Peristiwa kelam pada masa lalu menjadi pelajaran agar tak terulang pada masa depan. Persatuan dan kesatuan bangsa menjadi modal untuk mengatasi berbagai tantangan.
JAKARTA, KOMPAS - Persatuan dan jati diri bangsa mesti terus dijaga. Peristiwa kelam di masa lalu, seperti yang terjadi di sekitar 30 September 1965, juga mesti terus diingat dan dipelajari agar tidak terulang di masa depan.
"Pada malam ini kita bisa melaksanakan doa bersama untuk Pahlawan Revolusi yang besok pagi (hari ini) kita peringati 1 Oktober sebagai Hari Kesaktian Pancasila," kata Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dalam acara tabligh akbar dan doa bersama 7.000 prajurit TNI-Polri, di Markas Besar TNI di Cilangkap, Jakarta Timur, Minggu (30/9/2018).
Kegiatan yang digelar dalam rangkaian Hari Ulang Tahun ke-73 TNI ini juga dihadiri, antara lain Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Mulyono, Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana TNI Siwi Sukma Adji, Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal TNI Yuyu Sutisna. serta Wakil Kepala Polri Komisaris Jenderal Ari Dono Sukmanto.
Panglima TNI yang hadir dalam acara itu usai mengunjungi para korban bencana alam di Palu, Sulawesi Tengah. mengatakan, masyarakat Indonesia harus tahu bahwa komunis merupakan bagian dari sejarah kelam. Pemerintah Indonesia tetap berpegang pada Ketetapan MPRS Nomor XXV/MPRS/1966. Selain tentang pembubarkan Partai Komunis Indonesia dan Pernyataan sebagai Organisasi Terlarang di seluruh wilayah Indonesia, melalui TAP MPRS itu juga dilarang menyebarkan atau mengembangkan ajaran komunisme.
Dalam kesempatan ini, Panglima juga mengatakan, sinergi TNI dan Polri dalam menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia mesti terus dijaga.
"Yang istimewa pada hari ini adalah kehadiran TNI dan Polri. Ini menunjukan sinergitas kita untuk menjaga NKRI. Sebanyak 500 ribu personel TNI dan 450 ribu personel Polri, merupakan satu kekuatan yang besar," ucap Panglima TNI.
Dalam ceramahnya, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Tengah, Maulana Al-Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya juga menyatakan, pentingnya kehadiran TNI-Polri untuk menjaga Indonesia. "Saya percaya, TNI dan Polri tidak akan rela bangsa kita ini, bangsa Indonesia terpecah belah," tuturnya.
Habib Luthfi juga menekankan pentingnya seluruh rakyat Indonesia mempertahankan jati diri bangsa. Terkait hal itu, masyarakat antara lain harus bangga menggunakan produk buatan dalam negeri.
"Seharusnya kita bisa mempertahankan semua ini, gunakan produk Indonesia sehingga perekonomian kita tidak tergantung pada negara luar," katanya
Lubang Buaya
Kemarin, Komando Daerah Militer (Kodam) Jaya juga menggelar doa bersama mengenang para pahlawan revolusi di kompleks Lubang Buaya, Jakarta Timur.
Hadir dalam acara ini, mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Djoko Santoso, Wakil Kepala Staf TNI AD Letnan Jenderal TNI Tatang Sulaiman, serta Panglima Kodam Jaya Mayor Jenderal TNI Joni Supriyanto, Hadir pula keluarga dari pahlawan revolusi, seperti keluarga Mayjen DI Pandjaitan.
Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) Jaya, Kolonel (Inf.) Kristomei Sianturi mengatakan, kegiatan itu merupakan kegiatan rutin TNI yang dibalut doa lintas agama. Kegiatan ini juga digelar untuk menyadarkan masyarakat bahwa bangsa ini punya sejarah kelam, terutama bagi generasi muda.
"Kita harus memberikan ilmu pengetahuan sejarah pada generasi muda sehingga mereka mengetahui apa yang terjadi. Tidak usah ditutup-tutupi, artinya sejarah kelam harus dipelajari dan memberikan kesadaran kepada generasi muda," tutur Kristomei.
Guna mencegah terulangnya peristiwa serupa, menurut Kristomei, hal paling utama saat ini adalah tetap berpegang teguh kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.