kerumunan orang berlalu lalang di situ. Berdiri di tengah kerumunan itu, pendar cahaya dari papan iklan elektronik menyerbu dari segala arah.
Suasana ini pun kerap dihadirkan melalui film, misalkan film The Amazing Spider-Man 2 yang mempertemukan karakter Peter Parker dengan tokoh antagonis Electro dalam pertarungan. Juga aktor Michael Keaton yang berjalan di tengah keramaian lewat film Birdman hanya dengan mengenakan celana dalam dan kaus kaki.
Apabila kita tumbuh dengan melahap produk Hollywood, mengunjungi New York ibarat menyusun potongan-potongan gambar dalam ingatan menjadi satu memori yang utuh.