Risma Terima Penghargaan Scroll of Honour dari UN-Habitat
Oleh
IQBAL BASYARI
·4 menit baca
NAIROBI, KOMPAS — Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menerima penghargaan Scroll of Honour Award dari United Nations Human Settlements Programme atau UN-Habitat, organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang menangani masalah permukiman penduduk dan isu urbanisasi. Penghargaan itu diberikan pada Senin (1/10/2018) di Nairobi, Kenya, saat peringatan Global Observance of World Habitat Day.
Penghargaan Scroll of Honour merupakan salah satu penghargaan di bidang permukiman yang paling bergengsi di dunia. Penghargaan ini diberikan kepada individu, organisasi, dan proyek yang memberikan kontribusi luar biasa di bidang permukiman, penyediaan perumahan, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan untuk kota berkelanjutan.
Direktur Eksekutif UN-Habitat Maimunah Mohd Sharif menuturkan, tahun ini, ada lebih dari 50 kandidat penerima penghargaan Scroll of Honour Award. Peraih penghargaan dipilih berdasarkan penjelasan dan praktik nyata di lapangan yang berhubungan dengan pembangunan berkelanjutan, terutama dalam membangun kota dan masyarakat secara inklusif, aman, memiliki daya tahan, dan berkelanjutan.
”Saya senang kami dapat mengenali pencapaian luar biasa ini yang telah berkontribusi dalam peningkatan kehidupan orang-orang di perkotaan,” kata Maimunah dalam keterangan pers yang diterima Kompas.
Piagam penghargaan ini berupa plakat yang diukir dengan nama individu, kota, atau lembaga yang menerima penghargaan. Pemberian penghargaan itu dilakukan bertepatan dengan perayaan World Habitat Day yang diperingati setiap Senin di minggu pertama Oktober.
Tahun, ada lima tokoh atau instansi yang menerima penghargaan Scroll of Honour Award. Satu-satunya peraih penghargaan dari Indonesia adalah Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.
Adapun empat penerima yang lain ialah kota Xuzhu, Provinsi Jiangsu, China. Kedua ialah program perencanaan nasional yang diterapkan pada agenda baru perkotaan di Kuba 2017-2036. Ketiga ialah Isaac ”Kaka” Muasa-Chairman Mathare Environmental Conservation Youth Group (MECYG) Kenya. Terakhir Dr Mona A Serageldin (1938-2018), Wakil Presiden Institute for International Urban Development, Amerika Serikat.
Menurut Maimunah, Risma pantas mendapatkan penghargaan tertinggi itu karena telah berjasa dalam melayani warga Surabaya selama 20 tahun di Pemerintah Kota Surabaya. Selama menjabat Wali Kota Surabaya setelah terpilih pada Pilkada 2010 dan 2016, dia juga memiliki segudang penghargaan.
Risma juga dinilai memiliki inovasi dalam penghijauan kota dengan menambah taman kota. Taman-taman kota yang berjumlah hingga 420 lokasi itu mampu mempercantik ”Kota Pahlawan” sekaligus mengurangi panas hingga 2 derajat celsius.
”Ibu Risma mampu memobilisasi masyarakat untuk mengurangi sampah sekaligus meningkatkan pengelolaan sampah, salah satunya melalui bank sampah di kampung-kampung. Pengurangan sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir itu bisa menghemat pengeluaran sehingga bisa digunakan untuk membangun infrastruktur di Surabaya,” ujarnya.
Luar biasa kontribusi warga terhadap kemajuan kota ini dan sangat mudah untuk diajak terlibat dalam melakukan perubahan. Sebab, warga bisa merasakan bahwa setiap pembangunan bermuara pada peningkatan kesejahteraan mereka.
Risma kepada Kompas melalui telepon dari Nairobi berterima kasih kepada warga Surabaya yang telah berpartisipasi dalam membangun kotanya hingga nyaman untuk ditinggali. Dia berharap, Surabaya bisa terus lebih baik sehingga seluruh warga semakin nyaman tinggal di kota yang menjadi rumahnya sendiri.
”Luar biasa kontribusi warga terhadap kemajuan kota ini dan sangat mudah untuk diajak terlibat dalam melakukan perubahan. Sebab, warga bisa merasakan bahwa setiap pembangunan bermuara pada peningkatan kesejahteraan mereka,” kata Risma yang baru terpilih menjadi Presiden UCLG Asia Pasifik untuk periode 2018-2020.
Selama menjabat delapan tahun terakhir, ada beberapa program pengelolaan sampah yang melibatkan partisipasi warga. Salah satunya program Surabaya Green and Clean yang telah dimulai sejak 2005, program Surabaya Merdeka dari Sampah.
Melalui program ini, warga Surabaya dibiasakan memilah, mengelola, dan mengolah sampah di rumahnya masing-masing. Program ini menyadarkan warga bahwa pengelolaan sampah bukan hanya tanggung jawab pemerintah, melainkan juga tanggung jawab semua warga.
Hasilnya pun mulai terlihat dari berkurangnya volume sampah yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo empat tahun terakhir. Padahal, jumlah populasi di kota seluas 350 kilometer persegi itu selalu bertambah tiap tahun.
Adapun volume sampah yang dibuang ke TPA Benowo pada 2014 sebanyak 1.441,62 ton, turun menjadi 1.439,43 ton pada 2015. Kemudian, pada 2016 volumenya 1.433 ton dan kembali turun menjadi 1.417,6 ton pada 2017.
Sementara jumlah penduduk selalu bertambah, yakni 3 juta jiwa pada 2014 dan naik menjadi 3,21 juta jiwa pada 2015. Lalu, kembali bertambah menjadi 3,30 juta jiwa (2016) dan 3,34 juta jiwa (2017).
Sampah juga sudah diolah menjadi energi listrik. Di TPA Benowo, ada pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) yang mampu menghasilkan listrik 2 megawatt (MW) per hari. PLTSa ini terus dikembangkan agar mampu memproduksi listrik hingga 9 MW.