OK OTrip Resmi Beroperasi di Jakarta dengan Tarif Rp 3.500
Oleh
Helena F Nababan
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Setelah masa uji coba yang dimulai 15 Januari 2018, sistem angkutan umum terintegrasi OK OTrip akhirnya diterapkan mulai hari ini, Senin (1/10/2018). Penumpang yang menggunakan angkutan umum dalam sistem ini dikenakan ongkos Rp 3.500.
Budi Kaliwono, Direktur Utama PT Transportasi Jakarta, Senin (1/10/2018), menjelaskan, selama uji coba sembilan bulan terakhir, sebanyak 483 angkutan umum beroperasi di 33 rute untuk mengangkut 68.000 penumpang per hari.
Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta, mengatakan, hasil itu menunjukkan bahwa terobosan integrasi angkutan massal memberi hasil positif. Jumlah penumpang selama bulan September sama dengan penumpang di bulan Agustus. Capaian itu menunjukkan ada pengguna transjakarta yang bertahan menggunakan angkutan umum massal.
Program angkutan terintegrasi ini direncanakan berjalan selamanya.
Anies mengatakan, program layanan integrasi itu akan diintegrasikan juga dengan LRT dan MRT. Adapun nama program OK OTrip akan diubah dan tengah dipikirkan nama barunya.
Nota kesepahaman
Supaya kualitas layanan angkutan umum terintegrasi makin terjaga, uji coba ini dilanjutkan dengan penandatanganan nota kesepahaman (memorandum of understanding) antara PT Transjakarta dengan enam operator angkutan.
Dalam uji coba, Budi melanjutkan, ada 11 operator angkutan perkotaan (angkot) yang diajak berintegrasi. Enam di antaranya melaksanakan MoU dengan Transjakarta hari ini yaitu Koperasi Budi Luhur, Koperasi Wahana Kalpika, Puskop AU Halim Perdana Kusuma, PT Lestarisurya Gemapersada, Purimas Jaya, dan PT Kencana Sakti Transport. Lima operator lain masih dalam penyelesaian administrasi.
Mekanisme pembayaran untuk operator angkot itu sama seperti mekanisme pembayaran untuk operator bus besar mitra Transjakarta, yaitu melalui penetapan harga perkiraan sendiri (HPS). Penetapan HPS melibatkan operator dan Transjakarta dengan validasi Badan Pelayanan Pengadaan Barang dan Jasa (BPPBJ). HPS untuk angkot ditetapkan antara Rp 3.600 - Rp 3.900 dengan jarak tempuh harian antara 180 - 200 km.
Budi berharap, operator angkot bisa memenuhi target jarak itu. Untuk integrasi angkutan dengan pembayaran rupiah per kilometer itu, Transjakarta berkontrak dengan mitra angkot sampai dengan tahun 2020.
Setelah itu, kontrak bisa direvisi untuk menyesuaikan dengan perubahan upah minimum regional (UMR) ataupun harga BBM yang meningkat. "Kalau ada perubahan-perubahan itu, kita bisa review lagi," ujar Budi.
Marfuad Hasmar, Sekretaris I KWK, menjelaskan, pihaknya sudah bergabung dalam uji coba integrasi sejak awal tahun. Saat uji coba, ada 400-an unit yang dilibatkan.
Per 1 Oktober 2018, bersamaan dengan MoU dan kontrak dengan Transjakarta, KWK menyiapkan 2.500-an armada untuk bergabung dalam program OK OTrip.
"Supaya pelayanan kepada penumpang terjaga, kami mesti memenuhi syarat pelayanan minimal (SPM). Di antaranya berpakaian rapi, tidak merokok, juga rambut mesti rapi," ujar Marfuad.
Budi melanjutkan, untuk penerapan program angkutan umum terintegrasi tersebut, masyarakat cukup membayar Rp 3.500 dan bisa berganti moda yang sudah bergabung di program OK OTrip tanpa dikenakan biaya tambahan.
Ia menyontohkan, penumpang yang naik angkot dari Ciputat menuju Sudirman, hanya perlu tap in di mesin di dalam angkot. Saat itu, saldo dalam kartu tidak berkurang atau Rp 0. Saldo baru berkurang Rp 3.500 saat penumpang masuk halte Transjakarta untuk naik bus yang beroperasi di koridor.